JAKARTA - Kejadian beruntun yang mengakibatkan suporter sepakbola meninggal dunia disesalkan Mabes Polri. Korps baju coklat tak mau sepenuhnya disalahkan dalam insiden-insiden itu.
"Kita sama-sama prihatin, " ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar di kantornya, Senin (04/06). Sebelum kejadian di Surabaya Minggu malam, ada pengeroyokan di Gelora Bung Karno Jakarta yang melibatkan suporter. Enam tersangka sudah ditangkap Polda Metro Jaya.
Boy mengimbau para suporter sepak bola agar menjadi suporter yang sportif dan tidak menampilkan sikap membahayakan. "Kami berharap kepada seluruh pengelola tim sepak bola untuk ikut memberikan bantuan dan dukungan agar para suporter menjadi suporter sportif," kata mantan Kapolres Pasuruan Jawa Timur itu.
Menurut Boy, organisasi suporter bisa jadi alat kontrol yang efektif. "Kita harapkan bisa dikelola dengan baik, agar kondusif. Silahkan fanatik asal tidak anarkis," katanya.
Kasus di Surabaya, kata Boy, seharusnya tak perlu terjadi. "Petugas terpaksa menggunakan gas airmata karena memang kejadiannya anarkis. Jadi itu sudah sesuai protap," katanya.
Meski begitu, evaluasi tetap dilakukan. Termasuk, mengecek ulang jumlah personel yang diturunkan mengamankan pertandingan. "Nanti akan dikaji lagi, apa prosedur-prosedur pokok sudah dilakukan. Dari laporan sementara itu sesuai protap," tegasnya.
Terpisah, Indonesia Police Watch mengkritik kinerja polisi mengamankan pertandingan sepakbola. "Yang terakhir di Surabaya, suporter meninggal karena kondisi yang chaos. Polisi justru menambah chaos dengan gas air mata," kata Ketua Presidium IPW Neta Sanusi Pane.
Menurut Neta, seharusnya polisi bisa melakukan kendali massa tanpa harus menembakkan asap dan gas air mata. "Bisa juga dengan semprotan air. Itu lebih bisa dikendalikan dan tidak mencederai," katanya.
Seperti diketahui, pertandingan antara Persebaya melawan Persija Jakarta dalam lanjutan Liga Primer Indonesia (LPI) di Stadion Gelora 10 Nopember Surabaya, Ahad (3/6) menelan korban. Purwo Adi Utomo, warga Babadan Rukun IV/3 Surabaya meninggal dunia di tengah-tengah kekacauan. Pelajar yang masih duduk Kelas III SMK Negeri 5 Surabaya itu diduga sesak nafas dan kekurangan oksigen.(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pebalap China Rajai Tanjakan Etape I Tour de Singkarak
Redaktur : Tim Redaksi