jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Komisi B DPRD DKI Pandapotan Sinaga membela rencana komersialisasi Taman Ismail Marzuki (TIM). Politikus PDIP itu menilai komersialisasi merupakan salah satu cara Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan dalam membantu para seniman merawat pusat kesenian tersebut.
Hal itu dikatakannya usai meninjau secara langsung revitalisasi tahap I kawasan Taman Ismail Marzuki, Selasa (26/11). "Bukan masalah komersial atau tidak komersial. Saya katakan nanti bagaimana dia (para seniman) merawat fasilitas bangunannya ini kalau tidak ada sumbernya (dana) ini. Tidak selamanya biaya perawatan (TIM) Pemda DKI yang tanggung," kata Pandapotan saat ditemui di kawasan Taman Ismail Marzuki.
BACA JUGA: Seniman TIM Berharap Diajak Membahas Revitalisasi
Selama peninjauan, Pandapotan menilai revitalisasi yang saat ini dikerjakan oleh Jakpro tidak menganggu para seniman untuk beraktivitas karena tidak mengunakan gedung- gedung yang biasa digunakan untuk berlatih ataupun pentas.
"Sementara gedung induk dan gedung teater tidak ada perubahan," kata pria yang juga politikus dari fraksi PDI Perjuangan.
BACA JUGA: Ditunjuk Anies Kelola TIM, Jakpro Akui Tidak Mengerti Seni
Lebih lanjut, Pandapotan menjelaskan pada 2007 memang rancangan utama revitalisasi TIM tidak menyediakan fasilitas hotel. Namun kemudian disesuaikan dengan perkembangan ekonomi sehingga pembangunan hotel yang nantinya bernama Wisma TIM dipertimbangkan.
Asisten perekonimian dan Setda DKI Sri Haryati saat ditemui dalam kesempatan yang sama mengatakan, Wisma TIM yang nantinya diperuntukan untuk umum sudah melalui hasil koordinasi antara eksekutif Pemprov DKI, PT Jakpro sebagai pengelola, serta seniman- seniman.
BACA JUGA: Seniman: Pembangunan Hotel Merusak Citra TIM
"Ini sudah didiskusikan ya Pemprov, Jakpro, seniman TIM," kata Sri.
Diketahui para seniman TIM menolak adanya pembangunan hotel dalam revitalisasi kawasan pusat kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki yang akan dikelola oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
Para seniman TIM menilai dengan adanya hotel yang direncanakan berbintang lima itu maka lambat laun orientasi kawasan budaya akan tergerus menjadi kawasan komersial. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil