Dari sekitar 13.992 ribu hektare sawah yang terkena dampak kekeringan, yang mengalami puso atau gagal panen sekitar 9.921,5 hektar atau dibulatkan menjadi 10 ribu hektare. Jika dikalkulasikan, per satu hektare sawah menghasilkan padi sebanyak 5 ton sekali panen, maka hasilnya 50 ribu ton padi hilang karena puso. Jika dirupiahkan mencapai Rp200 miliar
Angka tersebut derdasarkan hitungan Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan (Distanbunakhut) Kabupaten Cirebon.
“Sangat besar kerugiannya. Itu baru dari padi yang puso, belum dari sawah yang mengalami kekeringan berat yang mencapai 1.790 hektare, kekeringan sedang berjumlah 9.81,5 hektare dan kekeringan ringan yang mencapai 1.229 hektare. Yang paling parah mengalami kerugian adalah Kecamatan Gegesik dan Kapetakan, hampir sebagian besar tanaman padi mengalami puso,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Distanbunakhut Kabupaten Cirebon, Ir Wasman.
Dijelaskan, total kerugian itu terhitung dari bulan Juli, Agustus, hingga September atau selama tiga bulan terakhir dimana sedang puncak-puncaknya musim kering. Diprediksikan, pada minggu ketika bulan Oktober ini hujan akan turun. Makanya, agar tidak terjadi dampak kekeringan jilid kedua pada tahun depan, pihaknya meminta kepada para petani untuk segera mempercepat masa tanam sehingga musim tanam kedua pada tahun 2013 bisa terhidar dari musim kering.
“Segera percepat masa tanam,” jelasnya. Ia juga berharap agar pembangunan Waduk Jatigede segera selesai agar wilayah barat dan utara bisa tersuplai air ketika memasuki musim kering. “Itu harapan satu-satunya sumber air,” ucapnya.
Sementara anggota DPRD Kabupaten Cirebon dari Komisi II Hj Yuningsih SAg mengatakan, percepat masa tanam padi harus terus disosialisasikan kepada para petani. Saat ini pihaknya juga melakukan pengkajian tentang pembuatan sumur-sumur pantek yang bisa membantu para petani apabila kesulitan air irigasi. Kajian ini harus dilakukan agar pembuatan sumur pantek tidak asal-asalan, tapi bermanfaatkan bagi masyarakat. “Misalnya, sawah yang jauh dari jangkauan saluran irigasi primer, sekunder atau tersier harus diberikan sumur pantek,” paparnya.
Kemudian, normalisasi sungai dan waduk terus diupayakan dengan pihak terkait seperti Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung, Dinas PSDAP Provinsi Jawa Barat, bahkan hingga pusat. Karena keberadaan waduk saat ini sudah dangkal sehingga saat musim kering sudah tak mampu menampung air. “Karena anggaran APBD kita tidak cukup kita selalu berupaya meminta provinsi Jawa Barat membantu kita,” terang politisi PKB ini.
Untuk jangka ke depan, komisi II sudah melakukan sejumlah pembahasan guna mengurangi dampak kekeringan. Di antaranya rencana pembuatan bendung karet dan embung. “Kita terus bahas rencana itu, semoga bisa dialokasikan anggaran demi kemajuan pertanian di Kabupaten Cirebon,” pungkasnya. (jun/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Poso Diguncang Bom
Redaktur : Tim Redaksi