Dalam wawancara dengan televisi NBC News Jumat (18/2), seorang pejabat Pentagon (Departemen Pertahanan AS) menyatakan bahwa militer dan intelijen negerinya punya peran di Syria. "Sejumlah pesawat tanpa awak milik militer dan intelijen AS beroperasi di langit Syria untuk memantau perkembangan bentrok di lapangan," ungkap pejabat yang merahasiakan namanya tersebut.
Tetapi, dia menegaskan bahwa pesawat-pesawat mata-mata itu hanya melakukan pemantauan. "Misi mata-mata itu sama sekali tidak dimaksudkan sebagai persiapan atas rencana serangan militer ke Syria," katanya. Pemerintahan Obama juga menegaskan bahwa data yang terkumpul lewat misi pesawat mata-mata itu justru bisa menjadi bukti visual kepada dunia internasional terkait kondisi Syria.
"Melalui bukti-bukti visual dan rekaman komunikasi antara rezim dengan militer Syria, kita bisa mencari celah untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan bagi warga yang membutuhkan," lanjut pejabat itu.
Rencananya, negara-negara Arab maupun Barat bakal mengirimkan bantuan pangan dan obat-obatan lewat udara. Sebab, distribusi bantuan melalui jalur darat akan terlalu berisiko. Bahkan, sejumlah negara Arab di kawasan Teluk juga berjanji untuk mengirimkan bantuan senjata kepada kelompok oposisi di Syria
Bersamaan itu, di tengah gencarnya aksi unjuk rasa menentang rezimnya, kemarin Assad menerima kunjungan utusan pemerintah Tiongkok. Dalam pertemuan itu, Wakil Menteri Luar Negeri Zhai Jun menyampaikan sikap dan kebijakan pemerintahnya terhadap situasi di Syria.
Dia mendesak pemerintah Syria dan oposisi sama-sama menghentikan serangan. "Tiongkok meminta pemerintah, oposisi dan kaum pemberontak (di Syria) untuk segera berhenti melakukan kekerasan," tuturnya usai berbincang dengan Assad dalam pertemuan tertutup. (AFP/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Truk Israel Hantam Bus Sekolah Palestina, 10 Tewas
Redaktur : Tim Redaksi