jpnn.com - JAKARTA - Tim gabungan pencari pesawat AirAsia QZ8501 akhirnya menghentikan kegiatan pencarian korban dan puing pesawat pada Minggu (4/1) sore. Penghentian dilakukan karena kendala cuaca buruk di lokasi, di sekitar Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Menurut Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo, pihaknya juga harus mementingkan keselamatan para anggota tim, oleh karena itu pencarian dihentikan. Termasuk tim dari luar negeri seperti Rusia dan Amerika.
BACA JUGA: PNS Manja, Diminta Tiru Daya Juang TKI-TKW
"Kita juga pentingkan safety, karena dihambat cuaca. Pesawat Rusia sudah masuk area searching tapi akhirnya kembali juga karena cuaca buruk," ujar Soelistyo dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta Pusat, Minggu (4/1) malam.
Pesawat Rusia yang dimaksud adalah pesawat amfibi milik Rusia Beriev BE-200. Selain mampu mendarat di air, kapal terbang jenis high wing itu memiliki peralatan pendeteksi sonar yang sangat canggih yang dikenal dengan nama Falcon. Alat itu cukup bisa diandalkan untuk mendeteksi black box. Namun, cuaca di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun tak bisa dilawan.
BACA JUGA: DPR Sanjung Basarnas, Rencana Bentuk Panja Dimatangkan
Seperti diketahui tim gabungan Indonesia mendapat banyak bantuan dari negara lain. Seperti Amerika, Singapura, Korea Selatan, Malaysia, Jepang, Rusia dan lainnya bahkan masih mengantre.
Meski demikian, Soelistyo optimis cuaca akan lebih baik besok sehingga pencarian jenazah dan puing pesawat dapat dilaksanakan lagi.
Ia menyatakan kemungkinan ombak tidak setinggi hari ini sehingga menyulitkan kapal dan penyelam yang mencari jenazah.
BACA JUGA: Nyetir, Sosok Tinggi Besar Duduk di Sampingnya, Tersenyum Lalu Menghilang
"Dua hari ini tantangan kita memang cuaca buruk. Kita harapkan dengan bantuan yang datang juga bisa dilanjutkan," tandas Soelistyo. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Komisi V: Biarkan KNKT Menginvestigasi AirAsia
Redaktur : Tim Redaksi