BACA JUGA: Arnold Kembali ke Layar Lebar
Yang terbaru, apa lagi jika bukan berita 'panas' soal rencana majunya aktris 'panas' Julia Perez alias Jupe, ke ajang Pilkada PacitanBACA JUGA: Dude Tak Siap Jadi Bupati
Sementara sang artis disebut 'panas', karena memang berbagai film atau penampilannya selama ini senantiasa identik dengan 'efek' itu.Kontroversi tidak saja muncul dari dunia politik, seperti misalnya dari DPP Partai Amanat Nasional yang katanya menentang serta mencabut dukungan yang (konon) sudah sempat disampaikan di tingkat daerah, tapi juga dari kalangan dunia hiburan sendiri
BACA JUGA: Ki Joko Bodo: Jupe akan Mundur di Menit Akhir
Cici, dalam hal ini membantah keras ia tertarik untuk ikut di bursa pemilihan yang sama, ketika ada pemberitaan mengenai namanya yang disebut tak lolos dalam penjaringan bakal calon di PacitanSementara Dude, mengaku meski sempat pula menerima tawaran serupa, belum tertarik untuk ikut-ikutan, sambil berkomentar bahwa masyarakat sudah cukup cerdas untuk memilih kepala daerahnya berdasarkan kualitas dan bukan popularitas semata.Konon, terlepas dari segala kontroversinya, Jupe sendiri sudah memastikan kepada publik sekaligus meyakinkan diri bakal tetap majuKonon pula, secara jalur/proses politik, ia telah resmi didukung tujuh atau delapan partai politikSoal jabatan yang akan diincarnya, disebutkan adalah sebagai Wakil Bupati, dengan kabar terakhir menyebutkan ia bakal berpasangan dengan sosok bernama Nur Cahyono, yang notabene adalah sepupunya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
:TERKAIT Bagaimana realisasi dan perkembangannya? Silakan saja menunggu dan menyimak berita-berita selanjutnyaNamun yang jelas, Jupe sendiri sebenarnya bukanlah satu-satunya namaSetidaknya, satu lagi selebriti wanita yang ada di jalur itu, serta masih berada dalam proses, adalah Ayu AzhariNama yang terakhir ini, diberitakan bakal maju untuk menjadi Wakil Bupati SukabumiSementara perahu politiknya adalah PDIPLantas, ada pula nama yang sudah duduk, seperti aktor Rano Karno yang saat ini adalah Wakil Bupati Tangerang.
Di luar jabatan eksekutif, nama-nama politisi selebriti bahkan jauh lebih banyak lagiIni bahkan sudah berlangsung cukup lama, makin marak setidaknya dalam dua kali pemilihan (lembaga) legislatif terdahuluMereka (para selebriti) itu berasal dari berbagai latar belakang profesi khusus, mulai dari pelawak alias komedian, model, aktor dan aktris, hingga penyanyiMereka kini cukup banyak duduk di bangku-bangku dewan perwakilan rakyat, baik di daerah-daerah maupun di pusat (DPR RI).
Apa yang tejadi, atau fenomena apa ini sebenarnya? Kalau di dunia politik praktis, mungkin jelas, ada alasan-alasan kuat terhadap berkembangnya hal ituSementara jika melihat pada perkembangan dunia global, sesungguhnya fenomena ini sendiri bukanlah hal baru, alias sudah berlangsung cukup lamaPuluhan tahun setidaknyaMaka, jika di luar sana diakui bahwa salah satu pendukungnya adalah sedemikian merasuknya budaya pop (pop culture) di tengah masyarakat yang notabene adalah pemilih (bagi para politisi), berarti di tanah air juga bisa dikatakan demikian.
Di luar negeri sana, bahkan jabatan politis yang sudah sempat disentuh oleh para selebritis tersebut tidak hanya sampai tingkat kepala daerah atau anggota lembaga legislatifNamu malah sudah sampai ke posisi presidenSebutlah misalnya Joseph Estrada yang mantan aktor, di Filipina sanaAtau kalau mau merujuk ke negeri Paman Sam, mantan Presiden Ronald Reagan adalah juga salah seorang eks-aktorNama-nama lain (terutama di AS), sebut saja mulai dari Arnold Schwarzenegger, Shirley Temple Black, Sonny Bono, Clint Eastwood, Jerry Springer, hingga Jesse Ventura, atau sosok seperti Eva Peron di Argentina dan Amitabh Bachchan di IndiaSementara soal latar belakang mereka, juga sangat variatif, mulai dari selebriti layar lebar, TV, panggung, musisi atau penyanyi, hingga olahragawan, bahkan yang 'lebih parah' daripada Jupe yakni bintang porno - Ilona Staller alias Cicciolina di parlemen Italia adalah satu contohnya.
Lantas jika demikian, apakah berarti fenomena ini sebenarnya merupakan satu hal yang wajar saja, kalau mau dihubungkan dengan perkembangan peradaban dunia? Barangkali bisa disebut begituKendati sebenarnya di luar sana, sama seperti di Indonesia juga, dari dulu sampai sekarang masih saja ada perdebatan dan kontroversi mengenai ituAda yang cenderung pro atau membela, ada pula yang kontra alias menentang keberadaan mereka (para politisi selebriti)Yang menentang, tentu saja salah satu alasan utamanya adalah karena selebriti yang menjadi politisi pada dasarnya hanya (lebih) mengandalkan keunggulan fisik/penampilan mereka ketimbang pemkiran atau wawasan dan kemampuan politik.
John Street (2004), dalam sebuah artikel bertajuk "Celebrity Politicians: Popular Culture and Political Representation", sebagaimana dirilis situs Wiley Interscience, termasuk salah seorang yang coba menelaah fenomena itu - kendati tampak cenderung mengajukan argumen-argumen yang membantah alasan para pengkritikAntara lain yang disebutkannya adalah, bahwa pada dasarnya sah-sah saja selebriti yang menjadi politisi memanfaatkan kelebihan penampilan/fisik atau popularitas mereka, karena memang hal itu merupakan aspek sah yang melandasi pilihan para pemilih (voters) yang notabene - pilihan mereka itu - tak bisa diganggu gugat.
:POLLING Kendati begitu, Street sendiri mengakui bahwa tidak semua contoh politisi selebriti dalam hal ini bisa dikatakan layak, atau benar-benar pas di dunia barunya ituSementara lebih jauh, Street pun terlebih dulu telah menggaribawahi, bahwa istilah "politisi selebriti" sendiri tidak pula bisa digeneralisasi, karena menurutnya ada dua varian dalam pemahaman ituYang pertama adalah politisi yang menggunakan aspek keselebritisan, sementara varian yang kedua adalah selebriti yang lebih cocok disebut sebagai 'aktivis politik' (seperti artis-artis yang kerap menyuarakan perdamaian, nyata-nyata menentang perang, anti kesenjangan sosial dan sebagainya, Red).
Sementara untuk kelompok yang pertama sendiri, ada dua pula jenisnya kata Street, yakni selebriti 'beneran' (artis, model, olahragawan dan lain-lain) yang lantas menjadi politisi, serta politisi yang memanfaatkan unsur (dunia) selebriti untuk meraih jabatan atau menggapai popularitasSebuah pandangan yang menarik tentunya, karena jika ditarik ke fenomena yang ada di Indonesia, berarti juga bahwa sebagian besar - kalau bukan semua - pejabat/kepala pemerintahan dan anggota dewan di negeri ini, baik yang masih berjuang maupun yang sudah duduk, berada pada kelompok besar (varian) yang sama dengan artis-artis seperti Jupe, Ayu Azhari, Rano Karno, Adjie Massaid, Angelina Sondakh, Tere dan lain-lainYa, karena dalam hampir semua kampanye atau penampilan para pejabat itu, aspek keselebritisan atau popularisme dunia hiburan selalu menjadi bagian penting dalam menarik perhatian (dukungan dan suara) massa.
Terlepas dari itu, berdasarkan apa yang ada di sekitar saat ini maupun yang terus bermunculan di dunia lebih luas, satu kesimpulan agaknya bisa ditarikBahwa kalaupun misalnya sosok seperti Jupe akhirnya tak jadi maju ke pilkada dimaksud pun, kelak masih akan ada lagi yang kurang lebih samaEntah itu minggu depan, bulan depan, tahun depan, atau kapan-kapanTinggal bagaimana masyarakat (pemilih) akan terpengaruh olehnya saja, sebelum akhirnya menentukan pilihan (lewat suara)Dan jika prosesnya tanpa kecurangan, siapa pula yang bisa menyalahkan suara rakyat itu? (ito/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hanura Siap Dukung Jupe
Redaktur : Tim Redaksi