PHOENIX - Era pesawat tanpa bahan bakar minyak sepertinya sudah di depan mata. Solar Impulse menjadi purwarupa pesawat tanpa bahan bakar minyak.
Pesawat tenaga surya berawak pertama itu merampungkan leg pertama uji terbangnya di Bandara Internasional Sky Harbor, Kota Phoenix, Maricopa County, Negara Bagian Arizona, Amerika Serikat (AS), Sabtu (4/5) sekitar pukul 00.30. "Rasanya seperti sedang bermimpi," ujar Bertrand Piccard, pilot asal Swiss yang mengawaki pesawat canggih itu.
Piccard langsung melambai-lambaikan tangan sambil tersenyum begitu Solar Impulse mendarat. Dia lantas mengibarkan bendera bertulisan Solar Impulse dan memamerkannya ke arah media. Dia mengaku bangga bisa menjadi bagian penting dari sejarah pesawat tenaga surya.
Solar Impulse lepas landas dari Lapangan Udara Federal Moffett di Kota Mountain View, Santa Clara County, Negara Bagian California, pada Jumat pagi lalu (3/5). Pesawat yang diklaim sebagai pesawat tenaga surya paling modern itu sedang menjalani misi uji terbang keliling Benua Amerika. Kemarin Piccard membuktikan kemampuan pesawat tersebut untuk terbang pada malam hari.
"Hari ini (kemarin) kami telah membuktikan bahwa tanpa bahan bakar, pesawat ini bisa terbang pada malam dan siang hari hanya dengan mengandalkan tenaga surya," ungkap Piccard.
Pria 55 tahun itu menambahkan, kemampuan terbang Solar Impulse cukup stabil pada malam dan siang. Sebab, sayap pesawat yang sengaja didesain lebar itu mampu menyimpan 12.000 sel photovoltaic.
Dari Phoenix, Solar Impulse akan melanjutkan penerbangan ke Bandara Internasional Dallas/Fort Worth yang berada di antara Kota Dallas dan Kota Fort Worth di Negara Bagian Texas. Dari Texas, pesawat tenaga surya itu terbang menuju Bandara Internasional Lambert-St Louis di Kota St Louis, St Louis County, Negara Bagian Missouri.
Untuk menggenapi misinya berkeliling Benua Amerika, Solar Impulse pun bakal meninggalkan Missouri dan menuju Negara Bagian Washington. Di Washington, pesawat tenaga surya berawak pertama tersebut akan mendarat di Bandara Internasional Dulles, Kota Washington. Tujuan akhir Solar Impulse adalah Bandara Internasional John F. Kennedy di Kota New York, Negara Bagian New York.
Setiap kali mendarat, Solar Impulse akan singgah sepuluh hari di bandara yang bersangkutan. Dalam kurun waktu itu, pesawat menjalani perawatan dan pengisian ulang baterai. Setelah istirahat sepuluh hari, pesawat tenaga surya itu kembali melanjutkan penerbangan selama sekitar 19 sampai 25 jam. Menurut Piccard, pesawat tersebut mampu terbang dengan kecepatan hampir 65 kilometer per jam.
Sayang, pesawat dengan kursi tunggal itu tidak mampu menembus awan. Karena itu, Solar Impulse tidak akan pernah bisa mengudara jika cuaca buruk. Bobot pesawat yang hanya seberat mobil pun membuatnya sangat rentan terhadap angin.
"Pesawat ini memang tidak dirancang untuk menjadi armada komersial. Tapi, setidaknya, kami bisa menunjukkan kemampuan pesawat tenaga surya," kata Piccard. (AP/AFP/hep/c10/tia)
Pesawat tenaga surya berawak pertama itu merampungkan leg pertama uji terbangnya di Bandara Internasional Sky Harbor, Kota Phoenix, Maricopa County, Negara Bagian Arizona, Amerika Serikat (AS), Sabtu (4/5) sekitar pukul 00.30. "Rasanya seperti sedang bermimpi," ujar Bertrand Piccard, pilot asal Swiss yang mengawaki pesawat canggih itu.
Piccard langsung melambai-lambaikan tangan sambil tersenyum begitu Solar Impulse mendarat. Dia lantas mengibarkan bendera bertulisan Solar Impulse dan memamerkannya ke arah media. Dia mengaku bangga bisa menjadi bagian penting dari sejarah pesawat tenaga surya.
Solar Impulse lepas landas dari Lapangan Udara Federal Moffett di Kota Mountain View, Santa Clara County, Negara Bagian California, pada Jumat pagi lalu (3/5). Pesawat yang diklaim sebagai pesawat tenaga surya paling modern itu sedang menjalani misi uji terbang keliling Benua Amerika. Kemarin Piccard membuktikan kemampuan pesawat tersebut untuk terbang pada malam hari.
"Hari ini (kemarin) kami telah membuktikan bahwa tanpa bahan bakar, pesawat ini bisa terbang pada malam dan siang hari hanya dengan mengandalkan tenaga surya," ungkap Piccard.
Pria 55 tahun itu menambahkan, kemampuan terbang Solar Impulse cukup stabil pada malam dan siang. Sebab, sayap pesawat yang sengaja didesain lebar itu mampu menyimpan 12.000 sel photovoltaic.
Dari Phoenix, Solar Impulse akan melanjutkan penerbangan ke Bandara Internasional Dallas/Fort Worth yang berada di antara Kota Dallas dan Kota Fort Worth di Negara Bagian Texas. Dari Texas, pesawat tenaga surya itu terbang menuju Bandara Internasional Lambert-St Louis di Kota St Louis, St Louis County, Negara Bagian Missouri.
Untuk menggenapi misinya berkeliling Benua Amerika, Solar Impulse pun bakal meninggalkan Missouri dan menuju Negara Bagian Washington. Di Washington, pesawat tenaga surya berawak pertama tersebut akan mendarat di Bandara Internasional Dulles, Kota Washington. Tujuan akhir Solar Impulse adalah Bandara Internasional John F. Kennedy di Kota New York, Negara Bagian New York.
Setiap kali mendarat, Solar Impulse akan singgah sepuluh hari di bandara yang bersangkutan. Dalam kurun waktu itu, pesawat menjalani perawatan dan pengisian ulang baterai. Setelah istirahat sepuluh hari, pesawat tenaga surya itu kembali melanjutkan penerbangan selama sekitar 19 sampai 25 jam. Menurut Piccard, pesawat tersebut mampu terbang dengan kecepatan hampir 65 kilometer per jam.
Sayang, pesawat dengan kursi tunggal itu tidak mampu menembus awan. Karena itu, Solar Impulse tidak akan pernah bisa mengudara jika cuaca buruk. Bobot pesawat yang hanya seberat mobil pun membuatnya sangat rentan terhadap angin.
"Pesawat ini memang tidak dirancang untuk menjadi armada komersial. Tapi, setidaknya, kami bisa menunjukkan kemampuan pesawat tenaga surya," kata Piccard. (AP/AFP/hep/c10/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Facebook Tutup Akses Konten Berbau Kekerasan
Redaktur : Tim Redaksi