Polisi Bidik Penimbun Sembako

Selasa, 31 Juli 2012 – 08:30 WIB
JAKARTA - Polisi mewaspadai munculnya berbagai "penyakit" menjelang Lebaran. Salah satunya adalah aksi penimbunan sembilan bahan pokok (sembako) dan bahan bakar minyak (BBM). Tidak tanggung-tanggung, Polri mengerahkan petugas reserse untuk mengungkap aksi kejahatan tersebut.

Sejak pekan lalu Polri melakukan operasi terhadap penimbunan bahan pokok, gas, dan BBM menjelang Lebaran. "Itu bagian dari operasi ketupat yang dicanangkan Bapak Kapolri pertengahan bulan lalu," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar, (30/7). Operasi tersebut dilakukan serentak mulai tingkat Bareskrim Mabes Polri hingga satuan reserse di setiap polda.

Menurut mantan Kapolres Pasuruan, Jawa Timur, itu, operasi dilakukan secara tertutup dan terbuka. Tertutup artinya petugas menggunakan teknik reserse untuk mengendus lokasi atau orang yang dicurigai. "Tentu itu strategi kepolisian. Kami juga berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan dan pemda untuk inspeksi bersama," jelas Boy.

Prinsip kejahatan penimbunan selalu sama tiap tahun. Spekulan sengaja membeli barang-barang pokok dalam jumlah banyak untuk dijual lagi dengan harga yang berlipat ganda. Spekulan biasanya memanfaatkan tingkat konsumsi yang mencapai puncaknya sepekan sebelum Lebaran.

Barang-barang yang ditimbun biasanya yang punya daya tahan lama dan tidak mudah rusak. Selain itu, ada modus lain, yakni memainkan harga saat distribusi di lapangan. "Karena itu, pengawasan tidak hanya dilakukan di gudang-gudang, tapi juga pada jalur peredarannya," ujar dia.

Operasi lebih diintensifkan di lima provinsi di Jawa. "Tentu di kota-kota lain di luar Jawa juga dilakukan hal yang sama oleh petugas di masing-masing wilayah," terangnya.

Menurut Boy, operasi anti penimbunan bahan pokok juga sangat bergantung pada informasi masyarakat. "Jika di sekitar ada aktivitas mencurigakan terkait ini, silakan melapor ke polsek terdekat. Pasti akan dilindungi identitasnya," tutur dia.

Selain bahan makanan, Bareskrim Polri juga mengawasi distribusi BBM dan gas yang diprediksi melonjak dalam sebulan ke depan. Di berbagai tempat polisi berhasil menangkap penimbun BBM. "Yang paling baru, kami berhasil membongkar pengoplosan ribuan tabung gas di Jakarta Timur," ungkap mantan Kanit Negosiasi Densus 88 Mabes Polri tersebut.

Petugas menyita ribuan tabung gas elpiji oplosan di Jalan I Gusti Ngurah Rai, RT 02 RW 05 Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Tim gabungan Bareskrim Polri dan Polres Jakarta Timur juga menangkap satu orang berinisial I yang diduga sebagai pengusaha oplosan tabung elpiji.

Dalam operasi penangkapan tersebut, polisi menyita 2.005 tabung gas melon (ukuran 3 kg), 346 tabung 50 kg, 284 tabung 12 kg, 2 buah truk engkel, 1 unit alat penyuntik dengan mesin, dan 1 unit mobil Carry. Serta regulator bantuan dan kipas angin turbo tanpa es batu berjumlah 16 unit.

Tersangka terancam hukuman tiga tahun penjara dan denda Rp 50 miliar berdasar pasal 53 huruf C dan D UU RI Nomor 22 Tahun 2001 tentang Migas. Juga pasal 62 ayat 1 dan pasal 8 ayat 1 huruf A UU 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen dengan ancaman hukuman enam tahun penjara atau denda Rp 2 miliar.

Untuk penimbunan bahan sembako, Polri memang belum menangkap satu pun yang dicurigai. Jika nanti ada yang terbukti melakukan praktik bisnis kotor tersebut, yang bersangkutan dijerat dengan pasal 372 KUHP tentang Penggelapan atau UU Darurat 17/1951 tentang Penimbunan Barang-Barang.

Kejahatan lain yang juga marak menjelang Lebaran, terang Boy, adalah peredaran uang palsu, pencurian, perampokan, dan hipnotis di jalan raya. "Ada perputaran ekonomi yang sangat besar selama momentum hari raya. Karena itu, kita imbau semua warga untuk lebih hati-hati," tegas perwira yang sebentar lagi akan mendapatkan pangkat brigjen tersebut.

Secara terpisah, anggota DPR Kemal Azis Stamboel mendukung langkah Polri menjaga stabilitas harga pasar dengan operasi anti penimbunan sembako. "Kalau ada yang nekat, kita minta Kapolri tak segan-segan memberikan hukuman tegas," tandasnya.

Kemal menjelaskan, jika pengusaha gelap atau spekulan yang terbukti memanfaatkan momentum tidak dihukum, tidak akan timbul efek jera. "Akibatnya, tiap tahun problem selalu berulang. Bahan pokok dimainkan sehingga harga naik secara tidak wajar," tutur politikus PKS itu. (rdl/c9/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Digeledah KPK, Gedung Korlantas Dijaga Polisi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler