Pianis Remaja Surabaya Gemparkan Sydney Opera House

Latihan 1,5 Tahun untuk Bawakan Satu Karya Bach

Rabu, 13 Juni 2012 – 00:22 WIB
Jesslyn, Gillian Geraldine Gani dan Lita Liviani Tandiono. Foto : Jesslyn for Jawa Pos

Lagi, musisi muda Indonesia konser tunggal di mancanegara. Dia adalah Jesslyn Julia Gunawan, pianis Surabaya. Penampilannya di Sydney Opera House, Australia, Mei lalu, mengundang decak kagum ratusan penonton.
 
 PANJI DWI ANGGARA, Surabaya
 
DENTING lenting suara piano terdengar dari salah satu rumah di kawasan Graha Famili Surabaya Senin siang lalu (11/5). Lagu klasik berjudul Fur Elise gubahan komposer ternama Ludwig van Beethoven dibawakan dengan apik oleh tiga pianis remaja dalam sesi latihan. Mereka adalah Jesslyn Julia Gunawan, Lita Liviani Tandiono, dan Gillian Geraldine Gani.
 
Usia mereka masih belia, 15"16 tahun. Tetapi,  kemampuan tiga dara yang tergabung dalam grup Tiga Dewi Muri bentukan Jaya Suprana tersebut sudah tidak perlu diragukan. Baik level nasional maupun internasional.
 
Yang terbaru ditorehkan salah seorang anggota mereka, Jesslyn Julia Gunawan. Dengan penuh percaya diri, putri pasangan Yoseph Gunawan dan Mimi Oeivary tersebut mampu memukau dan mendapatkan standing ovation saat tampil dalam konser tunggal di Sydney Opera House, Australia, 25 Mei lalu.
 
Tidak sembarang musisi klasik bisa tampil dan mendapat sambutan luar biasa di gedung pertunjukan ternama tersebut. Dalam penampilan itu, Jesslyn membawakan komposisi mahakarya Johann Sebastian Bach yang berjudul Goldberg Variations.  Komposisi itu memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi.

Bagi sebagian besar musikolog dunia, komposisi tersebut dianggap sebagai musik dalam bentuk tema dan variasi yang paling agung dalam repertoar musik piano atau kibor. "Ini sungguh kemampuan yang luar biasa. Bahkan, informasi yang saya dengar dari pengurus Sydney Opera House, sepanjang sejarah mereka berdiri pada 1973, baru kali ini ada pianis yang berani membawakan karya tersebut. Jadi, sangat membanggakan Indonesia," kata Jaya Suprana, pianis yang juga bos Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia), saat dihubungi Jawa Pos, Senin (11/6).
 
Jaya menambahkan, tingkat kesulitan permainan komposisi karya Bach itu sangat kompleks. Baik dari sisi musikalitas, filosofi, maupun konstruksi lagunya. "Makanya, kami tidak ragu untuk memberikan gelar rekor Muri atas keberhasilan Jesslyn membawakan lagu itu," jelas pria tambun tersebut.
 
Sukses Jesslyn membawakan komposisi berdurasi 40 menit itu bukanlah hal yang mudah dan instan. Dia perlu 1,5 tahun untuk melakukan berbagai persiapan. "Yang paling susah menghafalkan nada-nadanya," kata gadis kelahiran Surabaya, 17 Juli 1996, tersebut.
 
Namun, berkat latihan terus-menerus, remaja berpipi chubby itu akhirnya mampu "menaklukkan" komposisi panjang tersebut dengan baik. Selama 1,5 tahun itu, Jesslyn selalu menyisihkan dua jam sehari untuk berlatih. Intensitas tersebut semakin meningkat saat mendekati hari H. Dia bisa berlatih hingga empat jam sehari. Biasanya pada malam hari setelah menyelesaikan PR (pekerjaan rumah) sekolah.
 
"Libur latihan hanya Minggu. Itu pun yang nyuruh mama. Katanya biar aku nggak bosan dan capek," kata siswi yang akan naik ke kelas XI SMA di Merlion International School Surabaya tersebut.
 
Jesslyn mendalami alat musik piano sejak berusia enam tahun. Dia tertarik main piano karena sering melihat sang ayah dan saudara-saudaranya terlihat asyik menekan tuts-tuts penghasil nada indah tersebut.
 
Kecintaan itu ternyata bukan hanya sesaat. Piano dan musik klasik lama-lama menjadi bagian hidup dari gadis yang gemar menyantap pizza tersebut. Tak heran, tanpa harus dipaksa orang tua, dia akan rajin berlatih. Baik sendiri maupun didampingi pelatih. "Rasanya kurang lengkap kalau sehari nggak nyentuh piano," ujar Jesslyn yang juga berprestasi di bidang akademis di sekolah.
 
Ketekunan Jesslyn pun berbuah hasil. Permainan pianonya kemudian dilirik Jaya Suprana untuk dikolaborasikan dengan dua pianis lain, Lita Liviani Tandiono dan Gillian Geraldine Gani, dalam grup Tiga Dewi Muri. Namun, khusus konser tunggal di Australia itu, hanya Jesslyn yang direkomendasikan untuk tampil.
 
Itu dilakukan karena Jaya kepincut kala melihat kemampuan Jesslyn dalam membawakan karya musik klasik yang sulit sekalipun. "Pertama sih nggak percaya karena tahu lagu itu sangat sulit. Tapi, setelah diyakinkan  Om Jaya (Jaya Suprana) dan mama-papa, saya jadi yakin dan semangat," kenang Jesslyn yang mengaku sempat meneteskan air mata saat melihat para penonton Sydney Opera House bertepuk tangan dan berdiri (standing ovation) sebagai tanda kekaguman mereka.
 
Sebenarnya tampil di Sydney Opera House bukan pengalaman pertama bagi peraih 2005 Top Winner IBLA Grand Prize Competition, Ragusa, Italia, tersebut. Sudah belasan negara dia kunjungi, baik untuk perform dan konser maupun mengikuti lomba tingkat internasional.

Dia, antara lain, tampil di Italia, Malaysia, Jepang, Polandia, dan Amerika Serikat (AS). Khusus di AS, dia tampil di gedung kesenian legendaries, Carnegie Hall, New York. "Itu salah satu pertunjukan saya yang juga tidak bisa saya lupakan," tutur peraih tujuh rekor Muri di bidang musik klasik tersebut.
 
Sementara itu, meski tidak tampil di Australia, dua anggota Tiga Dewi Muri yang lain punya prestasi yang tak kalah mengkilap. Lita Liviani Tandiono, misalnya, pernah tampil memukau ketika menjadi salah seorang pengisi acara Grand Concert Hall di Sydney Opera House bersama Wayang Orang Indonesia Pusaka pimpinan Jaya Suprana.
 
"Saya bercita-cita menjadi pianis ternama dunia dan mengisi konser di beberapa gedung kesenian bersejarah di berbagai belahan dunia," kata pemegang tujuh rekor Muri dan peraih 13 penghargaan internasional tersebut.
 
Rencananya, pada Desember mendatang, Lita menggelar konser tunggal di gedung yang sama dengan membawakan lagu karya Frederic Francois Chopin. Tidak hanya memainkan piano, putri pasangan Iwan Tandiono dan Ifiwati Wibowo tersebut akan bermain biola dan selo."Saya sedang menyiapkan diri untuk konser itu," ujarnya.
 
Lain lagi dengan Gillian Geraldine Gani yang baru perform pada awal 2013. "Aku sekarang lagi fokus melakukan persiapan. Baik penghafalan materi maupun persiapan mental," jelas buah hati pasangan Irwan Gani dan Listijani Dewi tersebut.
 
Melihat bakat-bakat musisi klasik dari Surabaya itu, Jaya Suprana amat bangga. Dia yakin, suatu saat nanti Surabaya mampu melahirkan para musisi kelas dunia. "Saya yakin dalam beberapa tahun mendatang lahir Beethoven atau Chopin muda dari kota ini," tutur Jaya. (*/c10/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Manuel Dwinanto Iskandar, Anggota AL Amerika Serikat Asal Kebon Jeruk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler