BOGOR - Kebun Raya Bogor (KRB) terancam polusi udara. Perkembangan tata ruang dan rekayasa lalu lintas di sekitar objek penelitian milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu, kini semakin tak terkendali. Populasi 21.600 spesimen tumbuhan terancam mati.
Saat ini, para peneliti LIPI bukan hanya berpacu dengan waktu untuk mengidentifikasi ribuan spesimen itu. Para peneliti sedang berjibaku dengan perubahan perilaku sejumlah tumbuhan akibat perubahan kondisi lingkungan di sekitar KRB.
“Baik langsung atau tidak langsung, kecil atau besar, perubahan lingkungan atau dinamika tata ruang di sekitar KRB jelas berpengaruh,” kata Kepala PKT KRB, Mustaid Siregar kepada Radar Bogor (Grup JPNN), Rabu (17/4).
Usia KRB sudah tua. KRB telah menjadi episentrum Kota Bogor sejak 1817 dengan luas 87 hektare, tentu kondisi sekitar KRB sudah berubah drastis. Tak heran kelangsungan hidup 21.603 spesimen yang terbagi menjadi 3.912 spesies kini semakin terancam.
”Kami memang menghadapi beberapa ancaman, seperti pencemaran di lingkungan sekitar dan bencana angin puting beliung, sejumlah pohon langka tumbang akibat itu,” tambah mantan Kepala Kebun Raya Bali itu.
Meski KRB masih tampak menyejukan, rimbun, dan hijau, tapi, paru-paru Bogor itu sebenarnya tengah bernapas sesak akibat terikat oleh rotasi lebih dari 3.000 kendaraan bermotor.
Atau sekitar 40 persen di antaranya merupakan angkutan kota (angkot). Betapa tidak, sedikitnya delapan trayek angkot melintas setiap harinya, mulai dari trakyek 01, 02, 03, 05, 06, 07, 08, 09, 10, hingga 13.
Pencemaran udara pun terjadi. Belum lagi, pencemaran air sungai oleh sampah rumah tangga atau limbah dari aktivitas peniagaan. KRB dibanjiri sampah saat musim penghujan, sebab kebiasaan buruk para penghuni Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung itu semakin menjadi-jadi dari tahun ke tahun.
Seperti diketahui, kawasan di sekitar KRB telah jauh dari kata nyaman dan meneduhkan. Sedikitnya lima pusat perbelanjaan beraktivitas siang dan malam mengitarinya. Mulai dari Botani Square, Plaza Bogor, Pasar Bogor, Bogor Trade Mall (BTM), Yogya Bogor Junction, dan Plaza Pangrango.
Itu belum termasuk beberapa hotel berbintang dan deretan factory outlet yang mengundang ribuan wisatawan setiap pekannya. (ram)
Saat ini, para peneliti LIPI bukan hanya berpacu dengan waktu untuk mengidentifikasi ribuan spesimen itu. Para peneliti sedang berjibaku dengan perubahan perilaku sejumlah tumbuhan akibat perubahan kondisi lingkungan di sekitar KRB.
“Baik langsung atau tidak langsung, kecil atau besar, perubahan lingkungan atau dinamika tata ruang di sekitar KRB jelas berpengaruh,” kata Kepala PKT KRB, Mustaid Siregar kepada Radar Bogor (Grup JPNN), Rabu (17/4).
Usia KRB sudah tua. KRB telah menjadi episentrum Kota Bogor sejak 1817 dengan luas 87 hektare, tentu kondisi sekitar KRB sudah berubah drastis. Tak heran kelangsungan hidup 21.603 spesimen yang terbagi menjadi 3.912 spesies kini semakin terancam.
”Kami memang menghadapi beberapa ancaman, seperti pencemaran di lingkungan sekitar dan bencana angin puting beliung, sejumlah pohon langka tumbang akibat itu,” tambah mantan Kepala Kebun Raya Bali itu.
Meski KRB masih tampak menyejukan, rimbun, dan hijau, tapi, paru-paru Bogor itu sebenarnya tengah bernapas sesak akibat terikat oleh rotasi lebih dari 3.000 kendaraan bermotor.
Atau sekitar 40 persen di antaranya merupakan angkutan kota (angkot). Betapa tidak, sedikitnya delapan trayek angkot melintas setiap harinya, mulai dari trakyek 01, 02, 03, 05, 06, 07, 08, 09, 10, hingga 13.
Pencemaran udara pun terjadi. Belum lagi, pencemaran air sungai oleh sampah rumah tangga atau limbah dari aktivitas peniagaan. KRB dibanjiri sampah saat musim penghujan, sebab kebiasaan buruk para penghuni Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung itu semakin menjadi-jadi dari tahun ke tahun.
Seperti diketahui, kawasan di sekitar KRB telah jauh dari kata nyaman dan meneduhkan. Sedikitnya lima pusat perbelanjaan beraktivitas siang dan malam mengitarinya. Mulai dari Botani Square, Plaza Bogor, Pasar Bogor, Bogor Trade Mall (BTM), Yogya Bogor Junction, dan Plaza Pangrango.
Itu belum termasuk beberapa hotel berbintang dan deretan factory outlet yang mengundang ribuan wisatawan setiap pekannya. (ram)
BACA ARTIKEL LAINNYA... UN di Sulsel Terkesan Dipaksakan Digelar Hari Ini
Redaktur : Tim Redaksi