Plurinational Bola

Oleh Dahlan Iskan

Jumat, 23 Oktober 2020 – 06:06 WIB
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - TESLA dan Elon Musk tiba-tiba populer di Bolivia. Tentu belum ada mobil listrik di negara pegunungan yang miskin di pedalaman Amerika Latin itu.

Bos Tesla itu populer di sana justru karena dibenci. Elon Musk memang punya keinginan menguasai sumber-sumber litium di Bolivia.

BACA JUGA: Bolsonaro Tempe Atau Kedelai

Di sanalah sumber litium terbesar di dunia. Sebagai bahan baku baterai. Untuk proyek mobil listriknya. Atau untuk power bank skala 10 sampai 100 megawatt.

Ketika Juan Evo Morales menjadi presiden terlama di Bolivia (13 tahun), hubungannya dengan Amerika sangat buruk. Tambang-tambang tidak boleh dikuasai asing. Termasuk litium. Yang sudah telanjur dikuasai asing pun diusahakan untuk nasionalisasi.

BACA JUGA: Juara Covid

Bolivia juga tidak mau lagi menerima pinjaman dari Bank Dunia maupun IMF. Pembangunan ekonominya difokuskan ke pedesaan dan pelestarian alam.

Morales memang suku asli pertama yang menjadi presiden Bolivia. Yang menurunkan gaji presiden di hari pertama pelantikannya.

BACA JUGA: Pesantren Pertama di Amerika

Ia sangat mencintai petani, buruh dan sepak bola. Sampai umur 50 pun ia masih menandatangani kontrak sebagai pemain profesional sepak bola di klub lokal di sana. Dalam kedudukannya yang sudah menjadi presiden.

Maka ketika Morales mengundurkan diri sebagai presiden Bolivia tahun lalu, Elon Musk bersorak. Unggahannya di Twitter  menunjukkan itu.

Apalagi Morales mengakhiri jabatan dengan harus bersembunyi di kampungnya di pedalaman. Sebelum akhirnya diungsikan ke Meksiko –dan kini berada di pengasingan di Argentina.

Morales sendiri merasa Amerika-lah yang mendalangi penggulingannya itu. Morales memang pro-Kuba, Venezuela, Iran, Libya, Palestina, dan Tiongkok. Ia anti-imperialisme dan kolonialisme –termasuk yang versi modernnya.

Kegembiraan Elon Musk itu ternyata tidak lama. Dalam pemilu minggu lalu (18 Oktober 2020) jagonya kalah. Yang menang adalah partainya Morales: Gerakan untuk Sosialisme.

Yang menjadi presiden adalah tangan kanan Morales. Yakni tokoh lulusan Inggris yang dua kali menjadi menteri keuangan dan ekonomi Presiden Morales. Namanya: Luis Arce.

Ia bukan suku asli seperti Morales. Ia keturunan Spanyol –sebagaimana umumnya orang Amerika Latin. Namun ialah arsitek pembangunan ekonomi selama Morales jadi presiden.

Selama kekuasaan Morales, kemiskinan menurun sampai 10 persen. Pertanian ia utamakan –sebagai pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri.

Yang rakyat pedesaan juga menyukai ialah dilegalkannya tanaman koka. "Koka itu tidak sama dengan kokaina," ujar Morales.

Rakyat Bolivia memang tidak bisa dipisahkan dari tanaman koka. Yang salah satunya memang menjadi bahan baku kokaina -melalui proses pengolahan beberapa tahap.

Kandungan kokaine di dalam koka hanya 0,25 persen sampai 0,77 persen. Suatu saat, di masa lalu, Coca-Cola juga menggunakan bahan koka –yang kemudian beralih ke bahan pengganti.

Bagi penduduk setempat koka untuk dikunyah seperti sirih di Indonesia. Hanya campurannya bukan gambir dan kapur, melainkan bahan dari tanaman quinoa.

Koka juga dipakai untuk sayur, obat, tulang patah, wanita melahirkan dan analgesik –penahan sakit.

Bolivia memang jarang diperbincangkan. Juga baru sekali ini masuk Disway.

Di tangan presiden baru Luis Arce (57 tahun) ini Bolivia kelihatannya tetap kiri –tetapi kiri dalam. Ia berjanji untuk tidak akan menjadi bonekanya Morales.

Memang sebelum pemilu tokoh-tokoh dari partai kiri terbang ke Argentina. Mereka berunding di tempat pengasingan Morales.

Delapan jam mereka menyamakan misi. Akhirnya mereka sepakat memilih Luis Arca sebagai capres dari partai kiri.

Presiden Arca tentu belajar dari banyaknya kontroversi selama Morales jadi presiden. Yang terlalu "merakyat".

Toh akhirnya Morales harus membangun jalan tol. Yang harus melewati hutan. Yang secara nyata berlawanan dengan tekad pertamanya untuk pro secara total terhadap pelestarian hutan.

Bahkan Morales di akhir masa jabatannya juga membangun istana baru. Yang salah satunya berupa gedung pencakar langit 29 lantai. Yang tertinggi di Bolivia.

Awalnya Morales juga memaksakan tokoh-tokoh suku asli seperti suku Aymara mendominasi kabinet. Namun akhirnya ketahuan tidak bisa bekerja. Setahun kemudian harus reshuffle. Menteri yang suku asli tinggal 3 orang.

Morales juga pernah memaksakan 50 persen anggota kabinetnya perempuan. Namun ia pun me-reshuffle-nya.

Bolivia begitu terisolasi di pedalaman Amerika Latin. Datarannya juga sangat tinggi –salah satu tertinggi di dunia. Separuh penduduknya suku Indian –dengan berbagai kelompok dan bahasa.

Namun di zaman Morales dunia menjadi tahu satu bentuk negara yang bukan republik tetapi juga bukan kerajaan. Bukan negara federal juga bukan negara kesatuan.

Bolivia oleh Morales diubah menjadi negara berbentuk ini: plurinational. Yakni negara yang terdiri dari begitu banyak suku, bahasa dan budaya –yang dijamin eksistensinya dan keterwakilannya.

Namun mereka selalu bersatu dalam sepak bola. Mereka juga memiliki satu bahasa yang lebih tinggi dari bahasa nasionalnya. Yakni: bahasa bola.(disway.id)


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler