jpnn.com, JEMBER - Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Jember Jumantoro mengatakan, petani tidak hanya menjual bahan mentahnya, tapi juga mengolah dan meningkatkan nilai ekonomisnya.
“Kami bersama jajaran pengurus HKTI Kabupaten Jember ingin mendesain para petani agar bisa mandiri di bidang masing-masing,” kata Jumantoro, Rabu (28/2).
BACA JUGA: Zulhasan: Setop Impor Beras, Biarkan Petani Nikmati Panen
Selain itu, pihaknya juga menjadi wadah sharing informasi mengenai dunia pertanian sehingga para petani bisa melek informasi dan melek teknologi.
Hal tersebut sekaligus menjadi area untuk memasarkan hasil pertanian mereka.
BACA JUGA: Fadli Zon: Diam-Diam HPP Membunuh Petani
“Petani zaman now harus kreatif, inovatif, mandiri, dan melek teknologi,” tegas Jumantoro.
Terlebih lagi di era digitalisasi, dunia maya menjadi pasar yang sangat empuk untuk memperluas pemasaran hasil pertanian.
BACA JUGA: Moeldoko Ajak Generasi Muda Bersaing dengan Tiongkok
Tidak sedikit para petani modern yang memasarkan hasil produksi mereka di dunia maya.
“Saat ini pasar bisa diakses lewat internet. Karena itu, kami mengajak masyarakat untuk melek teknologi, memahami pasar, serta menguatkan kelembagaan hingga ke tingkat desa,” kata Jumantoro.
Hal tersebut, lanjut dia, bisa mempermudah petani untuk menyalurkan hasil produksi mereka dan memotong mata rantai penjualan yang terlalu panjang.
“Kami menginginkan ada kerja nyata, bahwa petani ke depan bisa memberdayakan petani secara kontinu dan berkesinambungan,” tambah Jumantoro.
Jember dengan beragam potensi pertanian dan perkebunan menjadikan prospek bisnis hasil dan olahan produk pertanian terbuka sangat lebar.
HKTI Kabupaten Jember menangkap peluang tersebut dengan memberikan wadah kepada para petani agar dapat memasarkan langsung hasil olahannya kepada masyarakat luas.
Ketua Umum HKTI Jenderal TNI (Purn) Moeldoko mengatakan, inovasi-inovasi untuk mengembangkan teknologi pertanian akan menarik minat pemuda zaman now.
Langkah dan terobosan seperti itu, menurutnya, dapat menjadi salah satu solusi untuk mengadakan regenerasi petani.
Sebagai contoh, kata Moeldoko, HKTI telah mengembangkan pesawat drone untuk pertanian.
Drone ini, antara lain, berfungsi untuk pemupukan dan penyemprotan pestisida pembasmi hama tanaman.
“Hal-hal inovatif inilah yang akan dilakukan anak muda untuk sektor pertanian. Biarkan mereka melampiaskan kreativitasnya untuk pertanian. Nanti, mereka akan mencintai pertanian,” papar Moeldoko.
“Ini bentuk komitmen HKTI untuk turut melibatkan perempuan dan pemuda secara aktif dalam bidang pertanian. Seperti diketahui, kondisi regenerasi pertanian di Indonesia cukup mengkhawatirkan,” ujar Moeldoko.
Dia mengatakan, saat ini masih banyak orang yang meragukan petani muda.
“Sebagian dari kita ada yang menanyakan, masih adakah petani muda yang ingin turun ke tanah untuk bertani. Melalui tonggak sejarah inilah saya ingin memberikan sebuah kepastian masa depan, bahwa petani muda masih bisa diandalkan,” tegas Moeldoko.
Seperti diketahui, kondisi regenerasi petani Indonesia mengkhawatirkan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, jumlah petani muda di Indonesia saat ini 3.359.587 dan tiap tahun terus berkurang.
“Sementara luas lahan pertanian kita saat ini 7,78 juta hektare. Berarti harus bertani secara modern, kan? HKTI harus memperkenalkan modernisasi dunia pertanian, yaitu adaptif terhadap kemajuan teknologi pertanian, namun tetap menjaga kekhasan budaya bangsa Indonesia,” jelas Moeldoko.
Namun, secara umum, jumlah petani sebenarnya masih cukup banyak. BPS menyebutkan, jumlah petani pada 2013, sebanyak 31,7 juta orang. Jumlah usaha rumah tangga petani, pada 2013 hanya 26,14 juta.
“Sebenarnya secara kuantitas masih besar, tinggal bagaimana kapasitasnya ditingkatkan,” ujar Moeldoko. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertanian on the Right Track, nih Buktinya
Redaktur & Reporter : Ragil