jpnn.com - JAKARTA - Direktur Politicawave Yose Rizal menjelaskan, ada dua penggunaan sosial media yang baik. Yakni untuk berinteraksi dan mendengar.
Menurut Yose, penggunanan sosial media untuk berinteraksi menjadi permasalahan untuk para politisi. Sebab kebanyakan politisi hanya sekedar monolog.
BACA JUGA: Hadirkan Kembali Steve Jobs Lewat perangko
"Para politisi kita mungkin banyak yang bukan generasi digital biasa gunakan televisi, koran, radio, spanduk dan lain-lain. Mereka ngomong monolog. Tidak perlu menunggu orang respon. Jadi searah," kata Yose dalam diskusi "Berperang Citra di Sosial Media" di Cikini, Jakarta, Sabtu (22/2).
Yose menjelaskan, seorang politisi tidak akan berhasil jika hanya melakukan monolog. Dia perlu membuat interaksi. "Karena sosial media adalah media dua arah. Orang bisa berinteraksi, lebih egaliter," ujarnya.
BACA JUGA: Pendiri WhatsApp Bakal Mengalahkan Kekayaan Pemilik Facebook
Selain untuk berinteraksi, Yose menyatakan, sosial media bisa digunakan sebagai alat untuk mendengar. Misalnya saja, seorang politisi yang memiliki akun Twitter tidak perlu banyak bercecuit.
"Daripada banyak ngetweet, dia lihat di Twitter yang mention, oh ternyata hari ini ngomongin masalah banjir, keamanan. Informasi ini ada di media sosial. Terutama politisi representasi kelompok masyarakat, mereka harus selalu mendengar," ujar Yose.
BACA JUGA: Mahasiswa Ciptakan Kunyit Antikatarak
Yose mengatakan sebelum ada media sosial, jika ingin mengetahui permasalahan masyarakat perlu melakukan survei. Tapi survei butuh waktu dan belum bisa menangkap permasalahan secara cepat.
"Lewat media sosial apa yg terjadi semua ada di Twitter. Pemimpin yang baik tidak hanya interaksi tapi mendengarkan," tandas Yose. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Inilah Smartphone Tertipis di Dunia
Redaktur : Tim Redaksi