Politikus Hanura Anggap Wajar Manuver SBY Dianalisis Intelijen

Kamis, 03 November 2016 – 18:18 WIB
Dadang Rusdiana. Foto: dok jpnn

jpnn.com - JAKARTA - Politikus Hanura Dadang Rusdiana mengatakan, berlebihan bila menyebut Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berada di balik Aksi Bela Islam II, 4 November nanti.

Sebagai mantan Presiden RI dua periode, sekaligus seorang negarawan, SBY tidak tidak mungkin bertindak seperti itu. 

BACA JUGA: Alhamdulillah, FPI Menyambut Kami dengan Baik

"Saya walaupun dari partai pendukung pemerintah tetap berprasangka baik terhadap beliau (SBY)," kata Dadang kepada wartawan di Jakarta, Kamis (3/11).

Namun soal pernyataan SBY yang menganggap intelijen gagal alias ngawur dalam melakukan analisa sehubungan aksi 4/11, sekretaris Fraksi Hanura DPR itu menganggap tidak sepenuhnya benar.

BACA JUGA: Di Petamburan Sibuk untuk 4/11, di Istana Jokowi-JK Duduk Ngobrol Santai

Bahkan, Dadang menilai wajar bila intelijen melakukan analisa terhadap berbagai kemungkinan jelang aksi unjuk rasa besar-besaran nanti. 

Namun konteksnya bukan menuduh, melainkan untuk berjaga-jaga, mewaspadai berbagai kemungkinan.

BACA JUGA: Massa Aksi Boleh Menginap di Istiqlal

Apalagi, lanjutnya, momentum 4/11 ada berbagai kelompok kepentingan. Baik itu Pilkada DKI, kelompok muslim penuntut Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama alias Ahok, bahkan kelompok radikal dan juga mereka yang anti NKRI.

"Nah intelijen memasukan Pak SBY dalam kategori kelompok yang berkepentingan terhadap Pilkada DKI. Pidato Pak SBY kemarin saja dapat menjadi energi baru bagi para demonstran. Tentu wajar kalau intelijen mewaspadai itu," jelasnya.

Ketua DPP Hanura ini berpendapat bahwa tokoh nasional bisa terlibat langsung maupun tidak langsung. Artinya ada yang ikut berunjuk rasa, atau menggelontorkan dana. 

Yang tidak langsung bisa melalui pidato yang provokatif, menyerang pemerintah seakan membiarkan Ahok tidak disentuh hukum

"Pidato Pak SBY yang berseberangan dengan pemerintah, dan menuding pemerintah membiarkan Ahok sebagai "untouchable" (tidak bisa disentuh), itu tentu terus dianalisis oleh intelijen. Bukan "failure" dari intelijen, tapi analisis yang bersifat antisipatif," pungkasnya.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Demo 4 November, Menteri Tjahjo Menginap di Kantor


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler