BAGRAM - Militan Taliban terus gencar melancarkan serangan dengan target personel militer Amerika Serikat (AS) di Afghanistan. Setelah merenggut nyawa banyak tentara Negeri Paman Sam melalui sepak terjang polisi dan personel militer Afghanistan yang berpihak pada mereka, Taliban ganti menyasar Pangkalan Udara Bagram.
Lewat tengah malam pada Senin lalu (20/8), militan yang menguasai wilayah perbatasan Afghanistan-Pakistan tersebut menembakkan dua roket ke pangkalan milik AS tersebut. Pangkalan yang terletak di dekat Kota Bagram, Distrik Bagram, Provinsi Parwan, atau sekitar 60 kilometer utara Kota Kabul, itu pun rusak berat. Bahkan, salah satu roket Taliban mengenai pesawat militer C-17 yang biasa digunakan Kepala Staf Gabungan (Pangab atau Panglima Angkatan Bersenjata) AS Jenderal Martin E. Dempsey, 60.
"Pesawat pejabat militer tertinggi AS rusak akibat roket militant. Dua kru maintenance terluka," kata seorang jubir militer AS di Bagram kemarin (21/8).
Beruntung, Dempsey selamat. Saat serangan itu terjadi, kebetulan jenderal 60 tahun itu memang sedang berkunjung ke pangkalan tersebut. Tapi, jenderal kelahiran Jersey City, New Jersey, 14 Maret 1952, itu tidak terluka sedikit pun. Sebab, pria yang menjabat Pangab AS sejak 1 Oktober 2011 tersebut tidur di barak ketika roket Taliban mengenai dan menghancurkan pesawatnya.
Kolonel Dave Lapan, jubir Dempsey, melaporkan bahwa orang nomor satu di jajaran militer AS itu terpaksa pulang dengan menggunakan pesawat lainnya. "Serpihan logam dari roket militan itu merusak pintu pesawat saat diparkir di landasan pacu," papar Lapan. Meski dua kru maintenance terluka, kondisi mereka tidak sampai mengkhawatirkan.
Tidak jelas apakah Taliban memang menarget Dempsey dalam serangan tersebut. Tetapi, ISAF (pasukan koalisi di bawah koordinasi NATO yang bertugas di Afghanistan) yakin bahwa roket itu tidak sengaja dimaksudkan untuk melumpuhkan mantan kepala staf Angkatan Darat (KSAD) AS tersebut maupun pesawatnya.
"Ini hanya kebetulan. Sebab, pesawat C-17 yang ditumpangi Jenderal (Dempsey) tidak beda dengan pesawat C-17 lainnya," kata jubir ISAF NATO.
Saat serangan terjadi, jubir yang tak disebutkan namanya itu menyatakan bahwa terdapat lebih dari satu pesawat C-17 di landasan pacu. Dia pun yakin Taliban tidak benar-benar atau sengaja menarget pesawat Dempsey. Lagipula, serangan roket itu bukanlah sesuatu yang asing di Bagram. "Serangan tidak langsung seperti itu memang sering terjadi di sini," ungkapnya.
Namun, serangan Taliban terhadap personel militer AS dan Barat lain di Afghanistan cenderung meningkat akhir-akhir ini. Bahkan, serangan itu didukung kalangan dalam militer atau personel kepolisian Afghanistan. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa serangan tersebut dipersiapkan atau disengaja.
Zabiullah Mujahid, selaku jubir Taliban Afghanistan, membenarkan bahwa serangan roket di Bagram itu sebagai hasil perbuatan personelnya. Dalam keterangannya, dia menegaskan bahwa serangan dua roket tersebut memang sengaja menarget Dempsey.
"Target dari serangan kami memang pesawat itu. Sebelumnya, kami telah mendapatkan informasi valid dari sumber tepercaya mengenai ciri-ciri dan lokasi parkir pesawat itu," bebernya.
Dempsey terbang ke Bagram untuk melakukan rapat koordinasi dengan seluruh komandan AS yang bertugas di Afghanistan. Terutama, setelah tak sedikit tentara AS yang tewas di tangan polisi dan militer Afghanistan. Padahal, mereka seharusnya menjadi sekutu AS.
Meningkatnya frekuensi serangan "internal" beberapa waktu terakhir itu membuat prihatin Washington. Menteri Pertahanan (Menhan) AS Leon Panetta pun telah berdiskusi dengan Dempsey terkait masalah tersebut. (AP/AFP/RTR/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesawat Jatuh, Menteri Agama Sudan Tewas
Redaktur : Tim Redaksi