SURABAYA - Kerusahan suporter antara Bonek dan Aremania yang terjadi di ruas tol Surabaya pada Kamis malam (7/3) berbuntut. Setidaknya 19 warga yang mengenakan atribut Bonek diamankan. Warga yang kebanyakan berasal dari kawasan Simo itu diperiksa polisi berkaitan dengan pelemparan dan pembakaran kendaraan.
Polisi sendiri sepertinya masih ragu dengan status 19 Bonek tersebut. Sebab, meski sudah hampir 1x24 jam, namun kelompok suporter Surabaya itu masih berstatus saksi.
"Sementara ini, status mereka semua hanya sebagai saksi. Ini karena belum ada bukti yang mengarah kepada tindak kriminalitas," ujar Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Farman, kemarin (8/3).
Anarkisme Bonek pecah ketika polisi bertindak represif terhadap mereka. Apalagi Bonek di kawasan Simo merasa mereka diserang terlebih dulu oleh rombongan Aremania pada Kamis siang. Tindakan represif Polrestabes Surabaya ditunjukan pada tembakan gas air mata berulang kali.
Bahkan, akibat gas air mata itu, korbannya bukan hanya warga maupun orang-orang yang menggunakan atribut Bonek. Walikota Surabaya Tri Rismaharini juga sempat dirawat di klinik Nur Medika, Simo Pomahan. Tembakan gas air mata memang seringkali menjadi senjata utama Polrestabes Surabaya dalam menghadapi Bonek.
Terkait insiden yang merenggut nyawa itu, polisi bersikukuh tidak merasa kecolongan. Polisi juga menampik tudingan yang menyebut lemahnya kerja intel dalam peristiwa itu.
Aparat justru menuding kalau para pimpinan kelompok suporter tidak bisa mengendalikan anggotanya hingga bertindak brutal. "Yang kecolongan justru pimpinan suporter," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Hilman Thayib kemarin.
Hilman mengklaim, aparat justru sudah berupaya maksimal mencegah terjadinya bentrok. Sebab, sebelum kelompok suporter Aremania berangkat dari Malang, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan sejumlah polres yang akan dilalui massa.
Nah, saat rombongan memasuki Surabaya, aksi sporadis massa benar-benar di luar kendalinya. "Jadi tindakan massa itu bersifat reaktif, sehingga luput dari pantauan," jelas Hilman kepada wartawan.
Disinggung tentang jatuhnya korban jiwa, kata Hilman, pihaknya langsung bergerak mengendus kemungkinan pihak yang bertanggung jawab. Pelakunya akan dihukum berat karena melakukan tindak pidana berat.
"Pelaku dari kedua pihak (Aremania dan Bonek) akan diselidiki. Akan ditindak tegas," ungkapnya.
Seperti diberitakan, pertandingan antara Persegres dan Arema di Gresik memakan korban. Seorang supporter yang mengenakan atribut Bonek tewas dikeroyok serombongan supporter beratribut Aremania. Bentrokan juga terjadi di luar stadion, dan berbuntut pada penghadangan di sepanjang jalan dari Gresik menuju Malang.
Bahkan, sekelompok massa juga membakar trukplat N yang terjebak macet di Jalan Tol Surabaya, Sukomanunggal.
Sementara itu, sweeping suporter Bonek terhadap plat kendaraan bernopol N (Malang) masih terjadi di dalam kota Surabaya. Di perempatan Margorejo, sejumlah massa melakukan sweeping sejak pukul 02.00.
Dari pantauan Jawa Pos, massa langsung melempar dengan batu jika ada kendaraan berplat N yang melintas. Akibatnya, tak sedikit kendaraan yang terkena lemparan batu. Kaca sejumlah kendaraan pun pecah. Mereka yang terkena lemparan pun tak ada yang berani menghentikan lanju kendaraannya.
Aksi sweeping itu pukul 04.00. Massa membubarkan diri setelah sejumlah aparat dari Polrestabes Surabaya datang ke lokasi. "Kalau ada yang seperti itu lagi, kami akan tangkap. Itu meresahkan masyarakat," pungkas Hilman.
Bentrok berdarah antarsuporter itu benar-benar menciderai dunia sepak bola profesinal untuk ke sekian kalinya. Sejak musim kompetisi mulai bergulir pada 7 Januari lalu, kompetisi ISL di wilayah Jatim diprediksi bergulir tanpa hambatan.
Jaminan keamanan itu terkait dengan turunnya izin laga dari Polda Jatim. Persetujuan bernomor 03/1/2013/Ditintelkam, itu ditandatangani langsung oleh Dirintelkam Polda Jatim Kombes Pol Abdi Dharma. Turunnya persetuan itu berarti setiap laga mendapat back up penuh dari polisi di jajaran Polda Jatim. Tetapi pertandingan justru dicederai oleh ulah suporter yang luput dari pengawalan polisi.
Sementara itu, insiden kerusuhan antar suporter yang terjadi Kamis lalu berbuntut pada pembekuan pertandingan sepak bola di Surabaya.
Kapolrestabes Surabaya Kombespol Tri Maryanto mengatakan untuk sementara waktu pihaknya mengkaji ulang jadwal pertandingan sepak bola di Surabaya.
"Bukan pembekuan istilahnya. Untuk menjaga kondusifnya suasana, sementara waktu jadwal pertandingan sepak bola akan kami kaji ulang," jelasnya. (gun/mar/nw)
Polisi sendiri sepertinya masih ragu dengan status 19 Bonek tersebut. Sebab, meski sudah hampir 1x24 jam, namun kelompok suporter Surabaya itu masih berstatus saksi.
"Sementara ini, status mereka semua hanya sebagai saksi. Ini karena belum ada bukti yang mengarah kepada tindak kriminalitas," ujar Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Farman, kemarin (8/3).
Anarkisme Bonek pecah ketika polisi bertindak represif terhadap mereka. Apalagi Bonek di kawasan Simo merasa mereka diserang terlebih dulu oleh rombongan Aremania pada Kamis siang. Tindakan represif Polrestabes Surabaya ditunjukan pada tembakan gas air mata berulang kali.
Bahkan, akibat gas air mata itu, korbannya bukan hanya warga maupun orang-orang yang menggunakan atribut Bonek. Walikota Surabaya Tri Rismaharini juga sempat dirawat di klinik Nur Medika, Simo Pomahan. Tembakan gas air mata memang seringkali menjadi senjata utama Polrestabes Surabaya dalam menghadapi Bonek.
Terkait insiden yang merenggut nyawa itu, polisi bersikukuh tidak merasa kecolongan. Polisi juga menampik tudingan yang menyebut lemahnya kerja intel dalam peristiwa itu.
Aparat justru menuding kalau para pimpinan kelompok suporter tidak bisa mengendalikan anggotanya hingga bertindak brutal. "Yang kecolongan justru pimpinan suporter," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Hilman Thayib kemarin.
Hilman mengklaim, aparat justru sudah berupaya maksimal mencegah terjadinya bentrok. Sebab, sebelum kelompok suporter Aremania berangkat dari Malang, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan sejumlah polres yang akan dilalui massa.
Nah, saat rombongan memasuki Surabaya, aksi sporadis massa benar-benar di luar kendalinya. "Jadi tindakan massa itu bersifat reaktif, sehingga luput dari pantauan," jelas Hilman kepada wartawan.
Disinggung tentang jatuhnya korban jiwa, kata Hilman, pihaknya langsung bergerak mengendus kemungkinan pihak yang bertanggung jawab. Pelakunya akan dihukum berat karena melakukan tindak pidana berat.
"Pelaku dari kedua pihak (Aremania dan Bonek) akan diselidiki. Akan ditindak tegas," ungkapnya.
Seperti diberitakan, pertandingan antara Persegres dan Arema di Gresik memakan korban. Seorang supporter yang mengenakan atribut Bonek tewas dikeroyok serombongan supporter beratribut Aremania. Bentrokan juga terjadi di luar stadion, dan berbuntut pada penghadangan di sepanjang jalan dari Gresik menuju Malang.
Bahkan, sekelompok massa juga membakar trukplat N yang terjebak macet di Jalan Tol Surabaya, Sukomanunggal.
Sementara itu, sweeping suporter Bonek terhadap plat kendaraan bernopol N (Malang) masih terjadi di dalam kota Surabaya. Di perempatan Margorejo, sejumlah massa melakukan sweeping sejak pukul 02.00.
Dari pantauan Jawa Pos, massa langsung melempar dengan batu jika ada kendaraan berplat N yang melintas. Akibatnya, tak sedikit kendaraan yang terkena lemparan batu. Kaca sejumlah kendaraan pun pecah. Mereka yang terkena lemparan pun tak ada yang berani menghentikan lanju kendaraannya.
Aksi sweeping itu pukul 04.00. Massa membubarkan diri setelah sejumlah aparat dari Polrestabes Surabaya datang ke lokasi. "Kalau ada yang seperti itu lagi, kami akan tangkap. Itu meresahkan masyarakat," pungkas Hilman.
Bentrok berdarah antarsuporter itu benar-benar menciderai dunia sepak bola profesinal untuk ke sekian kalinya. Sejak musim kompetisi mulai bergulir pada 7 Januari lalu, kompetisi ISL di wilayah Jatim diprediksi bergulir tanpa hambatan.
Jaminan keamanan itu terkait dengan turunnya izin laga dari Polda Jatim. Persetujuan bernomor 03/1/2013/Ditintelkam, itu ditandatangani langsung oleh Dirintelkam Polda Jatim Kombes Pol Abdi Dharma. Turunnya persetuan itu berarti setiap laga mendapat back up penuh dari polisi di jajaran Polda Jatim. Tetapi pertandingan justru dicederai oleh ulah suporter yang luput dari pengawalan polisi.
Sementara itu, insiden kerusuhan antar suporter yang terjadi Kamis lalu berbuntut pada pembekuan pertandingan sepak bola di Surabaya.
Kapolrestabes Surabaya Kombespol Tri Maryanto mengatakan untuk sementara waktu pihaknya mengkaji ulang jadwal pertandingan sepak bola di Surabaya.
"Bukan pembekuan istilahnya. Untuk menjaga kondusifnya suasana, sementara waktu jadwal pertandingan sepak bola akan kami kaji ulang," jelasnya. (gun/mar/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Prima Desak Menkeu Segera Kucurkan Dana
Redaktur : Tim Redaksi