CIREBON- Perubahan sistem ujian nasional (UN) dari 5 paket soal menjadi 20 paket, tidak hanya membuat siswa (peserta UN) resah. Para guru juga merasakan hal serupa. Hal ini, setidaknya disampaikan Wakasek Kurikulum SMAN 1 Dukupuntang, Nono Sudarsono.
Nono mengatakan, meski sudah mengadakan pengayaan sejak bulan November 2012, tapi tetap ada beban bagi sekolah. Dengan sistem baru, pihaknya harus lebih ekstra lagi untuk melakukan persiapan dan meyakinkan para siswa agar tetap fokus saat menghadapi UN.
Pria murah senyum ini menuturkan, perubahan sistem ini memberikan sebuah tekanan dan beban bagi siswa, termasuk guru dan wali kelas yang mengajar di kelas XII. “Saya sebagai guru juga selalu berikhtiar dan berdoa kepada Allah agar semuanya berjalan lancar. Mungkin niat pemerintah itu baik (mengubah sistem paket soal, red) untuk meminimalisasi kecurangan-kecurangan pada UN. Dampaknya kembali lagi pada siswa,” ucapnya.
Meski soal dibuat beda, Nono yakin anak didiknya mampu menyelesaikannya. “Sejauh ini SMAN Dukupuntang sudah siap. Siswa kami sudah melakukan latihan setiap harinya. Sampai hari ini mungkin ada kehawatiran dengan sistem baru, tapi tetap kita hadapi,” tuturnya. Pihaknya akan terus memberikan motivasi agar siswa tetap percaya diri menghadapi UN.
Hal senada diungkapkan Wakasek SMPN 1 Sumber, Zubaidi Syam. Dengan perubahan sistem ini, kata Zubaidi, membebani sekolah, siswa dan orang tua. Tapi pihaknya sudah memberikan arahan-arahan dan meyakinkan para siswa untuk yakin menjalaninya nanti.
“Sebenarnya perubahan sistem UN sudah disosialisasikan dari lima paket ke 20 paket dan memberikan pemahaman psikologi dan memberikan motivasi. Tapi tetap saja, mental siswa hampir rata-rata drop. Tugas kami sekarang adalah memberikan semangat dan meyakinkan mereka bahwa semua bisa dilaksanakan,” tegas Zubaidi.
Beberapa siswa yang ditemui memang mengaku khawatir menghadapi UN tahun ini. Astri, siswi kelas XII IPS 1 SMAN 1 Sumber mengatakan UN tahun ini sedikit “menakutkan”. Meski pun sudah diadakan try out, mengikuti bimbel, dan bahkan menambah jam mata pelajaran, tetap membuatnya gelisah.
“Banyangkan saja, sekolah tiga tahun masa nasib kelulusan untuk masuk perguruan tinggi ditentukan dalam waktu tiga hari. Sebel juga, apalagi sekarang sistem UN berubah, wah tambah pusing,” ujarnya, Rabu (6/3).
Meski demikian, kata Astri, mau tidak mau UN harus ditempuh. Dia berusaha semaksimal mungkin dan konsentrasi saat mengerjakan soal. “Kita sih hanya bisa berdoa, alias pasrah. Tapi tetap konsentrasi juga untuk mengerjakan soal, tapi kalau bingung-bingung mending gak diisi soalnya. Enakan juga tidak usah ada UN,” jelasnya.
Hal senada pun diungkapkan Margareta, siswi SMA kelas XII IPS 1 SMAN 1 Sumber. Dengan berubahnya paket soal tersebut bisa membingungkan dirinya. Apalagi soal UN nanti berbeda-beda dalam satu ruangan. “Susah juga, tapi harus dihadapi,” tuturnya.
Sementara siswi SMPN 1 Sumber Yolanda Dwi Tania menuturkan, mengaku pasrah mengikuti UN. “Apalagi ada bahasa 10 persen soal ringan, 70 persen sedang, dan 20 persen terbilang sulit. Pasrah saja saya saat mengerjakan soal UN nanti. Tinggal kepala menghadap ke atas artinya berdoa, dan ke bawah artinya menangis,” ucap siswa kelas IX B ini.
Meski demikian, sambung Yolanda, dirinya tidak terlalu kaget mendengar hal ini karena jauh-jauh hari pihak sekolah sudah memberikan informasi kepada siswa dan terus memberikan motivasi. “Guru-guru sering ngasih tau dan mengingatkan agar tenang. Tetap saja kita merasa terbebani, tapi ya harus menghadapi UN,” ungkapnya.
Lain halnya dengan Mugni Labib E, rekan Yolanda. Dia mengatakan, adanya perubahan sistem UN ini justru membuatnya terpacu untuk lebih giat belajar lagi dengan mengikuti kisi-kisi yang telah diberikan oleh guru, dan mempelajari soal UN tahun lalu. “Bagi saya yang penting belajar dengan serius. Kekhawatiran itu ada, tapi nanti bisa dilewati kok,” tandasnya. (sam)
Nono mengatakan, meski sudah mengadakan pengayaan sejak bulan November 2012, tapi tetap ada beban bagi sekolah. Dengan sistem baru, pihaknya harus lebih ekstra lagi untuk melakukan persiapan dan meyakinkan para siswa agar tetap fokus saat menghadapi UN.
Pria murah senyum ini menuturkan, perubahan sistem ini memberikan sebuah tekanan dan beban bagi siswa, termasuk guru dan wali kelas yang mengajar di kelas XII. “Saya sebagai guru juga selalu berikhtiar dan berdoa kepada Allah agar semuanya berjalan lancar. Mungkin niat pemerintah itu baik (mengubah sistem paket soal, red) untuk meminimalisasi kecurangan-kecurangan pada UN. Dampaknya kembali lagi pada siswa,” ucapnya.
Meski soal dibuat beda, Nono yakin anak didiknya mampu menyelesaikannya. “Sejauh ini SMAN Dukupuntang sudah siap. Siswa kami sudah melakukan latihan setiap harinya. Sampai hari ini mungkin ada kehawatiran dengan sistem baru, tapi tetap kita hadapi,” tuturnya. Pihaknya akan terus memberikan motivasi agar siswa tetap percaya diri menghadapi UN.
Hal senada diungkapkan Wakasek SMPN 1 Sumber, Zubaidi Syam. Dengan perubahan sistem ini, kata Zubaidi, membebani sekolah, siswa dan orang tua. Tapi pihaknya sudah memberikan arahan-arahan dan meyakinkan para siswa untuk yakin menjalaninya nanti.
“Sebenarnya perubahan sistem UN sudah disosialisasikan dari lima paket ke 20 paket dan memberikan pemahaman psikologi dan memberikan motivasi. Tapi tetap saja, mental siswa hampir rata-rata drop. Tugas kami sekarang adalah memberikan semangat dan meyakinkan mereka bahwa semua bisa dilaksanakan,” tegas Zubaidi.
Beberapa siswa yang ditemui memang mengaku khawatir menghadapi UN tahun ini. Astri, siswi kelas XII IPS 1 SMAN 1 Sumber mengatakan UN tahun ini sedikit “menakutkan”. Meski pun sudah diadakan try out, mengikuti bimbel, dan bahkan menambah jam mata pelajaran, tetap membuatnya gelisah.
“Banyangkan saja, sekolah tiga tahun masa nasib kelulusan untuk masuk perguruan tinggi ditentukan dalam waktu tiga hari. Sebel juga, apalagi sekarang sistem UN berubah, wah tambah pusing,” ujarnya, Rabu (6/3).
Meski demikian, kata Astri, mau tidak mau UN harus ditempuh. Dia berusaha semaksimal mungkin dan konsentrasi saat mengerjakan soal. “Kita sih hanya bisa berdoa, alias pasrah. Tapi tetap konsentrasi juga untuk mengerjakan soal, tapi kalau bingung-bingung mending gak diisi soalnya. Enakan juga tidak usah ada UN,” jelasnya.
Hal senada pun diungkapkan Margareta, siswi SMA kelas XII IPS 1 SMAN 1 Sumber. Dengan berubahnya paket soal tersebut bisa membingungkan dirinya. Apalagi soal UN nanti berbeda-beda dalam satu ruangan. “Susah juga, tapi harus dihadapi,” tuturnya.
Sementara siswi SMPN 1 Sumber Yolanda Dwi Tania menuturkan, mengaku pasrah mengikuti UN. “Apalagi ada bahasa 10 persen soal ringan, 70 persen sedang, dan 20 persen terbilang sulit. Pasrah saja saya saat mengerjakan soal UN nanti. Tinggal kepala menghadap ke atas artinya berdoa, dan ke bawah artinya menangis,” ucap siswa kelas IX B ini.
Meski demikian, sambung Yolanda, dirinya tidak terlalu kaget mendengar hal ini karena jauh-jauh hari pihak sekolah sudah memberikan informasi kepada siswa dan terus memberikan motivasi. “Guru-guru sering ngasih tau dan mengingatkan agar tenang. Tetap saja kita merasa terbebani, tapi ya harus menghadapi UN,” ungkapnya.
Lain halnya dengan Mugni Labib E, rekan Yolanda. Dia mengatakan, adanya perubahan sistem UN ini justru membuatnya terpacu untuk lebih giat belajar lagi dengan mengikuti kisi-kisi yang telah diberikan oleh guru, dan mempelajari soal UN tahun lalu. “Bagi saya yang penting belajar dengan serius. Kekhawatiran itu ada, tapi nanti bisa dilewati kok,” tandasnya. (sam)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kekerasan Seksual Meningkat, Bukti Pendidikan Karakter Gagal
Redaktur : Tim Redaksi