Pertumbuhan Ekonomi Terancam Melambat

Rabu, 04 April 2012 – 03:09 WIB

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi tahun ini terancam tidak mencapai target yang diproyeksikan sebesar 6,5 persen di tahun ini. Membengkaknya belanja subsidi, menyebabkan anggaran yang seharusnya digunakan untuk menstimulasi ekonomi tidak bisa terealisasi.

Menkeu Agus Martowardojo mengatakan untuk menjaga likuiditas anggaran, pemerintah terpaksa menahan sejumlah anggaran yang tidak prioritas. "Itu tampaknya bisa (berakibat) kepada sedikit catatan kepada pertumbuhan ekonomi," kata Agus di kantornya kemarin (03/04).

Agus mengatakan, dengan penundaan kenaikan harga BBM, pemerintah harus tetap berjaga-jaga. Agar pertumbuhan ekonomi tidak terganggu, pemerintah harus memastikan realisasi anggaran bisa lebih cepat sehingga bisa membantu merangsang perertumbuhan ekonomi.

Menkeu menambahkan, pemerintah harus memastikan kesehatan fiskal tetap terjaga. Dengan fiskal yang sehat dan makroekonomi terjaga, investasi diharapkan tetap mengalir. Sehingga di saat belanja pemerintah tidak bisa diandalkan, investasi, konsumsi masyarakat, serta ekspor bisa menopang pertumbuhan ekonomi.

Kemarin Menkeu mengundang sejumlah ekonom untuk menjelaskan postur dan kebijakan dalam APBNP 2012. Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan, yang turut dalam pertemuan tertutup tersebut, mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan terkoreksi terlalu dalam. Menurut dia, paling buruk, ekonomi masih bisa tumbuh hingga 5,8 persen tahun ini.

Fauzi mengatakan, pemerintah telah menegaskan akan menjaga defisit anggaran tetap tidak lebih dari kisaran 2,3-2,4 persen dari produk domestik bruto. "Pada dasarnya Menkeu meyakinkan para analis, jika harga BBM tidak naik sama sekali, pemerintah masih memiliki bantalan," kata Fauzi.

Fauzi menyayangkan keputusan politik yang menunda kenaikan harga BBM. "Apa yang disiapkan pemerintah dan Kemenkeu sangat teknokratis dan masuk akal. Namun pertanyaannya, apakah ide teknokratis ini bisa diterima di forum politik," katanya. Dia mempertanyakan, ketika kenaikan harga BBM sudah diwacanakan di muka publik, seluruh partai koalisi seharusnya turut mendukung.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Destri Damayanti optimistis pertumbuhan ekonomi tidak akan terkoreksi terlalu dalam. Destri mengatakan, penundaan kenaikan harga BBM masih tidak masalah dalam jangka pendek. Namun dalam jangka menengah dan panjang, beban anggaran akan makin berat. "Kalau pertumbuhan tahun ini sekitar 6 persen hingga 6,2 persen masih bisa tercapai," ujarnya.

Ekonom Universitas Indonesia Chatib Basri mengatakan, penundaan harga BBM dikhawatirkan akan memangkas belanja infrastruktir. "Saya khawatir yang dikorbankan infrastruktir. Itu artinya artinya masyarakat di Indonesia dikorbankan gara-gara keputusan parlemen," kata Chatib.

Chatib mengatakan, masyarakat miskin membutuhkan akses jalan, kesehatan, dan listrik. Semua kebutuhan itu terancam tak bisa disediakan karena subsidi BBM yang lebih banyak dinikmati orang-orang di perkotaan. "Ini kan menghina keadilan," kata Chatib. (sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga BBM Tergantung Kondisi Timur Tengah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler