PKS Pengin Penghayatan Pancasila Masuk Kurikulum

Selasa, 14 Maret 2017 – 06:30 WIB
Ketua Fraksi PKS MPR RI Tifatul Sembiring. FOTO: FPKS MPR

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) MPR RI Tifatul Sembiring menilai, peran Pancasila bagi persatuan bangsa saat ini menjadi sangat penting.

Pasalnya, keutuhan NKRI tengah terancam oleh degradasi moral, paham radikalisme, ataupun mencuatnya ujaran kebencian antar masyarakat di media sosial yang rentan menjadi pemicu konfik horizontal

BACA JUGA: MPR: Ancaman Terbesar Bukan Serangan dari Luar tapi..

Oleh karena itu, dirinya sangat mendukung agar sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan dan nilai penghayatan Pancasila masuk ke dalam kurikulum sekolah.

”Emosional yang menyebabkan kericuhan membuat persatuan bangsa semakin memudar, oleh karena itu ada baiknya bilamana pengamalan dan penghayatan Pancasila dimasukkan ke dalam kurikulum agar permasalahan ini dapat diperbaiki,” ujar Tifatul dalam diskusi di Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (13/3).

BACA JUGA: Klaim Mayoritas Suara Saadudin-Ahmad Dhani dari PKS

Meski demikian, mantan menteri komunikasi dan informatika ini mengaku memasukkan sosialisasi Empat Pilar dan Penghayatan Pancasila tidaklah semudah yang dikira terlebih terkait anggaran yang tidak sedikit.

”Sosialisasi ini sudah bergulir sejak 2010, tetapi sudah 7 tahun berjalan persatuan bangsa masih terpecah seperti pada Pilkada DKI Jakarta. Jadi kami sadar hal ini tidak mudah tetapi harus tetap dikoordinasikan dengan kementerian terkait,” tuturnya.

BACA JUGA: Tak Peduli Ideologi, Emil Buka Pintu untuk Semua Partai

Pembicara lainnya, Ketua Fraksi PKB di MPR RI Abdul Kadir Karding menilai dengan kekuatan Pancasila, walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai agama, suku bangsa, dan adat istiadat, Indonesia tetap satu.

”Pancasila adalah kalimatu sawa. Kalimat yang menyatukan jiwa kita sebagai bangsa Indonesia," ucapnya.

Pemaparan lainnya juga disampaikan oleh Pakar Komunikasi Politik Effendi Gozali. Ia memaparkan penyebab perpecahan bangsa Indonesia selain akibat dari hilangnya penghayatan akan Pancasila, juga terjadi karena penyampaian pola komunikasi yang salah demi kepentingan politis semata.

”Ini akibat komunikasi yang dipelintir demi kepentingan politis semata, yang akibatnya kericuhan terjadi dimana-mana,” imbuh Effendi.

Menurut akademisi yang dianugerahi gelar Profesor di Korea Selatan ini, dengan perbedaan, Indonesia sesungguhnya bukanlah menjadi penghalang atau pembeda. Justru menjadi salah satu dikenal sekaligus majunya Indonesia karena banyak pemahaman yang di dapat.

Dirinya berharap, pemerintah dan MPR dapat memikirkan langkah agar sosialisasi empat pilar memiliki strategi kajian budaya agar efektivitas pengamalan dan penghayatan nilai Pancasila lebih efektif, salah satunya dengan mendukung untuk memberikan kurikulum yang dibentuk menjadi mata kuliah atau pelajaran.

”Indonesia sesungguhnya berarti bagi jutaan penduduk di dunia karena perbedaan, jadi jangan hal tersebut menjadi pemecah. Justru hal ini menjadi kunci agar bangsa ini dapat bersatu,” tandasnya. (dil)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Koalisi PKS-Demokrat Belum Final


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler