jpnn.com, JAKARTA - PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) menaruh perhatian pada pengelolaan limbah batu bara sebagai bagian dari komitmen perusahaan di bidang Environmental, Social, dan Governance (ESG).
Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi mengungkapkan pihaknya mencanangkan inovasi dalam pemanfaatan limbah Fly Ash & Bottom Ash (FABA) yang dapat digunakan sebagai material substitusi seperti batako, paving blok, stabilisasi tanah, serta pemanfaatan lainnya.
BACA JUGA: Kemenparekraf Dukung Kolaborasi PKT dengan Pemkot Bontang Dalam Kembangkan Pariwisata
Fly ash merupakan abu hasil pembakaran batu bara yang melayang ke atas, sementara bottom ash adalah abu hasil pembakaran yang jatuh ke bawah.
Di dalamnya, terdapat beberapa kandungan FABA seperti karbon, nitrogen, dan silica. Sejak 2021 Pemerintah Republik Indonesia juga telah menetapkan pengelolaan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), sebagai limbah non B3 terdaftar yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 dan PermenLHK No 19 Tahun 2021.
BACA JUGA: Presiden Majelis Adat Dayak Mengapresiasi Kontribusi PKT Terhadap Masyarakat dan Daerah
"Sebelumnya kami menjalankan inovasi dalam pengolahan limbah plastik menjadi green asphalt, sejak 2021 PKT juga telah mendapatkan izin untuk mengelola limbah FABA sebagai material substitusi bahan bangunan dan stabilisasi tanah," kata Rahmad dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (25/7).
Menurutnya, inovasi itu dihadirkan untuk meningkatkan peran perusahaan dalam sustainable development.
BACA JUGA: PKT Gelar Bimtek Bagi 25 UMKM Binaan Untuk Fasilitasi Pengurusan Sertifikat Halal
"Hasil pengolahan FABA tersebut dapat dimanfaatkan dan memberikan nilai tambah ekonomi untuk kegiatan infrastruktur, selain untuk menekan penumpukan limbah di TPS dalam skala yang lebih besar," ungkap Rahmad.
Adapun pemanfaatan FABA itu meliputi proses pengolahan bahan limbah menjadi material seperti batako dan paving blok yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan maupun stabilisasi tanah.
Material itu, kata Rahmad bisa digunakan memperbaiki daya dukung tanah yang lebih kokoh, terutama pada tanah lunak yang cenderung memiliki daya dukung tanah yang rendah.
Stabilisasi tanah dengan FABA-semen mampu meningkatkan nilai daya dukung tanah pada pemeraman tiga hari secara signifikan.
"Kami berharap seiring dengan semakin matangnya teknologi pengolahan FABA ini, praktik serupa dapat diterapkan secara massal di berbagai industri sebagai alternatif metode stabilisasi tanah," katanya.
Rahmad menjalasakan PKT saat ini memiliki unit boiler batu bara dengan kapasitas 2 x 220 metrik ton/jam (daya listrik 96,6 MW) yang berfungsi sebagai pemasok steam untuk mendukung proses produksi pabrik amonia-urea milik perusahaan.
Menurutnya, unit boiler batu bara tersebut menghasilkan FABA dalam jumlah sekitar 35 ribu ton per tahun.
"Seluruhnya berpotensi untuk diolah menjadi material substitusi bahan bangunan atau untuk stabilisasi tanah. Hingga saat ini, sebesar 34 ribu limbah FABA telah berhasil diolah perusahaan jadi material alternatif bahan bangunan dan stabilisasi tanah," beber Rahmad.
PKT optimistis dapat menjadi pelopor dalam pengolahan limbah batu bara sebagai komoditas yang memiliki daya guna tambahan dalam prinsip ekonomi sirkular.
"Diharapkan nantinya akan mampu menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik bagi perusahaan dan masyarakat secara luas," tegas Rahmad. (mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul