Petani Bawang Putih di Magelang Makin Bergeliat

Selasa, 12 Juni 2018 – 12:05 WIB
Petani bawang putih di Magelang, Jawa Tengah. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Tidak banyak yang tahu Kabupaten Magelang, dulunya salah satu sentra penghasil bawang putih terbesar di Indonesia pada dekade 80 - 90-an. Sentra utama berada di lereng gunung Sumbing yaitu Kecamatan Kaliangkrik dan Windusari pada ketinggian di atas 1.000 mdpl. Namun seiring dengan mulai masuknya bawang putih impor 1995-an, kejayaan bawang putih Magelang berangsur surut.

Kini, geliat kebangkitan bawang putih di dua kecamatan tersebut mulai menghasilkan. Selain cabai dan hortikultura lain, kini petani setempat makin atraktif dengan tanam bawang putih secara masif, sentranya di Kecamatan Kaliangkrik dan Windusari.

BACA JUGA: Kementan Mengembangkan Jeruk pada Lahan Kelapa

Masuknya pelaku usaha importir yang berinvestasi bawang putih turut mendorong petani bangkit kembali tanam sekaligus turut mendukung pencapaian target swasembada tahun 2021.

BACA JUGA: Kementan Pastikan H-4 Lebaran Harga Masih Stabil

Total sampai dengan saat ini terdapat 14 perusahaan yang memiliki komitmen tanam di Magelang. Dalam kurun waktu 1 tahun, mulai terlihat hasilnya. Varietas lokal yang ditanam seperti lumbu hijau, lumbu kuning, lumbu putih, tawangmangu baru mampu berproduksi rata-rata mencapai 7 ton per hektar.

Meskipun masih di bawah rata-rata Sembalun dan Temanggung, namun dengan budidaya yang baik maka produktivitas diyakini akan meningkat.

BACA JUGA: Omzet Toko Tani Indonesia di Jakarta Sudah Rp 2,5 Miliar

Jika sebagian besar menikmati hasil dari pertanaman menggunakan benih lokal, Kabar baik datang dari uji benih impor asal Taiwan jenis Great Black Leaf yang ditanam di Temanggung, terbukti adaptif dengan produktivitas mencapai 10 ton per hektare. Benih Taiwan ini bisa menjadi salah satu alternatif bila benih lokal kurang di pasaran.

Salah satu champion bawang putih di Magelang, Tunov sangat mengapresiasi progam wajib tanam 5 persen bawang putih oleh pelaku usaha importir dikarenakan petani cukup diuntungkan dengan pola kemitraan ini.

“Sejauh ini kemitraan berjalan lancar dan tidak ada kendala yang berarti lapangan. Baik importir maupun petani sama menjaga komitmen bersama,” ungkapnya.

Pernyataan yang sama dikatakan oleh Awalin, ketua Poktan Sido Maju dan Farikhin, ketua Poktan Sido Luhur yang saat ini bermitra dengan salah satu importir yang komit dengan wajib tanamnya.

“Kami mendapat Rp 50 juta per hektare untuk kebutuhan benih, saprodi dan tenaga kerja. Ini Alhamdulillah sesuai dengan kesepakatan kerjasamanya,” terangnya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Magelang, Wijayanti mengatakan pihaknya wellcome terhadap kerja sama kemitraan pelaku usaha importir dengan petani bawang putih.

“Hasilnya realisasi tanam melalui APBN 2018 seluas 300 hektare dan wajib tanam importir seluas 1.356 hektare,” jelasnya.

Dirjen Hortikultura, Suwandi yang dihubungi terpisah menyatakan pola kemitraan ini sangat bagus dan menguntungkan kedua belah pihak. Pelaku usaha menyiapkan modal dan tata niaganya, sedangkan petani melakukan budidaya sehingga kemitraan terus berjalan secara berlanjutan

“Sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, pihaknya mengaku terus mengembangkan bawang putih secara bertahap untuk mencapai swasembada dan kesejahteraan petani. Target swasembada pada 2021 ditanam 80 ribu hektare,” sebutnya.

Suwandi mengungkapkan pada 2018 Kementan siap mengembangkan kawasan bawang putih dari APBN seluas 6.100 hektare lebih.

“Pelaku usaha wajib tanam 7.400 hektare, juga ada tanam petani swadaya dan investor,” terang Suwandi.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan Ajak Rusia Perangi Kampanye Negatif Sawit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler