jpnn.com, YERUSALEM - Polisi Israel menangkap Menteri Palestina untuk Urusan Yerusalem, Fadi al-Hadami, Rabu (25/9). Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Urusan Yerusalem memastikan bahwa pasukan Israel menggerebek rumah al-Hadami dan membawanya.
Pihak kepolisian Israel mengklaim, penangkapan dilakukan karena al-Hadami melakukan aktivitas politik di Yerusalem Timur yang diduduki. Al-Hadami dituduh melanggar hukum yang melarang kegiatan politik oleh Otoritas Palestina (PA) di Yerusalem. PA sendiri diketahui mengatur Tepi Barat yang diduduki.
BACA JUGA: Israel Diduga Menjual Organ Mayat Syuhada Palestina
"Dia sedang ditanyai oleh petugas dari distrik kepolisian Yerusalem," kata juru bicara kepolisian Israel Micky Rosenfeld kepada Al Jazeera tanpa memberikan informasi lebih lanjut.
Ini bukan kali pertama penangkapan al-Hadami terjadi. Sebelumnya dia pernah ditangkap pada bulan Juni lalu. Pengacaranya mengatakan bahwa penangkapan pada saat itu dilakukan karena dia mendampingi Presiden Chili Sebastian Pinera dalam kunjungannya ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
BACA JUGA: Hayya The Power of Love, Pesan Kemanusiaan dari Tanah Palestina
Di hari yang sama, otoritas Israel juga memanggil gubernur Palestina di Yerusalem Adnan Ghaith dan putranya. Mereka juga menggerebek rumah Ghaith di Silwan.
Pihak Israel mengklaim bahwa Ghaith dicari karena pelanggaran yang sama. Ghaith juga sebelumnya pernah ditangkap beberapa kali oleh pasukan Israel. Namun dia kemudian dibebaskan untuk menjadi tahanan rumah
BACA JUGA: Gagal Menang, Netanyahu Tuding Palestina Ikut Campur Pemilu Israel
Kelompok Fatah mengecam tindakan tersebut dan menilai itu adalah bagian dari upaya Israel untuk mengkonsolidasikan cengkeramannya atas kota yang diduduki dengan tidak mengizinkan kehadiran atau aktivitas resmi Palestina di kota itu.
"Siapa pun yang terkait dengan PA di Yerusalem, mereka ditangkap secara rutin karena Israel ingin memastikan bahwa tidak ada perwakilan Palestina di Yerusalem," kata mantan penasihat hukum perdamaian Palestina yang juga analis di Haifa, Diana Buttu. (rmol/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil