Piala Presiden 2018

Pesta Rakyat dan Tumbuhnya Ekonomi Kerakyatan

Minggu, 18 Februari 2018 – 14:44 WIB
Ketua SC Piala Presiden 2018 Maruarar Sirait Saat memantau Pedagang di sekitaran stadion. Foto: Amjad/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Puluhan ribu suporter dan ratusan pedagang tumpah ruah pada perhelatan final Piala Presiden 2018 di plaza utara Stadion Utama Gelora Bung Karno, Sabtu (17/2).

Mereka berkumpul di salah satu titik yang menjadi pusat suporter untuk masuk ke dalam area ring road kompleks olahraga terbesar di Indonesia tersebut.

BACA JUGA: Kapolda Metro Jaya Ingatkan Jakmania Jaga Suasana Ibu Kota

Selain di sana, ada juga pedagang yang ditempatkan di plasa timur dan beberapa titik parkir yang menjadi pusat keramaian orang.

Rapi dan tertib, kesan itu muncul saat deretan pedagang kaki lima tersebut berdagang. Mereka tampak nyaman dan mau diatur sehingga setiap pedagang memiliki kesempatan yang sama lapaknya didatangi suporter.

BACA JUGA: Marko Simic Pengin Bela Timnas Indonesia, Anda Setuju?

Hal yang biasanya tak terjadi saat laga-laga lain digelar, baik itu Timnas maupun kompetisi kasta tertinggi berjalan.

Ya, kesan kumuh dan semrawut, tak tampak di Piala Presiden ini. Mereka tertib, mau ditempatkan, mau diatur, karena ada ketegasan dan standar penanganan pedagang yang dilakukan panitia Piala Presiden.

BACA JUGA: Sore Ini Persija Gelar Pawai, The Jakmania Jangan Nakal

Di satu sisi upaya untuk memberikan pemasukan dan mendatangkan rezeki bagi pedagang ada, sementara di sisi lain ada upaya untuk membiasakan para pedagang tertib.

Biasanya, pedagang-pedagang ini tak dilokalisir. Seperti yang dikatakan salah satu pedagang, Pak Min. Siapa yang berani bayar mahal ke petugas keamanan, maka dia bisa mendapatkan tempat yang sangat strategis. Bahkan, bisa masuk ke area ring road SUGBK.

"Bayarnya ada yang sampai Rp 100 ribu mas sekali dagang. Ini kalau pedagang kecil kaya kami lumayan, tapi bisa ketutup juga dari untung. Cuma ya, memang itu mahal sekali, semakin ramai pertandingan bisa berubah harganya," ungkap dia.

Namun, saat ini pungutan liar sudah direduksi dan uang kebersihan, langsung dibayar secara kolektif sehingga bisa meringankan beban yang berjualan di sana.

"Saya nggak mau cerita, nanti saya nggak enak nggak bisa jualan lagi di sini. Pokoknya bayarnya uang kebersihan nggak semahal biasanya aja," terang dia.

Hal yang sama juga dijelaskan pedagang asongan yang biasanya bisa masuk ke dalam kawasan stadion. di SUGBK, pedagang tersebut memang banyak terlihat, demikian juga di venue-venue lain, para pedagang asongan ini bisa menjajakan dagangannya dengan rompi khusus dan dengan barang dagangan yang sesuai standar keamanan dari panitia.

Mereka justru merasa senang, karena sedari awal sudah tahu tata cara, apa standarnya, dan bagaimana agar bisa turut berdagang di kawasan stadion.

"Kami jualan air saja kalau dulu sama botolnya masuk, sekarang kan nggak boleh, jadi kami siapkan plastiknya. Kami senang asal tidak dilarang saja, kami juga cari rezeki. Kami senang ramainya luar biasa ini penontonnya," tutur Mang Asep, pedagang asongan di GBK.

Jauh sebelum turnamen berjalan, dalam pembukaan Piala Presiden di Bandung 16 Januari lalu, Ketua Steering Committee Piala Presiden 2018 Maruarar Sirait memang menyebut Piala Presiden juga bertujuan meningkatkan ekonomi kerakyatan.

Karena itu, pihaknya benar-benar memperhatikan keberadaan para pedagang kaki lima dan pedagang asongan.

"Kami harap turnamen ini membawa manfaat kepada pedagang asongan, PKL, juga tukang ojek di sekitar stadion sehingga mereka bisa menikmati hasil dari perhelatan ini," kata Ara dalam sambutan pembukaan Piala Presiden 2018, di Stadion GBLA Bandung.

Visi ini yang mendasari Panpel memberi ruang khusus untuk para PKL dan pedagang asongan. "Semoga pertandingan ini bisa memberikan kegembiraan untuk semua pihak," imbuh Ara.

Jumaroh, salah satu PKL di Stadion GBLA Bandung, merasakan dalam gelaran Piala Presiden ini dirinya ditarik uang kebersihan hanya sebesar Rp 10 ribu. Jauh lebih manusiawi dan bersahabat dibandingkan dengan sebelumnya.

"Sekarang murah senang semua pedagang karena murah bayarnya uang kebersihan. Kalau dulu sampai Rp 50 ribu," katanya saat ditemui di lokasi pedagang di Stadion GBLA.


Pedagang dan Data Dalam Angka

Piala Presiden ini layak menjadi contoh bahwa sepak bola dan olahraga juga bukan hanya terkait industri, tapi juga berbicara tentang ekonomi kerakyatan. Visi yang yang sangat mulia, yang selalu beriringan dengan tumbuhnya industri itu sendiri.

Sama seperti adanya CSR (Corporate Social Responsibility) di sebuah perusahaan, tanggung jawab kepada pedagang-pedagang kecil tak bisa diabaikan begitu saja.

Keberhasilan atau kesuksesan visi dan misi ekonomi kerakyatan di Piala Presiden tak bisa dilihat hanya dengan klaim bahwa pedagang ramai, pedagang bisa berjualan, pedagang senang karena dagangannya laku dan klaim-klaim sepihak lainnya. Tapi, panitia Piala presiden memberikan contoh nyata, bahwa semua harus direkam dengan data, jadi bukan hanya asal bicara saja.

Karena itulah, saat SC Piala Presiden Maruarar Sirait memberikan laporan terkait hal-hal kecil tapi menyentuh kepada masyarakat langsung kepada Presiden Joko Widodo, sikap antusias begitu terlihat dari orang nomor satu di Indonesia tersebut.

"Bapak Presiden juga menanyakan, soal bisa didatanya berbagai pedagang asongan dan kaki lima. Beliau sangat mengapresiasi kerja keras dari klub-klub tuan rumah yang sudah bekerja keras untuk mendapatkan data-data tersebut," kata Ara beberapa waktu lalu, usai menyerahkan laporan kepada Jokowi.

Dari data yang dikumpulkan JPNN dari pihak panitia Piala Presiden, memang belum semua data tercatat. Tapi, bisa dilihat seberapa besar pedagang kecil yang terlibat, dan seberapa besar pendapatan rata-rata harian yang didapatkan para pedagang tersebut.

Dimulai dari pembukaan, pedagang asongan dan PKL yang terdata tak cukup banyak. Namun, memasuki akhir babak penyisihan, terdata secara keseluruhan bahwa ada 7.583 PKL dan pedagang asongan yang merasakan limpahan rezeki tambahan dari gelaran Piala Presiden.

Memasuki babak delapan besar di Stadion Manahan, Solo, jumlah PKL dan pedagang asongan yang terlibat bertambah signifikan, yakni mencapai 1.000 lebih PKL dan pengasong. Total ada 8.620 PKL dan pengasong yang menikmati hajatan.

Kemudian, di semifinal, ada 1.800-an tambahan pedagang asongan dan PKL yang, data ini semakin lengkap dengan adanya 1.398 pedagang asongan dan PKL di laga puncak Piala Presiden di SUGBK, pada 17 Februari. Berapa pendapatan pedagang sehari? apabila di rata-rata dari data yang didapatkan JPNN, setiap pedagang rata-rata mendapatkan untung lebih dari Rp 450 ribu sehari.

Data-data ini adalah sebuah terobosan, bagi pengelola kompetisi di Indonesia. Tak hanya dilakukan di Piala Presiden, harusnya data-data yang transparan dan membangkitkan ekonomi kerakyatan ini, turut diterapkan oleh pengelola kompetisi Liga 1 2018.

Prinsip Transparansi, Kejujuran, dan Kepedulian Ekonomi Rakyat Kecil

Kejujuran dan memperhatikan pedagang kecil, adalah niatan yang mulia. Karena itu, menganut prinsip bahwa "apa yang anda lakukan maka anda yang memetik buahnya" berlaku di sini. Mengesampingkan logika bisnis umumnya yang tertutup terhadap keuangan, kepedulian Panitia Piala Presiden terhadap ekonomi rakyat kecil ternyata membawa berkah untuk turnamen itu sendiri.

Percaya atau tidak, buah kepedulian mendapatkan bayaran yang setimpal. Dimulai dari hadirnya banyak sponsor, karena niatan tulus panitia untuk memperhatikan hal-hal yang kecil yang menyentuh langsung ke masyarakat, lebih dari Rp 55 miliar masuk ke kas panitia.

Kepedulian berlanjut sampai akhirnya, penonton yang menyaksikan Piala Presiden bisa mencapai ratusan ribu orang dalam waktu hanya 31 hari. Padahal, tidak semua laga digelar dengan home and away, tapi suporter tim rela untuk berjalan jauh untuk mendukung timnya, terutama seperti di babak delapan besar dan semifinal yang lalu. Stadion Manahan Solo, ibarat rumah bagi suporter The Jakmania, Aremania, Bonek, K-cong Mania, Smeck Holligan, dan Semeton Dewata.

Memberikan ruang kepada pedagang kecil, sama dengan memberikan kesempatan suporter untuk mendapatkan hiburan yang nyaman, bisa membeli makanan dan minuman dengan harga yang merakyat pula. Itu menjadikan suporter nyaman dan senang datang ke stadion. Alhasil, stadion pun penuh dengan ratusan ribu suporter.

Data dari pihak panitia, ada 423.114 suporter yang hadir dalam 31 hari kalender, pendapatan panitia dari tiket, sampai menyentuh angka 20 Miliar atau tepatnya 20.299.447.000.

Bagaimana semua ini bisa terjadi, Ara menyebut kuncinya adalah team work. Dia selalu mengungkapkan, tak ada yang namanya manusia super, yang ada adalah tim super. "Ini bukan karena superman, ini terjadi karena super-team, terima kasih semuanya," ungkap Ara.

Rencananya, hasil audit akan dilaporkan pada 28 Februari mendatang. Dalam kesempatan ini, pihak panitia juga memastikan bakal ada pengumuman secara resmi seluruh data yang masuk mulai dari pedagang, pemasukan pedagang, sampai dengan kas uang masuk dan keluar.

Ini karena transparansi dan kejujuran serta peduli ekonomi rakyat kecil, Piala Presiden 2018 pun menggapai sukses yang lebih besar dari edisi sebelum-sebelumnya.

Piala Presiden benar-benar menjadi hiburan rakyat, pestanya pecinta sepak bola Indonesia, dan hari rayanya pedagang kecil di kawasan Stadion.(Muhammad Amjad/JPNN)

Data Pedagang Kaki Lima dan Asongan Sampai Semifinal

Penyisihan

Total 7.583
PKL 4.857
Asongan 2.726


Perempat Final

Total 8.620
PKL 5.558
Asongan 3.044

BACA ARTIKEL LAINNYA... Final Piala Presiden Sukses, Ketua SC Puji Jokowi dan Anies


Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler