MANADO - Bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Manado, PT PLN mendirikan pabrik pengolahan coklat (kakao) dan nanas di Sulawesi Utara. Untuk mendirikan pabrik itu, PLN merogoh kocek sekitar Rp 517 juta.
"Setidaknya, uang bantuan sejumlah Rp 517 juta lebih digelontorkan dari anggaran corporate social responsibility (CSR) PLN untuk membangun pabrik pengolahan yang juga ditujukan sebagai pusat pelatihan, pengembangan, dan produksi coklat dan nanas di Sulawesi Utara," ujar Direktur SDM dan Umum PLN, Eddy D Erningpraja dalam keterangan tertulisnya, Kamis (20/6).
Rencananya, kata Eddy, kedua pabrik ini akan dikelola oleh badan usaha milik desa setempat. Dalam hal ini, PLN tidak hanya eksis dalam menyediakan tenaga listrik saja. Tapi, PLN juga ikut memberdayakan ekonomi masyarakat di daerah.
"Kehadiran PLN untuk masyarakat tidak hanya dalam penyediaan listrik saja. PLN pun harus turut memberdayakan ekonomi masyarakat, sehingga kemampuan daya beli masyarakat bisa meningkat dan akhirnya bisa membeli listrik sesuai harga keekonomian. Apalagi, majunya suatu daerah tergantung dari listrik yang tersedia di daerah itu," paparnya.
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Utara, Sarundajang berharap, pabrik pengolahan coklat dan nanas ini bisa berkembang, agar bisa memberi nilai tambah bagi ekonomi masyarakat Sulawesi Selatan. "Terlebih, nanas Lobong merupakan nanas terbaik di Sulawesi bahkan di Indonesia, sehingga harus bisa jadi komoditas ekspor ke depannya. Begitu pun dengan coklat, saya sudah mencicipi hasil olahan coklat ini, rasanya cukup berbeda dan sangat enak di banding coklat lain," ucap Sarundajang.
Kedua pabrik pengolahan coklat dan nanas ini terletak di kabupaten Bolaang Mongondow dan berdekatan dengan pembangkit listrik tenaga mikro hydro (PLTM) Lobong dan PLTM Mongagu. Tepatnya, pabrik pengolahan nanas di desa Lobong dan untuk pengolahan kakao di desa Poyuyanan Kabupaten Bolaang Mongondow.
Sebagai pusat pelatihan, pengembangan, dan produksi coklat dan nanas, pabrik pengolahan tersebut dibangun untuk memberdayakan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Terlebih, kedua komoditas daerah ini merupakan salah satu komoditas unggulan Sulawesi Utara.
Setidaknya tutur Sarundajang, dengan adanya pabrik pengolahan komoditas ini, masyarakat setempat bisa mengikuti pelatihan untuk memberi nilai tambah atas hasil agrikulturnya. Sebelumnya, biji kakao (coklat) kering selalu dikirim ke Palu untuk diolah, sedangkan nanas dijual dalam bentuk buah segar.
Sementara nantinya, nanas akan diproses menjadi keripik nanas, jus nanas, selai nanas, dan minuman segar nanas. Sedangkan kakao diolah menjadi pasta kakao, bubuk coklat, minyak kakao serta permen coklat, maupun coklat batangan. Pengolahan coklat dan nanas ini merupakan satu-satunya di Propinsi Sulawesi Utara. Ke depan, pabrik pengolahan coklat dan nanas ini akan menjadi sekolah lapangan, sebagai tempat pelatihan bagi masyarakat Sulawesi Utara. (chi/jpnn)
"Setidaknya, uang bantuan sejumlah Rp 517 juta lebih digelontorkan dari anggaran corporate social responsibility (CSR) PLN untuk membangun pabrik pengolahan yang juga ditujukan sebagai pusat pelatihan, pengembangan, dan produksi coklat dan nanas di Sulawesi Utara," ujar Direktur SDM dan Umum PLN, Eddy D Erningpraja dalam keterangan tertulisnya, Kamis (20/6).
Rencananya, kata Eddy, kedua pabrik ini akan dikelola oleh badan usaha milik desa setempat. Dalam hal ini, PLN tidak hanya eksis dalam menyediakan tenaga listrik saja. Tapi, PLN juga ikut memberdayakan ekonomi masyarakat di daerah.
"Kehadiran PLN untuk masyarakat tidak hanya dalam penyediaan listrik saja. PLN pun harus turut memberdayakan ekonomi masyarakat, sehingga kemampuan daya beli masyarakat bisa meningkat dan akhirnya bisa membeli listrik sesuai harga keekonomian. Apalagi, majunya suatu daerah tergantung dari listrik yang tersedia di daerah itu," paparnya.
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Utara, Sarundajang berharap, pabrik pengolahan coklat dan nanas ini bisa berkembang, agar bisa memberi nilai tambah bagi ekonomi masyarakat Sulawesi Selatan. "Terlebih, nanas Lobong merupakan nanas terbaik di Sulawesi bahkan di Indonesia, sehingga harus bisa jadi komoditas ekspor ke depannya. Begitu pun dengan coklat, saya sudah mencicipi hasil olahan coklat ini, rasanya cukup berbeda dan sangat enak di banding coklat lain," ucap Sarundajang.
Kedua pabrik pengolahan coklat dan nanas ini terletak di kabupaten Bolaang Mongondow dan berdekatan dengan pembangkit listrik tenaga mikro hydro (PLTM) Lobong dan PLTM Mongagu. Tepatnya, pabrik pengolahan nanas di desa Lobong dan untuk pengolahan kakao di desa Poyuyanan Kabupaten Bolaang Mongondow.
Sebagai pusat pelatihan, pengembangan, dan produksi coklat dan nanas, pabrik pengolahan tersebut dibangun untuk memberdayakan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Terlebih, kedua komoditas daerah ini merupakan salah satu komoditas unggulan Sulawesi Utara.
Setidaknya tutur Sarundajang, dengan adanya pabrik pengolahan komoditas ini, masyarakat setempat bisa mengikuti pelatihan untuk memberi nilai tambah atas hasil agrikulturnya. Sebelumnya, biji kakao (coklat) kering selalu dikirim ke Palu untuk diolah, sedangkan nanas dijual dalam bentuk buah segar.
Sementara nantinya, nanas akan diproses menjadi keripik nanas, jus nanas, selai nanas, dan minuman segar nanas. Sedangkan kakao diolah menjadi pasta kakao, bubuk coklat, minyak kakao serta permen coklat, maupun coklat batangan. Pengolahan coklat dan nanas ini merupakan satu-satunya di Propinsi Sulawesi Utara. Ke depan, pabrik pengolahan coklat dan nanas ini akan menjadi sekolah lapangan, sebagai tempat pelatihan bagi masyarakat Sulawesi Utara. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tabrakan Maut, Enam Tewas
Redaktur : Tim Redaksi