Plebisit (survei) pernikahan sesama jenis telah memberikan sumber keuntungan pada bisnis utama kantor pos Australia, yang terus menghadapi penurunan omset akibat berkurangnya volume pengiriman surat-menyurat.
Pihak Pos Australia mengatakan Plebisit (Survei) Undang-Undang Pernikahan Australia lewat pos telah menciptakan lonjakan pendapatan sebesar $ 26,3 juta atau sekitar Rp281 miliar bagi lembaganya pada akhir tahun lalu. Tanpa keuntungan tambahan itu penurunan volume pengiriman surat tradisional sebesar 10 persen akan jauh "lebih tajam".
BACA JUGA: Digugat Suami, Komedian Ini Biayai Kasus Dari Penggalangan Dana Daring
Namun CEO Pos Australia, Christine Holgate - yang mengambil alih jabatan ini tahun lalu dari Ahmed Fahour - telah memeringatkan bahwa meskipun mendapat dorongan dari plebisit dan mengalami penghematan senilai $ 113 juta, dia memperkirakan Pos Australia akan kembali mengalami kerugian pada paruh kedua tahun ini.
"Karena sifat musiman yang kuat dari bisnis kami, kami memperkirakan akan menghadapi kerugian lagi di semester kedua," kata Christine Holgate.
BACA JUGA: Sejumlah WNI di Melbourne Merasa Ditipu Talk Fusion
"Hasilnya menunjukkan tantangan yang signifikan bagi Pos Australia untuk terus melakukan transformasi." Direktur Australia Post, Christine Holgate.
Disediakan: Australia Post
BACA JUGA: Australia Tunjuk Dubes Baru untuk Indonesia
Dalam laporan pertengahan semester hingga 31 Desember yang dirilis pada hari Selasa (27/2/2018), Pos Australia mengatakan bahwa volume pengiriman surat terus mengalami penurunan lebih dari 26 persen dalam tiga tahun terakhir karena sejumlah organisasi besar terus memindahkan komunikasi mereka secara daring.
Pos Australia telah melaporkan peningkatan laba 65% pada semester pertama setelah pajak sebesar $ 217 juta (atau setara Rp2,17 triliun) terbantu oleh penjualan properti dan keuntungan borongan.
Peningkatan laba sebesar 8 persen pada bisnis paket mereka juga telah membantu meningkatkan pendapatan sebesar 3 persen menjadi $ 3,6 miliar.Sumber pendapatan baru
Pos Australia terus mengalami kesulitan mempertahankan portofolio tradisional perusahaan yakni melayani pelanggan secara langsung di kantor pos, ditengah transformasi usaha mereka ke bisnis pengiriman paket.
"Sangat penting bagi Pos Australia untuk terus memenuhi kebutuhan orang-orang Australia dengan mempertahankan jaringan Kantor Pos yang sehat dan layak, termasuk mitra Kantor Pos kami yang berlisensi," kata Holgate.
"Saat ini kami berupaya mencari aliran pendapatan baru untuk Kantor Pos kami, karena peran mereka di masyarakat menjadi semakin penting untuk melayani populasi yang menua dan dengan banyak layanan tradisional menutup cabang mereka."
Pos Australia memiliki kewajiban untuk menyediakan layanan yang "cukup mudah diakses oleh semua orang di Australia, di manapun mereka berada atau menjalankan bisnis."
Dalam laporan hari Selasa (27/2/2018), Pos Australia mengklaim memiliki 15.160 kotak pos jalanan; 4.369 kantor pos nasional termasuk 2.541 kantor pos di daerah dan daerah terpencil.
Christine Holgate menunjuk pertumbuhan yang kuat dari Asia dengan volume paket yang masuk ke wilayah Australia naik sebesar 45 persen pada periode tersebut, dengan sebagian besar pertumbuhan berasal dari China.
Dia mengatakan hampir dua pertiga pendapatan Pos Australia berasal dari pasar yang kompetitif namun lembaganya menyoroti kekhawatiran tentang penguasaan mereka dalam bisnis pengiriman di mana tingkat penjualannya datar dan hanya meningkat 1 persen saja.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Meski Cuti, Pejabat Australia Terima Gaji Rp 5 Miliar