jpnn.com, LONDON - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Selasa (11/2) memberikan lampu hijau untuk proyek kereta cepat HS2. Proyek infrastruktur itu akan menjadi yang terbesar di Inggris sejak Perang Dunia II.
Johnson mengakui keputusan ini kontroversial dan sulit. Namun, dia mengingatkan bahwa Inggris saat ini tersandera oleh infrastruktur yang tidak memadai.
BACA JUGA: Kereta Cepat Terguling Dekat Milan, Dua Nyawa Melayang
"Pemerintah harus menunjukkan mereka masih memiliki keberanian untuk memimpikan hal besar," ujar Johnson dalam pidatonya di hadapan parlemen, Rabu (12/2).
Menyikapi kritik terhadap proyek yang diperkirakan bakal menghabiskan anggaran negara sebesar 100 miliar poundsterling (Rp 1.771 triliun) tersebut, Johnson mengatakan dirinya akan menunjuk seorang menteri pemerintah untuk mengawasi proyek HS2 yang menghubungkan London dan Inggris utara.
BACA JUGA: Gardu Induk Akan Dibangun untuk Mendukung Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
"Saya menarik garis yang jelas dari kekeliruan pengelolaan di masa lalu, HS2 harus dikerjakan dengan lebih efisien dan hemat sehingga masyarakat dapat merasakan manfaatnya lebih cepat, terutama yang berada di Utara," katanya.
Pekerjaan Tahap 1 jaringan kereta yang menghubungkan antara London dan Birmingham itu akan dimulai pada April. Begitu proyek ini selesai, waktu tempuh dari London ke Birmingham akan berkurang menjadi 52 menit dari satu jam 21 menit.
BACA JUGA: Tiongkok Bakal Bangun 2.000 Km Jalur Kereta Cepat Tahun Ini
Kereta pertama diperkirakan akan mulai melintasi rute tersebut antara 2028 dan 2031, mundur dari target pembukaan awal pada 2026. Sedangkan Tahap 2 dengan rute Manchester-Leeds kemungkinan akan dibuka pada 2035-2040.
Direktur Jenderal Kamar Dagang Inggris Adam Marshall mengatakan keputusan Johnson tersebut sudah lama ditunggu.
"Jadi ini adalah berita bagus bagi para pelaku bisnis, investasi dan pertumbuhan di banyak wilayah Inggris. Saatnya untuk berhenti berdebat dan mulai memberikan kapasitas dan koneksi baru yang akan dibawa HS2 kepada masyarakat dan bisnis kami," papar Marshall.
"Pada awal dekade baru ini, perusahaan-perusahaan merasa lebih optimistis dan ingin berinvestasi. Anggaran bersejarah ini menawarkan kesempatan untuk mengubah optimisme yang tumbuh menjadi lonjakan investasi di seluruh Inggris," kata Dame Carolyn Fairbairn, Direktur Jenderal Konfederasi Industri Inggris. (Xinhua/ant/dil/jpnn)
Intip Koalisi di Pilpres 2024 Yuk!
Redaktur & Reporter : Adil