jpnn.com, JAKARTA - PT Pertamina International Shipping (PIS) bersama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) menandatangi kerja sama pengembangan Jakarta Integrated Green Terminal (JIGT) Kalibaru, yang akan menjadi terminal energi tercanggih dan ramah lingkungan di Indonesia.
Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh CEO PIS Yoki Firnandi dan Direktur Strategi Pelindo Prasetyo, disaksikan oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha (SPPU) PT Pertamina A. Salyadi, dan Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono.
BACA JUGA: Kapal PIS Mahakam, Amunisi Baru PIS Untuk Ekspansi Petrokimia
“JIGT Kalibaru merupakan mega proyek infrastruktur yang menjadi bukti komitmen pemerintah terkait transisi energi, terminal ini tidak hanya untuk ketahanan energi nasional tapi juga untuk energi yang berkelanjutan ke depan,” ujar Wamen Kartika, Jumat (1/9).
Kartika meyakini JIGT bisa mendorong daya saing indeks logistik Indonesia di kancah global.
BACA JUGA: Pertamina International Shipping Hadiri Sidang IMO dan Promosi ke Eropa
“Dengan teknologinya yang super modern dan terdigitalisasi, dengan segala keunggulannya JIGT bisa menjadi global benchmark dan katalis untuk Jakarta yang lebih ramah lingkungan,” jelasnya.
Pertamina mempercayakan pengembangan JIGT kepada Sub Holding Integrated Marine Logistics (SH IML) PIS yang telah terbukti dalam mengelola terminal energi strategis, di antaranya terminal LPG Tanjung Sekong yang memasok 40% kebutuhan LPG nasional.
BACA JUGA: Waspada! Ada yang Mencatut Nama Direksi Pegadaian, Begini Modusnya
Apalagi, SH IML PIS dengan kekuatan armada yang dimilikinya, juga berperan sebagai virtual pipelines dalam menyalurkan energi di Indonesia.
JIGT akan dibangun di lahan seluas 50 hektare milik Pelindo dengan pertimbangan lokasi yang cukup strategis untuk hub alur perdagangan di Asia.
Dari sisi operasional, lokasi JGIT juga berada di area bebas penduduk yang berbatasan dengan tepi laut dan memiliki tambatan lepas pantai yang bisa menampung kapal-kapal besar.
“Kapasitas penampungan bisa mencapai hingga 6,3 juta barel untuk memenuhi kebutuhan energi area Jabodetabek dengan potensi peningkatan untuk ketersediaan bahan bakar di masa depan,” kata Yoki.
Kapasitas penampungan ini sekaligus 3 kali lebih besar dibanding Terminal Integrated Jakarta yang berada di Plumpang.
Terminal energi JIGT memiliki keunggulan dari sisi pengoperasian.
“Seperti pemanfaatan energi baru dan terbarukan dalam kelistrikan, efisiensi energi, serta pengelolaan limbah untuk menjaga kelestarian lingkungan,” kata Yoki.
Yoki menjelaskan pembangunan JIGT terdiri dari beberapa tahap.
Tahap pembangunan dimulai dari tahun ini dengan proses reklamasi, dilanjutkan dengan FEED (Front End Engineering Design) pada 2024 dan konstruksi awal serta penguatan struktur di 2025.
Sementara, pengoperasian terminal akan dilakukan dalam beberapa tahap.
Fase pertama periode 2027-2035 yakni operasional storage bahan bakar BBM, fase kedua 2035-2040 untuk pembangunan dan operasional storage LNG, FAME, dan Used Cooking Oil (UCO), serta fase terakhir 2040 pembangunan dan operasional untuk storage hidrogen.
JIGT akan menjadi pintu gerbang ekosistem perdagangan energi/energy trading melalui koridor Singapura-Indonesia yang memiliki porsi 30%-35% alur perdagangan global untuk minyak dan LNG.
Hal ini akan memberikan nilai yang optimum untuk mengembangkan potensi bisnis ke depannya dalam rangka menjaga Ketahanan Energi Nasional.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada