Petani Pahlawan Kita

Selasa, 10 November 2020 – 17:48 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL). Foto: dok/Kementan RI

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan para petani merupakan pahlawan pangan. Dia juga meminta para petani dan penyuluh menjadikan momentum Hari Pahlawan untuk terus meneladani semangat para pendiri bangsa.

Dalam beberapa kesempatan, Mentan SYL juga menegaskan dalam kondisi saat ini, sektor pertanian bisa menjadi ujung tombak. Apalagi, berdasarkan data BPS, dari kuartal pertama ke kuartal kedua hanya sektor ini yang mengalami peningkatan PDB 16,24 persen.

BACA JUGA: Ziarah Hari Pahlawan, Jokowi: Perjuangan Kita Kini Memutus Rantai Penyebaran COVID-19

"Ini membuktikan pertanian tetap tangguh. Apalagi pada kuartal kedua ke ketiga, pertanian tetap meningkat 2,15 persen. Itu artinya petani tetap turun ke lapangan untuk menggejot pertanian. Hingga sampai saat ini pangan kita cukup. Sampai akhir Desember, kita masih surplus beras sampai tujuh juta ton. Meskipun Covid-19 produksi tetap meningkat. Dan ini adalah berkat peran petani dan penyuluh,” ucap Mentan SYL.

Hal tersebut dipertegas kembali oleh Kepala Badan PPSDMP Dedi Nursyamsi dalam program Ngobrol Asyik Penyuluhan Bareng Kepala BPPSDMP yang juga menghadirkan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan pada Selasa (10/11) yang disiarkan secara live streaming. Tema yang diangkat adalah Petani Pahlawan Kita.

BACA JUGA: Mentan Syahrul Sebut Petani Sebagai Pahlawan Ekonomi Bangsa

Dedi menyampaikan banyak hal yang harus diambil hikmahnya dari para pahlawan. Setidaknya ada tiga pelajaran. Pertama, semangat juang 45 pahlawan yang luar biasa. Pahlawan bisa mengusir penjajah dengan semangat juang tinggi meski dengan persenjataan ala kadarnya.

"Semangat itu harus kita tiru. Kalau dulu pahlawan membawa bambu runcing, saat ini semangat juang kita adalah meningkatkan produktivitas pertanian,” ucap Dedi.

BACA JUGA: Fenomena Habib Rizieq, Prof Jimly Melontarkan Kritik Menghujam

Menurut Dedi Nursyamsi, sasaran pertanian saat ini bukan lagi menaklukkan atau mengusir penjajah, tetapi meningkatkan produktivitas pertanian.

“Senjata kita bukan bambu runcing, senjata kita adalah pupuk, benih, pendampingan ke petani. Sehingga petani turun ke lapangan dan mampu meningkatkan produktivitas,” lanjutnya.

Semangat kedua pahlawan adalah rela berkorban. Dedi mengatakan, pahlawan mengorbankan apa pun untuk Indonesia merdeka, dari harta hingga nyawa.

“Kita sebagai penyuluh, ASN, apa yang sudah kita korbankan? Mari kita introspeksi. Dengan berbagai fasilitas, kita pikirkan apa yang bisa kita sumbangkan dan korbankan untuk negara,” katanya.

Hal ketiga adalah pantang menyerah. Semangat mati satu tumbuh seribu. Meski dibombardir senjata otomatis, tetapi para pahlawan tetap maju melawan penjajah hingga penjajah terusir dari Indonesia.

"Sekarang apakah kita akan menyerah dengan serangan hama, kekeringan, kekurangan pupuk? Petani dan penyuluh yang kuat akan meniru semangat pahlawan, maju terus. Tidak ada halangan untuk turun ke sawah,” katanya.

Dedi menegaskan, yang bisa menyediakan pangan adalah petani. Sekaligus bisa menyelamatkan Indonesia dari kelaparan. Saat resesi banyak negara kekurangan pangan, tetapi di Indonesia tidak asalkan petani dan penyuluh tetap semangat.

“Sesungguhnya, pahlawan yang utama saat ini adalah petani, petani adalah pahlawan pangan kita. Setiap saat kapan pun, petani tetap menjadi pahlawan. Karena petani terus giat, gigih, rajin turun ke lapangan menyediakan pangan untuk kita,” katanya.

Sementara Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), meminta kepada penyuluh pertanian untuk mendampingi petani dalam menginput eRDKK.

“Penyuluh adalah ujung tombak, garda terdepan. Untuk itu, kita meminta bantuan penyuluh untuk melakukan pendampingan kepada petani dalam penyusunan eRDKK, juga membantu sosialisasikan Kartu Tani. Agar pupuk bisa terdistribusi dengan baik dan tepat sasaran, sehingga mendukung peningkatan produktivitas,” katanya.(*/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler