CIREBON- Ratusan lahan pertanian di Wilayah Timur Cirebon (WTC) kini masih terendam banjir. Hingga Sabtu (5/1) siang, air belum juga surut. Para petani tak bisa berbuat banyak, hanya bisa berharap air segera mengering (surat) agar bisa menanam padi.
Pantauan Radar Cirebon (Grup JPNN), lahan pertanian yang masih terendam banjir dan cukup parah berada di Kecamatan Gebang dan Losari. Parahnya, air merendam sebagai lahan yang sudah ditanami padi. Jika sampai tiga hari ke depan tak juga surut, dipastikan padi-padi itu akan mati.
Salah satu petani asal Desa Bendungan, Kecamatan Pangenen, Sarjani (34) mengatakan, ada sebagian lahan pertaniannya yang sudah ditanami padi, tetapi sebagiannya lagi belum ditanami.
Di daerahnya, ada sekitar 7 hektare lahan pertanian yang terendam banjir. Banjir tersebut dikarenakan kecilnya saluran pembuangan air. Dia meminta agar pemerintah peduli terhadap masalah petani di WTC.
Sementara petani asal Desa Panggangsari Kecamatan Losari, Carman, mengaku belum merugi karena belum menanam padi. Dia akan menanam padi pada akhir Januari. “Di desa saya lebih dari 10 hektare lahan pertanian yang terendam banjir. Lihat saja sudah kaya tambak. Untung saya belum nanam padi Mas,” ujar Carman.
Sementara Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon Ali Efendi mengatakan pihaknya bersama Dinas PSDAP tengah melakukan melakukan pembersihan dan memperbaiki saluran pembuangan air.
Ali pun mengimbau para petani untuk melakukan penanaman pada akhir Januari. “Yang pasti kita sudah lakukan koordinasi PSDA untuk benerin saluran air. Kita anjurkan petani tanam padi pada akhir Januari atau setelah volume hujan berkurang,” ujar Ali.
Diberitakan sebelumnya, curah hujan yang cukup tinggi sepanjang Jumat (4/1), membuat ratusan lahan pertanian (sawah) di Wilayah Timur Cirebon (WTC) terendam. Sawah-sawah itu umumnya berada di pinggir jalan pantura. Luas lahan pertanian yang terendam mencapai 130 hektare, tersebar mulai dari Kecamatan Pangenan, Astanajapura, Gebang, dan Losari.
Tohari (43), petani asal Desa Bendungan, Kecamatan Pangenan, mengatakan, baru tahun ini sawahnya terendam air. Beruntung, dia dan petani lainnya di Desa Bendungan belum menanam padi. Dikatakan, lahan pertanian Desa Bendungan yang terendam banjir sekitar 10 hektare. Tohari sendiri berencana menanam padi mulai pertengan Januari. Tapi jika air terus merendam lahan pertanian, dia khawatir tanamannya akan mati.
Masih kata Tohari, penyebab banjir karena saluran pembuangan air terlalu kecil. Untuk itu, dirinya menginginkan agar pemerintah cepat tanggap mengatasi hal tersebut.
“Kami sekarang takut, kalau sudah tanam, nanti ada lagi banjir begini. Ini memang karena saluran airnya kecil. Kami minta pemerintah perhatikan kami para petani,” ujar Tohari.
Petani lainnya, Kasnap (60), mengatakan, sekitar 12 hektare lahan pertanian di wilayahnya kini terendam. Parahnya, sebagian lahan sudah ditanami padi. Dia kini belum melakukan pemberian pupuk karena khawatir banjir lebih dari dua hari akan mengakibatkan matinya tanaman padi.
“Di desa saya ada 12 hektare sawah yang kebanjiran. Ada yang sudah tanam, ada yang belum. Saya termasuk yang sudah tanam padi, makanya takut kalau banjir ini lebih dari dua hari. Kalau satu hari sih bisa bertahan. Belum berani memberikan pupuk, takut sia-sia,” ujar petani Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang, itu. (den)
Pantauan Radar Cirebon (Grup JPNN), lahan pertanian yang masih terendam banjir dan cukup parah berada di Kecamatan Gebang dan Losari. Parahnya, air merendam sebagai lahan yang sudah ditanami padi. Jika sampai tiga hari ke depan tak juga surut, dipastikan padi-padi itu akan mati.
Salah satu petani asal Desa Bendungan, Kecamatan Pangenen, Sarjani (34) mengatakan, ada sebagian lahan pertaniannya yang sudah ditanami padi, tetapi sebagiannya lagi belum ditanami.
Di daerahnya, ada sekitar 7 hektare lahan pertanian yang terendam banjir. Banjir tersebut dikarenakan kecilnya saluran pembuangan air. Dia meminta agar pemerintah peduli terhadap masalah petani di WTC.
Sementara petani asal Desa Panggangsari Kecamatan Losari, Carman, mengaku belum merugi karena belum menanam padi. Dia akan menanam padi pada akhir Januari. “Di desa saya lebih dari 10 hektare lahan pertanian yang terendam banjir. Lihat saja sudah kaya tambak. Untung saya belum nanam padi Mas,” ujar Carman.
Sementara Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon Ali Efendi mengatakan pihaknya bersama Dinas PSDAP tengah melakukan melakukan pembersihan dan memperbaiki saluran pembuangan air.
Ali pun mengimbau para petani untuk melakukan penanaman pada akhir Januari. “Yang pasti kita sudah lakukan koordinasi PSDA untuk benerin saluran air. Kita anjurkan petani tanam padi pada akhir Januari atau setelah volume hujan berkurang,” ujar Ali.
Diberitakan sebelumnya, curah hujan yang cukup tinggi sepanjang Jumat (4/1), membuat ratusan lahan pertanian (sawah) di Wilayah Timur Cirebon (WTC) terendam. Sawah-sawah itu umumnya berada di pinggir jalan pantura. Luas lahan pertanian yang terendam mencapai 130 hektare, tersebar mulai dari Kecamatan Pangenan, Astanajapura, Gebang, dan Losari.
Tohari (43), petani asal Desa Bendungan, Kecamatan Pangenan, mengatakan, baru tahun ini sawahnya terendam air. Beruntung, dia dan petani lainnya di Desa Bendungan belum menanam padi. Dikatakan, lahan pertanian Desa Bendungan yang terendam banjir sekitar 10 hektare. Tohari sendiri berencana menanam padi mulai pertengan Januari. Tapi jika air terus merendam lahan pertanian, dia khawatir tanamannya akan mati.
Masih kata Tohari, penyebab banjir karena saluran pembuangan air terlalu kecil. Untuk itu, dirinya menginginkan agar pemerintah cepat tanggap mengatasi hal tersebut.
“Kami sekarang takut, kalau sudah tanam, nanti ada lagi banjir begini. Ini memang karena saluran airnya kecil. Kami minta pemerintah perhatikan kami para petani,” ujar Tohari.
Petani lainnya, Kasnap (60), mengatakan, sekitar 12 hektare lahan pertanian di wilayahnya kini terendam. Parahnya, sebagian lahan sudah ditanami padi. Dia kini belum melakukan pemberian pupuk karena khawatir banjir lebih dari dua hari akan mengakibatkan matinya tanaman padi.
“Di desa saya ada 12 hektare sawah yang kebanjiran. Ada yang sudah tanam, ada yang belum. Saya termasuk yang sudah tanam padi, makanya takut kalau banjir ini lebih dari dua hari. Kalau satu hari sih bisa bertahan. Belum berani memberikan pupuk, takut sia-sia,” ujar petani Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang, itu. (den)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jalur Pantura Kembali Telan Korban Jiwa
Redaktur : Tim Redaksi