JAKARTA - Ketua DPP Partai Golkar, Hajriyanto Y Thohari menerangkan, kemenangan dan kekalahan dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) adalah hal biasa. Dia berdalih, Golkar juga mempunyai tujuan lain dalam Pilkada, tidak hanya mengicar kemenangan.
"Pilkada itu tidak semata-mata untuk menang, kadang-kadang untuk tujuan lain yaitu misalnya konsolidasi organisasi atau untuk marwah organisasi," kata Hajriyanto saat dihubungi, Jumat (8/3).
Seperti diketahui, dalam pilgub di tiga provinsi, jago Golkar kalah telak, raihan suaranya jeblok. Mulai Alex Nurdin di pilgub DKI Jakarta, Irianto MS Syafiuddin alias Yance di pilgub Jabar, dan terakhir, Kamis (7/3), Chairuman Harahap di pilgub Sumut.
Menurut Hajriyanto, tidaklah mungkin partai sebesar Golkar tidak mengajukan seorang calon gubernur dalam pilkada.
Ia mencontohkan pada saat Pemilihan Presiden tahun 2009 di mana Golkar mengajukan Jusuf Kalla sebagai calon presiden.
Hasil survei pada waktu itu elektabilitas Kalla sangatlah rendah. Tetapi demi marwah partai Golkar tetap maju dengan calon presidennya. "Demikian juga dengan pilkada sekarang ini," ucap Hajriyanto.
Supaya tidak terulang lagi kekalahan di pilkada, ia menerangkan, Golkar akan memperbaiki prosedur, mekanisme dan kualitas seleksi para calon yang mereka usung.
Golkar kata Hajriyanto, tidak perlu memaksakan diri mengajukan calon gubernur atau bupati atau walikota jika memang berat elektabilitasnya..
"Perbaikan prosedur dan mekanisme penentuan calon gubernur atau bupati akan dievaluasi sehingga ke depan lebih kualitatif," ujarnya.
Hajriyanto menyatakan saat ini ada fenomena rasa kurang memiliki dan tanggung jawab di kalangan kader. Ia menengarai hal itu terjadi karena calon-calon yang diusung Golkar tidak dipilih dengan prosedur dan mekanisme pengambilan keputusan yang kualitatif.
"Yang pasti ada fenomena kurangnya sense of belonging dan sense of responsibility saja di kalangan kader," pungkasnya. (gil/jpnn)
"Pilkada itu tidak semata-mata untuk menang, kadang-kadang untuk tujuan lain yaitu misalnya konsolidasi organisasi atau untuk marwah organisasi," kata Hajriyanto saat dihubungi, Jumat (8/3).
Seperti diketahui, dalam pilgub di tiga provinsi, jago Golkar kalah telak, raihan suaranya jeblok. Mulai Alex Nurdin di pilgub DKI Jakarta, Irianto MS Syafiuddin alias Yance di pilgub Jabar, dan terakhir, Kamis (7/3), Chairuman Harahap di pilgub Sumut.
Menurut Hajriyanto, tidaklah mungkin partai sebesar Golkar tidak mengajukan seorang calon gubernur dalam pilkada.
Ia mencontohkan pada saat Pemilihan Presiden tahun 2009 di mana Golkar mengajukan Jusuf Kalla sebagai calon presiden.
Hasil survei pada waktu itu elektabilitas Kalla sangatlah rendah. Tetapi demi marwah partai Golkar tetap maju dengan calon presidennya. "Demikian juga dengan pilkada sekarang ini," ucap Hajriyanto.
Supaya tidak terulang lagi kekalahan di pilkada, ia menerangkan, Golkar akan memperbaiki prosedur, mekanisme dan kualitas seleksi para calon yang mereka usung.
Golkar kata Hajriyanto, tidak perlu memaksakan diri mengajukan calon gubernur atau bupati atau walikota jika memang berat elektabilitasnya..
"Perbaikan prosedur dan mekanisme penentuan calon gubernur atau bupati akan dievaluasi sehingga ke depan lebih kualitatif," ujarnya.
Hajriyanto menyatakan saat ini ada fenomena rasa kurang memiliki dan tanggung jawab di kalangan kader. Ia menengarai hal itu terjadi karena calon-calon yang diusung Golkar tidak dipilih dengan prosedur dan mekanisme pengambilan keputusan yang kualitatif.
"Yang pasti ada fenomena kurangnya sense of belonging dan sense of responsibility saja di kalangan kader," pungkasnya. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Selalu Keok, Golkar Dinilai tak Usung Calon Terbaik
Redaktur : Tim Redaksi