PM Izinkan Aparat Halau Demonstran

Unjuk Rasa di Turki Makin Memanas

Minggu, 02 Juni 2013 – 05:55 WIB
ISTANBUL - Unjuk rasa antipemerintah masih berlanjut di Turki. Kemarin (1/6) aparat yang berjaga di Taksim Square terlibat bentrok dengan para demonstran yang menuntut pemerintah membatalkan rencana pemugaran Gezi Park. Namun, Perdana Menteri (PM) Recep Tayyip Erdogan mengaku tidak akan tunduk pada pengunjuk rasa.

Melalui pidato yang disiarkan stasiun televisi nasional, Erdogan mengimbau para demonstran menghentikan protes yang sudah berlangsung dua hari tersebut. Bahkan, dia mengizinkan aparat menghalau demonstran dengan gas air mata dan meriam air. Pemimpin 59 tahun itu tetap bertahan pada rencananya untuk memugar Gezi Park.

"Saya meminta demonstran berhenti melakukan aksi sesegera mungkin. Kemarin polisi berjaga (di Taksim Square). Hari ini dan besok pun, polisi tetap berada di sana," papar Erdogan.

Pemerintah, lanjut dia, tidak akan membiarkan Taksim Square menjadi arena aksi anarkistis para pengunjuk rasa. Para demonstran antipemerintah sudah menduduki lapangan terbesar Kota Istanbul itu dua hari.

Ratusan pengunjuk rasa yang beraksi mulai Jumat (31/5) itu memprotes program pembangunan Erdogan. Khususnya, program untuk merombak Gezi Park menjadi pusat bisnis. Kabarnya, taman yang merupakan salah satu di antara segelintir ruang terbuka hijau yang masih tersisa di Istanbul itu bakal beralih fungsi menjadi mal. Pembangunan pusat perbelanjaan baru itulah yang memantik amarah warga.

Dalam pidatonya, Erdogan sama sekali tidak menyinggung soal rencana pembangunan mal. Dia hanya menegaskan bahwa pemerintah akan tetap memugar taman tersebut agar bisa membangun kembali barak militer era Ottoman yang pernah berdiri di sana. "Kami akan memperbarui barak tersebut," ujarnya. Tapi, rumor yang beredar menyebutkan, barak baru itu akan berfungsi sebagai mal.

Kemarin, sejumlah aktivis oposisi yang terlibat dalam unjuk rasa di Gezi Park itu menyebut Erdogan sebagai pemimpin yang otoriter. Itu dilakukan karena akhir-akhir ini dia mengambil keputusan penting tanpa mempertimbangkan kepentingan masyarakat. Salah satunya adalah memugar taman kota yang menjadi paru-paru Istanbul tersebut.

Tapi, politikus yang sudah dua kali menjabat PM itu menganggap unjuk rasa di Taksim Square ilegal. Demikian juga serangkaian aksi yang muncul di kota-kota besar Turki lain.

"Segala bentuk sikap yang tidak disuarakan lewat balot adalah tindakan yang tidak demokratis," papar Erdogan. Dia mengaku bisa dengan mudah mengumpulkan sekitar sejuta orang untuk menggelar unjuk rasa tandingan. (AP/AFP/BBC/hep/c17/tia)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penduduk Jerman Turun 1,5 Juta

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler