jpnn.com - JOMBANG - Mesin penggiling tebu di dua pabrik gula (PG) wilayah PTPN X PG Djombang Baru dan PG Tjoekir Jombang pada awal giling kemarin gagal beroperasi. Para petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) maupun perkoperasian petani tebu bersepakat menolak mengirimkan hasil pertanian mereka. Kondisi demikian mengancam produksi gula 100 ribu kuintal per musim giling.
Sikap penolakan pengiriman tebu itu dipicu rendahnya rendemen (kadar gula dalam batang tebu) yang tidak kunjung dinaikkan menjadi 8. Sebelumnya, untuk PG Djombang Baru, ditetapkan rendemen 4 dan bagi petani PG Tjoekir Diwek, diputuskan rendemen 6.
BACA JUGA: Ruhut : Kasus Rahudman Politis
Aksi boikot pengiriman tebu dilakukan dalam waktu yang berbeda. Ratusan APTR di PG Djombang Baru yang dikawal anggota Banser memutuskan mengeluarkan truk pengangkut tebu mereka. Padahal, sebelumnya, truk-truk tersebut sudah siap bongkar di lokasi emplasemen (parkir angkutan tebu) atas permintaan manajemen PG Djombang Baru.
Sementara itu, di PG Tjoekir, petani berunjuk rasa dengan mendatangi kantor direksi. Di halaman kantor, petani APTR dan gabungan anggota perkoperasian petani tebu berorasi dengan membawa puluhan poster. Poster-poster bertuliskan hujatan yang ditujukan kepada direksi juga mereka pasang di pagar PG Tjoekir.
BACA JUGA: Ketua MK: Tidak Perlu Izin Presiden
"Kami hanya menuntut kesepakatan kenaikan rendemen delapan. Kalau hari ini (kemarin) belum ada itu (kenaikan), silakan petani menjual tebu ke luar (PG Djombang Baru)," ungkap Ketua APTR Jombang Basaruddin Saleh.
Sekitar seratus truk pengangkut tebu berada di lokasi emplasemen PG Djombang Baru sejak pagi. Truk-truk tersebut berjajar sembari menunggu proses timbang angkutan tebu sebelum akhirnya dipindah ke angkutan lori menuju penggilingan pabrik. (ris/abi/jpnn)
BACA JUGA: Ratusan Pilot dan Pramugari Jalani Tes Urine
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tenggak Racun Tikus, Ibu Satu Anak Tewas
Redaktur : Tim Redaksi