"Itulah tabiat parpol kita. Sikap plin-plan itu hanya bagian kecil saja. Persoalannya adalah paradigma politik yang dibangun," kata Ray melalui rilisnya kepada JPNN, Minggu (12/8).
Dalam hal ini, Ray mempertanyakan bunyi argumen PKS ketika memproklamirkan dukungan untuk Foke - Nara. PKS menyebut Foke-Nara lebih siap dengan program-program mereka dibanding pasangan Jokowi-Ahok.
"Pernyataan itu bukan saja menggelikan tapi terlihat berkebalikan. Jika program mereka mampu diakomodir Foke, kenapa di putaran pertama ikut serta mencalonkan diri. Kenapa tidak bergabung untuk Foke saja," tutur Ray.
Bukan itu saja, kata Ray, saat pemilukada lima tahun sebelumnya PKS yang mencalonkan Adang Daradjatun juga sangat berseberangan dengan Foke. Beberapa tagline kampanye mereka bahkan berfokus atas kritik terhadap kinerja Foke selama 5 tahun terakhir.
"Dan itu sekarang seperti lenyap dengan alasan Foke siap menjalankan program-program mereka. Program apa dan yang mana? Tak jelas pula. Sejauh yang saya akses, tak ada penjelasan mana program yang diakomodir Foke dan mana pula yang kira-kira tidak diakomodir atau dikompromikan," ujarnya.
Pada akhirnya, kata Ray, masyarakat terpaksa harus menilai sendiri tabiat politik saat ini. Menurutnya, argumentasi PKS dibuat sesuai kebutuhan, bukan sesuai dengan prinsip.
"Perilaku parpol begini, tak terkecuali, juga menimpa dan melanda PKS," pungkas Ray. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PB NU: Tak Masalah Jokowi-Ahok Menang
Redaktur : Tim Redaksi