jpnn.com, JAKARTA - Peugeot Motocycle Indonesia menyatakan kesiapannya ketika pasar otomotif Indonesia memasuki era elektrifikasi.
Menurut President Director and CEO Peugeot Motocycle Indonesia, Satya Saputra, Peugeot sendiri memiliki tiga model skuter listrik yang sudah dipasarkan di Eropa.
BACA JUGA: Asyik! Beli Skuter Peugeot Dapat Hadiah Tabungan Emas
"Kita sudah ada tiga motor listrik dari E-Metropolis, 2.O, dan Ludix, semua sudah diperkenalkan di EICMA," ungkap Satya kepada awak media saat peluncuran varian baru Peugeot Django di Cipete, Jakarta.
Hanya saja, tambah Satya, hal itu tidak serta-merta pihaknya memasukkan dalam waktu dekat. Masih banyak hal yang perlu studi lebih lanjut, terutama tantangan yang bakal kami hadapi.
BACA JUGA: Dua Varian Baru Skuter Django Resmi Dirilis, Eye Catching!
Menurutnya, salah satu yang menjadi perhatian pihaknya ialah terkait Peraturan Presiden RI Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.
Salah satu isinya, bahwa boleh impor CBU (completely built up), namun dengan ketentuan mampu memenuhi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dalam masa waktu yang ditentukan.
BACA JUGA: Luhut Janji Dorong Penggunaan Motor Listrik Buatan Anak Bangsa
"Peraturan yang baru nomor 55 tahun 2019 itu kan menyatakan iya boleh CBU (completely built up), namun lokal konten tahun 2020 harus sudah 40 persen. Itu tantangan luar biasa untuk kami," kata Satya.
Lebih lanjut ia mengatakan peraturan tersebut sudah tepat, meski berat. Bahkan 2024, disyaratkan tingkat komponen dalam negeri sudah harus mencapai 60 persen dan 80 persen pada 2026 hingga seterusnya.
"Karena kalau tidak ada produsen komponen lokalnya di sini, bagaimana mau achieve di angka 40 persen. Jadi sebenarnya itu dulu yang harus dilihat. Jadi komponen harus siap di Indonesia," ujarnya.
Satya melanjutkan, pemenuhan TKDN itu kan beriringan keharusan investasi terutama dalam menyiapkan fasilitas perakitan di sini.
Tentu, bagi kami sebagai APM motor premium, skala ekonomisnya kan berbeda dari segmen motor lain.
"Kami kan skalanya masih ratusan ke ribuan, sementara untuk APM dengan volume yang sudah besar (dengan skala jutaan unit), upaya pemenuhan TKDN tentu bukanlah hal yang berat," tegas Satya. (mg8/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha