GRUP neraka atau grup maut. Itulah istilah yang diberikan buat grup B. Sebutan ini memang layak disematkan. Pasalnya, empat tim yang berada di grup tersebut merupakan negara yang punya tradisi bagus di pentas internasional. Duel-duel panas pun berpotensi lahir dari grup ini. Sebab, di event-event besar sebelumnya, tim-tim di grup B pernah bertemu dan menciptakan atmosfer panas di lapangan.
Nah, di antara sejumlah laga yang berlangsung di grup B, duel Jerman versus Belanda di Metalist Stadium, Kharkiv, Rabu (13/6) mendatang, bakal menyita perhatian.
Laga itu sangat krusial dan bisa menentukan siapa yang berhak lolos ke perempat final. Namun, lolos atau tidak lolos, bahkan juara atau tidak, fans kedua tim tidak akan terlampau memikirkannya. Kemenangan di laga tersebut justru yang paling prioritas.
Bagi fans kedua tim, kemenangan memang berada di atas segalanya. Sebab, ini terkait dengan harga diri dan sejarah masa lalu kedua negara. Publik Belanda masih menyimpan dendam atas kekejaman tentara Nazi Jerman saat menjajah dan melakukan pembunuhan besar-besaran pada awal Perang Dunia II.
Sejak saat itu Belanda sangat benci kepada apa pun yang berbau Jerman, termasuk sepak bola. Testimoni gelandang Belanda era 1960"1970-an Wim van Hanegem bisa menjadi patokan. Bahwa, politiklah yang membuat duel Jerman versus Belanda selalu menjadi partai klasik.
"Saya tidak peduli dengan skornya. Skor 1-0 sudah cukup selama kami bisa membantai mereka. Saya benci mereka. Mereka membunuh keluarga saya. Ayah saya, saudara perempuan, dan dua saudara lelaki saya. Jika bertemu mereka, saya seperti membayangkan perang," ungkap Van Hanegem.
Bagi penikmat bola, rivalitas itu menjadi bumbu laga. Sebab, Belanda dan Jerman merupakan tim top di Eropa. Kedua negara pernah merajai Benua Biru. Jerman menjadi tim dengan gelar terbanyak dengan tiga kali (1972, 1980, dan 1996). Sedangkan Belanda sekali merengkuhnya pada 1988.
Sepanjang sejarah, Jerman dan Belanda sudah bertemu 38 kali. Jerman unggul dengan 14 kemenangan berbanding 10 milik Belanda. Laga di Euro 2012 mendatang juga akan memberikan jaminan seru karena kedua tim memiliki kekuatan merata.
Selain Jerman dan Belanda, Portugal juga pantas diwaspadai. Sejak era golden generation yang menembus perempat final Euro 1996, Portugal masuk menjadi tim elite Eropa. Portugal juga tak pernah absen dalam 20 tahun terakhir. Padahal, sebelumnya Selec"o "julukan timnas Portugal" tidak lolos kualifikasi selama 32 tahun. Namun, melihat kekuatan Portugal yang mapan sekarang, mencapai grand final, seperti pada Euro 2004, bukan kemustahilan bagi mereka.
Satu tim lainnya, yakni Denmark, juga tidak boleh dianggap enteng. Kemenangan pada Euro 1992 menjadi contoh gamblang bahwa setiap negara, entah besar atau kecil, memiliki peluang yang sama.
Waktu itu Denmark yang hanya pengganti Yugoslavia justru bisa menjadi kampiun untuk kali pertama sepanjang sejarah. Sebelum turnamen, mungkin hanya orang gila yang menjagokan Brian Laudrup dkk bisa merengkuh trofi.
Denmark sudah tidak berpartisipasi selama 16 tahun. Sedangkan satu edisi sebelumnya, pada 1988, Denmark hanya menjadi juru kunci dengan nilai nol hasil tiga kali laga. Waktu itu posisi Denmark sama persis seperti tahun ini, terjebak bersama tiga tim raksasa, yakni Jerman Barat, Italia, dan Spanyol. (nur/c9/bas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Modal Bagus Gebuk Tamu
Redaktur : Tim Redaksi