Seorang pilot Angkatan Udara Afganistan diberikan suaka di Amerika Serikat setelah 16 bulan yang menegangkan menunggu pemerintahan Trump untuk mengambil keputusan atas kasusnya.
Kapten Niloofar Rahmani, 26, bergabung dengan Angkatan Udara Afghanistan pada 2012.
BACA JUGA: Bobot Arya Permana Turun Drastis
Terinspirasi dan didorong oleh ayahnya, ia menjadi pilot perempuan sayap tetap pertama di negara yang dianggap sebagai salah satu yang paling berbahaya di dunia bagi perempuan. Photo: Afghan Air Force pilot Niloofar Rahmani in the cockpit of a plane. (Supplied)
BACA JUGA: Pemerintah Australia Bantu Migran Berketrampilan
Saat menghadiri kursus pelatihan di AS pada tahun 2016, ia mengajukan permohonan suaka, mengutip ancaman pembunuhan terhadap dirinya dan keluarganya.
Pemerintah Afghanistan menanggapi dengan menyebut dia pembohong.
BACA JUGA: Proyek LNG Raksasa PNG Tidak Berikan Manfaat Ekonomi
"Kami sangat senang ini telah terjadi," kata Kimberley Motley, pengacara Kapten Rahmani, kepada ABC.
Kapten Rahmani telah mendesak Pemerintahan Obama untuk memberikan suakanya sebelum Donald Trump berkuasa, karena takut usulannya untuk melarang Muslim memasuki AS akan memengaruhi kasusnya.
Ketika ditanya di CNN tentang Rahmani dan usahanya memerangi ekstremisme sebagai bagian dari Angkatan Udara Afghanistan, calon presiden, Trump mengatakan dia tidak tahu siapa dia dan terus berbicara tentang bahaya ekstremisme Islam.
"Sejujurnya sungguh menegangkan," kata Motley.
"Karena perubahan imigrasi di AS dan, terus terang, lebih sedikit orang yang diberikan suaka di AS daripada di bawah pemerintahan Obama - jadi itu sangat menegangkan baginya." Photo: Kapten Niloofar Rahmani ingin meneruskan karirnya sebagai pilot. (Supplied)
Kapten Rahmani mendapat kabar baik pada hari yang sama tiga serangan bom bunuh diri menewaskan sedikitnya 25 orang di Afghanistan, termasuk 11 anak-anak dan sembilan wartawan.
"Dia selalu khawatir tentang keluarganya. Dia hanya ingin memastikan keluarganya tetap aman karena mereka berada di Afghanistan tetapi dia senang dia telah diberikan suaka," kata Motley.
Setelah tidak dapat menemukan pekerjaan sambil menunggu permohonan suakanya, Kapten Rahmani sekarang menantikan untuk mendapatkan pekerjaan terbang di AS. Photo: Kapten Niloofar Rahmani (25) adalah pilot pesawat sayap tetap pertama di Angkatan Udara Afghanistan. (Supplied)
"Dia fokus pada mimpinya - dia seorang wanita muda, sangat cerdas, sangat termotivasi dan sangat ambisius sehingga dia akan mencoba untuk melanjutkan mimpinya menjadi seorang pilot," kata Motley.
"Saya pikir dia jelas merupakan teladan yang luar biasa bagi para wanita Afghanistan ... teladan yang luar biasa bagi para wanita di seluruh dunia dan terus terang bagi para pilot di seluruh dunia.
"Dia ingin terus mendorong perempuan Afghanistan lainnya untuk masuk ke bidang penerbangan, dia ingin mendukung pemerintahnya di mana dia bisa dan dia ingin terus terbang.
"Mengenal dia, saya tahu dia akan membuat mimpinya menjadi kenyataan."
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini
BACA ARTIKEL LAINNYA... Partai Buruh Australia Berjanji Hapus Pajak Pembalut