Petani Minta Kementan Kendalikan Impor dan Menjamin Harga Kedelai Lokal

Sabtu, 26 Februari 2022 – 15:28 WIB
Petani meminta Kementan untuk menjamin harga kedelai lokal demi keberlangsungan produksi. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum KTNA M. Yadi Sofyan Noor menyatakan bahwa pihaknya mendukung pemerintah untuk menyediakan kedelai.

Yang terpenting adalah jaminan pasar dan ketersediaan benih.

BACA JUGA: Kementan Siapkan Benih Kedelai yang Bisa Disesuaikan di Iklim Tropis

“KTNA rapat se-Indonesia kemarin. Kami siap dukung Kementan karena selama ini kedelai kami lebih banyak impor. Berdasar data kami, 90 persen kedelai impor. Makanya, kami merumuskan langkah seperti pada 1992 agar petani bisa cukupi kebutuhan kedelai,” tandas Yadi saat diwawancara pada Jumat (25/2).

Yadi menuturkan, dari hasil konsolidasi, petani kedelai meminta pemerintah untuk mengendalikan impor dan memberikan jaminan harga kedelai lokal.

BACA JUGA: Kementan Dorong Grobogan Bisa Suplai Kebutuhan Benih Kedelai Nasional

Petani kedelai meminta jaminan harga kedelai untuk keberlanjutan produksi kedelai lokal.

Hal ini, salah satunya, disampaikan Ali, petani sekaligus ketua KTNA Grobogan.

BACA JUGA: Kementan Akan Tingkatkan Kompetensi SDM Petani untuk Antisipasi Perubahan Iklim

Ali mengakuu, saat ini, harga kedelai bisa dikatakan sedang bagus.

Petani mulai menanam kembali kedelai.

“Petani perlu adanya jaminan harga. Jika harga menguntungkan tanpa diberi bantuan, saya yakin petani semangat kembali menanam kedelai,” ujar Ali.

Grobogan adalah salah satu sentra kedelai di Indonesia.

Petani di sana sudah menerapkan sistem pertanaman kedelai yang lebih efisien dengan provitas yang dicapai sudah tinggi sekitar 2,5 ton per hektare.

Menurut Ali, kenaikan harga kedelai dimulai pada 2019 akibat dampak pandemi Covid-19.

Ali menegaskan perlunya mengoptimalkan benih yang berkualitas. 

Apabila bantuan benih bisa ditingkatkan menjadi 60 kg per hektare dengan daya tumbuh minimal 85 persen, produksi 2,5 ton per hektare akan tercapai.

“Kalau benih tidak berkualitas, maka hasil per hektare juga tidak akan terpenuhi,” tandasnya.

Sementara itu, Sudarwanto, ketua KTNA Blora, sependapat dengan hal tersebut.

Bagi dia, kepastian pasar dan harga sangat penting.

Dia menekankan keterbatasan benih kedelai dengan masa dormansi yang sangat pendek, yakni satu bulan, menjadi hal yang perlu diperhatikan bersama.

Untuk budi daya kedelai, pihaknya mengembangkan tanam kedelai sistem methuk di Blora, khususnya kedelai hitam.

“Jadi, Oktober tanam jagung, lalu 1 bulan mau panen bawahnya disemprot herbisida untuk ditanam kedelai. Saat panen jagung, maka kedelai mulai tumbuh,” jelas Sudarwanto.

Terkait kenaikan harga kedelai ini, Widodo penangkar kedelai dari LMDH Blora, menyatakan saat ini masyarakat di LMDH sudah gemar tanam kedelai karena harga yang sedang bagus.

“Kendala saat ini musim hujan, panen kurang optimal. Selain itu, alsintan baru punya 1 threser. Namun, petani di sini sedang semangat tanam kedelai,” ujarnya. (mrk/jpnn)


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler