JAKARTA - Koalisi Masyarakat Sipil mendesak institusi TNI-Polri mencopot dan membebastugaskan Komandan Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Letkol Inf Maruli Simanjuntak, Panglima Kodam IV/Diponegoro Mayjen TNI Hardiono Saroso dan Kapolda DIY Brigjen Sabar Rahardjo. Desakan ini dilayangkan setelah diketahui bahwa para petinggi dua institusi itu diduga mengetahui rencana penyerangan dan penembakan di Lapas klas IIB, Cebongan, Sleman.
"Setidak-tidaknya dibebastugaskan, untuk memungkinkan penyelidikan jadi lebih objektif dan leluasa memenuhi syarat-syarat keadilan," tegas aktivisi KontraS, Usman Hamid dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (5/4).
Sementara itu, menurut Koordinator KontraS, Haris Azhar ketiga orang ini diduga hadir dan mengetahui pertemuan kecil yang dilakukan sebelum aksi penyerangan di Lapas Cebongan. Dugaannya, pertemuan itu dilakukan untuk menjalankan aksi penyerangan lapas. Oleh karena itu, ia meyakini bahwa aksi ini sangat terencana. Diketahui oleh para komandan.
"Pada 22 maret sekitar pkeul 18 beredar sms bahwa 3 pleton Kopassus masuk Jogja. Lalu adik dari korban Juan mendapat info SMS, diminta untuk hati-hati. Dan yang memberitahu, adalah anggota kepolisian.
Jadi dalam 3 hari menuju 23 maret, ada pengetahuan-pengetahuan bahwa 4 orang ini akan dieksekusi. Ini tentu terencana," kata Haris memaparkan hasil investigasi yang juga dilakukan KontraS.
Oleh karena itu, imbuh dia, koalisi bersama Imparsial dan KontraS serta penggiat HAM meminta tindakan tegas dan pertanggungjawaban dari para petinggi TNI-Polri atas dugaan aksi terencana ini. (flo/jpnn)
"Setidak-tidaknya dibebastugaskan, untuk memungkinkan penyelidikan jadi lebih objektif dan leluasa memenuhi syarat-syarat keadilan," tegas aktivisi KontraS, Usman Hamid dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (5/4).
Sementara itu, menurut Koordinator KontraS, Haris Azhar ketiga orang ini diduga hadir dan mengetahui pertemuan kecil yang dilakukan sebelum aksi penyerangan di Lapas Cebongan. Dugaannya, pertemuan itu dilakukan untuk menjalankan aksi penyerangan lapas. Oleh karena itu, ia meyakini bahwa aksi ini sangat terencana. Diketahui oleh para komandan.
"Pada 22 maret sekitar pkeul 18 beredar sms bahwa 3 pleton Kopassus masuk Jogja. Lalu adik dari korban Juan mendapat info SMS, diminta untuk hati-hati. Dan yang memberitahu, adalah anggota kepolisian.
Jadi dalam 3 hari menuju 23 maret, ada pengetahuan-pengetahuan bahwa 4 orang ini akan dieksekusi. Ini tentu terencana," kata Haris memaparkan hasil investigasi yang juga dilakukan KontraS.
Oleh karena itu, imbuh dia, koalisi bersama Imparsial dan KontraS serta penggiat HAM meminta tindakan tegas dan pertanggungjawaban dari para petinggi TNI-Polri atas dugaan aksi terencana ini. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wacana Pilkada tak Langsung Ditentang
Redaktur : Tim Redaksi