jpnn.com, WASHINGTON DC - Upaya Donald Trump untuk membalik kekalahannya dalam pemilihan presiden 2020 "lebih mengerikan" daripada yang dibayangkan, kata anggota DPR Amerika Serikat dari Partai Republik Liz Cheney, Rabu (29/6).
Cheney menjadi figur penting dalam sebuah panel di Kongres yang menyelidiki kerusuhan di gedung Capitol oleh pendukung Trump pada 6 Januari 2021.
BACA JUGA: Elon Musk Sebut Memblokir Akun Twitter Milik Trump Adalah Hal Bodoh
Dia memperingatkan masyarakat AS untuk tidak melakukan serangan tajam secara partisan yang bisa merusak tatanan politik negara itu. dia mendesak mereka untuk berdiri di atas kepentingan politik.
"Rekan-rekan Amerika, kita berdiri di tepi neraka, dan kita harus mundur," kata putri mantan Wakil Presiden Dick Cheney itu, dalam pidatonya di Perpustakaan Kepresidenan Ronald Reagan di Simi Valley, California.
BACA JUGA: Ivanka Trump Ogah Dukung Klaim Mengada-ada Ayahnya soal Pilpres AS 2020
"Ketika gambaran utuh mulai terlihat oleh komite 6 Januari, tampak jelas bahwa upaya yang diawasi dan dilakukan Donald Trump lebih mengerikan dan lebih membahayakan daripada yang bisa kita bayangkan," kata perempuan 55 tahun itu.
Dia juga meminta rekan-rekannya di Republik untuk memilih setia kepada Trump atau Konstitusi.
BACA JUGA: Cabut Kebijakan Era Trump, AS Lanjutkan Normalisasi dengan Kuba
"Kita harus memilih, karena kaum Republik tak bisa loyal dua-duanya kepada Donald Trump dan loyal kepada Konstitusi," katanya.
"Kita seharusnya tidak memilih orang-orang yang lebih setia kepada diri mereka sendiri, atau kepada kekuasaan, daripada kepada Konstitusi kita."
Cheney, yang berseberangan dengan Trump, telah menjadi paria di dalam Partai Republik. Partai tersebut telah mengakomodasi figur-figur konservatif, seperti Marjorie Taylor Greene dan Lauren Boebert, keduanya merupakan sekutu dekat Trump.
Setelah dilengserkan dari kepemimpinan partai itu di DPR, juga dikecam Komite Nasional Republik dan tak lagi diakui oleh partai Republik di negara bagian, Cheney kini menghadapi pertarungan melawan Trump dalam pemilihan kandidat partai pada 16 Agustus untuk mewakili Wyoming.
Cheney telah dijadikan target utama Trump dalam upaya pembalasan kepada lawan-lawan politiknya di Republik.
Dalam jajak pendapat, dia membuntuti posisi calon Republik Harriet Hageman --yang diusung oleh Trump.
Dalam pidato yang diselingi sorak dan tepuk tangan, Cheney memuji keberanian mantan ajudan Gedung Putih Cassidy Hutchinson, yang bersaksi dalam sidang dengar pendapat di DPR pada Selasa (28/6).
Dalam kesaksiannya, Hutchinson mengatakan Trump mengetahui sekelompok pendukungnya yang dia panggil ke Washington membawa senjata, termasuk senapan serbu, ketika dia meminta mereka berunjuk rasa di Capitol --gedung Kongres AS.
Dia juga mengatakan bahwa Trump berusaha untuk bergabung dengan aksi mereka, tetapi tidak berhasil.
Massa menyerbu gedung itu untuk mencegah Kongres mengesahkan kemenangan capres Demokrat Joe Biden atas Trump dalam pemilihan presiden.
"Para atasannya –laki-laki, jauh lebih tua, beberapa dari mereka– bersembunyi di balik hak-hak istimewa eksekutif, anonimitas dan intimidasi. Namun keberaniannya dan patriotismenya kemarin terlihat luar biasa," kata Cheney.
Hutchinson adalah asisten Kepala Staf Gedung Putih di era Trump, Mark Meadows.
Dia memberi kesaksian tentang pembicaraannya dengan Meadow dan mantan penasihat Gedung Putih Pat Cipollone, yang telah dipanggil secara resmi oleh komite untuk bersaksi. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif