PKB Daun Salam

Oleh: Dahlan Iskan

Kamis, 19 Mei 2022 – 09:55 WIB
Foto: Disway

jpnn.com - Terbit lagi kaus oblong seri kedua: "NU Kultural Wajib Ber-PKB, NU Struktural Sakkarepmu"

Yang memproduksi sama: Kiai ''kaos oblong'' Imam Jazuli. Dia kiai besar dari Cirebon. Pengasuh pondok pesantren Bina Insan Mulia (Bima) yang terkenal itu. Yang kalau menerima tamu hampir selalu pakai kaus oblong putih dengan bawahan sarung.

BACA JUGA: Kaus Oblong

Kiai Jazuli tentu NU. Dia lulusan pesantren ''bintang sembilan'' Lirboyo Kediri. Dia meraih gelar doktor di Al-Azhar, Kairo, Mesir. Waktu kuliah di sana Kiai Jazuli mendirikan PDI Perjuangan. Cabang Mesir. Dia ketuanya.

Kini Kiai Jazuli menjadi tokoh utama untuk membesarkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Logikanya: warga NU itu berjumlah 90 juta.

BACA JUGA: Elon Musk Itu Emas, Bisa Menemuinya Tanpa Baju pun Sudah Prestasi

"Masa partai NU kalah besar dari PKS. Malu-maluin NU saja," begitu dia sering berkata.

Kaus edisi kedua ini lebih menohok. Ada unsur menyerang, tetapi juga penuh kepasrahan. Terutama tetap khas NU: santai dan humoris.

BACA JUGA: Ada yang Aneh dari Penampilan Elon Musk Berkaus Temui Jokowi? Begini Penilaian Dahlan Iskan

Di oblong edisi pertama hanya ditulis "Warga NU Wajib Ber-PKB". Di edisi kedua, ''warga NU'' itu dia bagi dua: NU yang kultural dan NU yang struktural.

Oblong kali ini lebih merangkul kepada NU yang kultural. Yang jumlahnya lebih besar. Yang disasar adalah NU struktural. Yang jumlahnya dinilai hanya 5 persen dari yang kultural.

Apakah intensitas Kiai Jazuli menjadi ''panglima perang'' PKB ini tidak akan merugikan reputasi pesantren yang dia pimpin?

"Saya ikhlas. Saya tidak takut. Terserah pada Allah. Saya terima segala risikonya," ujarnya.

Saya meneleponnya dua hari lalu. Semula ingin minta kaus itu. Namun, kok minta-minta. Kan bisa mencetak sendiri. Toh tidak akan digugat melanggar hak paten.

"Insyaallah tidak sampai berpengaruh kepada pesantren saya," ujar Kiai Jazuli.

"Yang penting PKB harus kuat. Harus bisa menjadi partai tiga terbesar," ujarnya.

"Dengan demikian bisa mengusung calon presidennya sendiri. Bukan hanya melulu menunggu dilamar untuk jabatan wapres," tambahnya.

Pesantren Bima memang sudah besar. Bermutu tinggi. Orientasinya: lulusan Bima harus bisa diterima di universitas di luar negeri.

Tidak mudah bisa masuk pesantren Bima.

"Sekarang sudah harus inden dua tahun," kata Kiai Jazuli.

Berarti sejak masih kelas 1 SMP (akhir) sudah harus membayar untuk bisa mendaftar masuk SMA Bima.

Tahun lalu sebanyak 86 lulusan Bima diterima di Al-Azhar. Dari tahun ke tahun jumlah itu terus meningkat.

Kini, di pesantren itu, didirikan pula kelas VIP. Yang ruang kelasnya ber-AC, gotakan (kamar tidur)-nya juga ber-AC. Ada fasilitas kolam renang. Ada acara menonton di bioskop bersama.

Kenapa begitu getol membesarkan PKB?

"Saya tidak mau kami yang mayoritas ini hanya jadi daun salam. Setelah disesap rasanya, dibuang daunnya," katanya.

"Jadi, siapa pun yang berusaha menggembosi PKB harus dilawan," tuturnya.

"Pada dasarnya mereka itu ingin merusak kekuatan politik NU," imbuhnya.

Bunyi kalimat di kaus itu adalah salah satu bentuk perlawanan itu. Bunyi lengkapnya: Warga NU kultural wajib ber PKB. Warga NU Struktural Sakkarepmu.

Kata ''Sakkarepmu'' berarti ''suka-suka kamu''. Bisa juga berarti ''tidak saya pedulikan''. Atau juga ''toh sikapmu itu tidak akan didengar''.

Yang dimaksud semua itu adalah: NU struktural.

Maksudnya: Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Yang punya ketua umum baru: KH Yahya C. Staquf. Yang punya kebijakan baru: pengurus NU tidak boleh merangkap di PKB.

Tafsirnya: NU harus netral terhadap semua partai. Tidak ada ikatan lagi dengan PKB.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas adalah adik sang ketua umum. Sang adik adalah juga Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor. Yakni sayap pemuda yang sangat penting di NU selain Muslimat (sayap perempuan di NU).

Sang adik juga punya kebijakan: Ansor/Banser harus mendukung Erick Thohir sebagai capres mendatang. Erick sudah dilantik menjadi anggota Ansor.

Bahkan sudah lulus menjalani ujian fisik sebagai anggota Banser.

"Ansor dan Banser harus tegak lurus. Apa kata pusat harus diterima sama sampai di daerah-daerah dan di semua anggota," tegasnya di acara ulang tahun Ansor bulan lalu.

Kata ''Sakkarepmu'' itu ternyata ada asbabun nuzul-nya. Di masa-masa nan lalu sikap PBNU memang dinilai tidak tercermin di hasil Pemilu. Ketika PBNU bersikap mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, NU kultural memenangkan Jokowi.

Di Pemilu berikutnya sikap PBNU dan NU kultural sama: Jokowi menang luar biasa besar.

Boleh dikata, Kiai Jazuli berpendapat PKB jangan memusingkan sikap PBNU. Yang penting bisa merangkul NU kultural.

Apakah Kiai Jazuli akan jadi pengurus atau calon anggota DPR dari PKB?

"Sama sekali tidak. Saya tidak mungkin cawe-cawe di politik, apalagi jadi caleg," jawabnya.

"Saya akan istikamah fokus mengurus pesantren. Impian saya hanya satu: mencetak kader/politikus hebat sebanyak mungkin," katanya.

Pesantren Bina Insan Mulia memang unik. Terutama kurikulumnya. Pada tiap semester hanya mengajarkan tiga mata pelajaran.

Membaca Al-Qur'an, matematika, dan fisika. Lalu menghafal Al-Qur'an, matematika, fisika.

Bahasa Arab (gaya Al-Azhar), matematika, fisika.

Bahasa Inggris, matematika, fisika.

Lalu ada semester khusus menghadapi ujian nasional. Satu semester lagi khusus menyiapkan diri masuk perguruan tinggi di luar negeri.

"Saya bagian menyiapkan kader bangsa saja. Lewat Bina Insan Mulia ini," katanya.

"Saya akan dorong santri NU di mana saja untuk jadi caleg. Bagi yang sangat potensial, justru akan saya bantu sampai finansialnya," ujar Kiai Jazuli.

Dia sudah melakukan itu di pemilu yang lalu. "Akan lebih serius di pemilu yang akan datang," katanya.

Kiai Jazuli tidak suka warga NU hanya jadi pendorong mobil mogok. Di setiap pemilu.

Dan kini Kiai Jazuli sendiri yang tidak ingin partai warga NU ini menjadi mobil mogok. (*)


Redaktur : Mufthia Ridwan
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler