Petani di Sekitar Fukushima Mulai Menanam Padi Lagi

Kamis, 23 Mei 2013 – 06:15 WIB
MENGALAMI kebocoran nuklir karena hantaman gelombang tsunami pada 11 Maret 2011, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi terpaksa tidak beroperasi. Bukan hanya PLTN milik Tokyo Electric Power Co itu saja, kehidupan di area sekelilingnya yang berjarak 20 kilometer (no-go zone) pun terhenti. Tapi, belakangan, aktivitas menanam padi mulai muncul di area steril tersebut.

SABTU lalu (18/5) menjadi hari yang bersejarah bagi Tsuneaki Oonami. Bersama dua temannya yang sesama petani, dia sibuk mengatur benih padi. Untuk kali pertama sejak tsunami setinggi 40,5 meter melumpuhkan Tohoku Region, para petani Kota Tamura kembali menanam padi. Akhir pekan lalu, mereka menyemai benih padi di sawah 6 hektare yang sejak Maret 2011 dibiarkan tidur. ’’Semua berjalan lancar,’’ ucapnya dalam wawancara telepon dengan Agence France-Presse.

Selama ini, masyarakat Jepang mengenal Tamura sebagai salah satu daerah penghasil padi. Kota yang terletak di Distrik Miyakoji, Prefektur Fukushima, itu memang memiliki area persawahan yang cukup luas. "Kini aktivitas warga berangsur kembali normal karena cuaca juga sudah pulih," kata Oonami kemarin (22/5).

Sejak tahun lalu, dia dan penduduk Tamura yang lain mendiami kembali rumah mereka. Tapi, untuk sementara, mereka hanya boleh berada di Tamura pada siang saja. Karena hanya bisa beraktivitas pada siang, Oonami dan teman-temannya harus bekerja ekstrakeras. "Saya tidak yakin bibit padi ini akan tumbuh dengan baik dan tanpa gangguan," ungkap Hisao Tsuboi.

Pria 62 tahun itu khawatir jika bibit yang dirinya persiapkan dengan baik tersebut akan mati sebelum masa panen tiba. Sebab, para petani Tamura tidak bisa menjaga tanaman padi mereka dengan maksimal, terutama pada malam.

Selain itu, Tsuboi mengeluhkan jarak tempuh yang cukup jauh. Setiap hari dirinya harus menempuh perjalanan sekitar sejam dari tempat tinggal sementara menuju Tamura. Karena itu, dia sengaja menanam lebih dari satu jenis bibit padi. Tujuannya, memperbesar peluang keberhasilan. ’’Saya menanam benih padi hitomebore dan dua varietas yang lain di lahan 2,5 hektare,’’ katanya. Jika salah satu varietas tidak mampu bertahan, Tsuboi masih punya harapan pada dua varietas lain.

Selain tantangan yang bersifat fisik dari alam atau faktor teknis seperti jarak tempuh dan larangan tinggal pada malam, para petani Tamura harus menghadapi tantangan mental. Yakni, rumor dan kontroversi seputar kegiatan menanam padi di sekitar wilayah radiasi. Ya, lokasi Tamura di no-go zone membuat masyarakat mempertanyakan kelayakan dan keamanan beras yang nanti dihasilkan tanaman-tanaman padi tersebut.

Kami sudah menduga Oonami. Karena itu, dia dan para petani Tamura lainnya sudah melakukan beberapa langkah antisipasi. Salah satunya adalah dengan mensterilkan benih padi yang mereka tanam Sabtu lalu. Selain itu, para petani sengaja membendung air yang mereka yakini bebas dari partikel radioaktif untuk kemudian dialirkan ke saluran-saluran irigasi.

Kendati demikian, Oonami masih harus meluruskan berbagai rumor soal radiasi kepada masyarakat luas. Itu wajar jika masyarakat, khususnya warga Jepang, tidak yakin pada hasil bumi petani Tamura. Sebab, setelah hantaman tsunami, PLTN Fukushima Daiichi mengalami kebocoran.
Selain mencemari perairan di sekitar Fukushima, partikel radioaktif yang terlepas dari enam reaktor pada PLTN tersebut ditemukan pada tanah. Fakta itulah yang membuat masyarakat khawatir soal kualitas padi yang dihasilkan sawah-sawah di Tamura.

Oonami yakin padi yang dia hasilkan bakal bebas radiasi. "Kami menggunakan pupuk yang mengandung potasium untuk meminimalkan kandungan partikel radioaktif cesium pada padi," paparnya.

Cesium merupakan partikel radioaktif yang bisa terserap dan mengendap pada tanaman dan tidak terkecuali padi. Dengan menambahkan potasium, petani bisa mencegah penyerapan cesium oleh tanaman penghasil beras tersebut.

Meski demikian, menurut Oonami, para petani akan tetap memeriksakan kandungan partikel radioaktif pada beras yang mereka akan hasilkan. Apalagi, sawah yang mereka tanami padi itu terletak pada area yang hanya berjarak 15 kilometer dari PLTN. "Kami harus memastikan bahwa produk kami bebas radiasi sebelum mendistribusikan ke wilayah lain tegasnya tegasnya. Dia berharap hasil panen pertama akan memiliki nilai jual beras yang sama dengan beras lain. (AFP/The Asahi Shimbun/The Japan Daily Press/hep/c14/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Amerika Serikat Rumah Tornado

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler