jpnn.com - Selama ini penikmat film mengenal Edwin sebagai pembesut sinema-sinema art house atau indie. Misalnya, Babi Buta yang Ingin Terbang (pemenang Fipresci Awards 2009), Postcards from the Zoo (kontestan Berlinale 2012), dan Kara, Anak Sebatang Pohon yang diputar di Directors’ Fortnight, Festival Film Cannes 2005.
Nah, untuk kali pertama, dia bakal menyutradarai film remaja yang berjudul Posesif.
BACA JUGA: Adipati Dolken, Salat Jarang tapi Puasa Belum Bolong
Edwin menyatakan, film yang berbeda dengan garapannya yang biasa itu sudah lama didambakannya.
’’Ini seperti surat cinta saya untuk cinta pertama,’’ kata Edwin ketika meluncurkan trailer film Posesif di Portico, Senayan City, Jakarta, Selasa (12/9).
’’Feeling deg-degan dan mengomunikasikan perasaan yang nggak gampang itu selalu buat saya tertarik. Ada manisnya, ada tegangnya. Secara teknik sangat menyenangkan,’’ lanjut sutradara 39 tahun tersebut.
Meski film remaja, Edwin menjamin Posesif bukan jenis film yang menye-menye. Dia membuatnya dalam kualitas festival. Terutama dari segi akting.
Karena itu, dia memilih sejumlah nama yang menurutnya bisa diarahkan dengan baik. Di antaranya, Adipati Dolken dan pendatang baru Putri Marino. Ada juga peraih Piala Citra untuk Aktris Terbaik FFI 2016 Cut Mini Theo.
Posesif mengisahkan Lala, siswi SMA sekaligus atlet loncat indah. Hidup Lala tidak lagi sama setelah bertemu dengan Yudhis (Adipati Dolken).
Murid baru di sekolahnya itu menjadi cinta pertamanya. Mereka berjanji saling setia.
Namun, hal tersebut justru menjadi jebakan sehingga hubungan keduanya cukup rumit dan berbahaya.
Edwin menganggap Adipati sangat cocok memerankan Yudhis. Sebab, ternyata aktor 26 tahun itu mengaku kepadanya punya sifat posesif.
’’Dia sangat antusias untuk mengulik keposesifannya menjadi film,’’ ujar Edwin.
’’Itu usaha yang sangat berani. Sebab, kadang orang posesif sangat defensif, nggak mau ngaku kalau itu (posesif, Red) salah,’’ lanjutnya.
Adipati mengakui, dirinya sangat posesif. Sampai sekarang, Adipati ingin mengetahui segala macam hal yang berkaitan dengan pasangannya.
’’Gue pengin mata gue bisa melihat semuanya sampai nggak bisa dibohongin. Kalau tahu semuanya pun, gue merasa masih dibohongin,’’ ucap Adipati. Sebab, dia sangat takut ditinggal sang pacar.
Menurut dia, Posesif mengangkat sisi lain anak SMA yang sebetulnya pernah dilakukan dan dirasakan semua orang.
Contohnya, melihat gadget pasangan. Bagi Adipati, itulah poin penting agar penonton menyadari punya potensi menjadi orang yang posesif.
’’Jadi orang posesif itu bisa sangat bahaya kalau menikmati itu. Bisa adiktif,’’ tegas Adipati. (glo/c14/na)
Redaktur & Reporter : Adil