jpnn.com - JAKARTA - Potensi klub Divisi Utama Persiraja Banda Aceh untuk mendapat sanksi dari PSSI cukup besar. Itu setelah hasil dari data mentah yang didapat saat investigasi dilakukan komite medis PSSI sejak Sabtu (24/5) lalu, banyak instrumen tidak terpenuhi oleh klub.
Investigasi dilakukan setelah kasus meninggalnya striker Persiraja, Akli Fairuz, yang menderita luka dalam, di bagian usus. Dia menderita cedera setelah terlibat insiden dengan penjaga gawang PSAP Sigli, Agus Rohman.
BACA JUGA: Pogba Optimistis Prancis Juara
Sebelum akhirnya meninggal, Akli disebut-sebut tidak mendapatkan penanganan yang maksimal layaknya pemain profesional. Dari investigasi tersebut ditemukan banyak hal yang janggal dari yang seharusnya dilakukan oleh klub terhadap pemain.
Apa saja itu? Ketua Tim Medis PSSI Tony Aprilani belum mau mengungkapkan karena data-data tersebut. Pihaknya masih akan merangkum temuan-temuan itu, untuki laporan. Tapi, temuan yang cukup mengejutkan, adalah saat operasi akan dilakukan, ternyata pihak keluarga tidak bisa cepat memutuskan operasi kedua akan dilakukan atau tidak.
BACA JUGA: Italia Ikat Prandelli Hingga 2016
"Banyak prosedur yang kurang tepat, kami temukan banyak hal. Tapi belum bisa kami jelaskan seluruhnya," kata dia.
Selain saat operasi, yang menjadi pertanyaan komite medis adalah kenapa saat akli dirawat, tak ada pihak klub yang mendampingi. Pun demikian, ketika dia sakit dan dibawa ke rumah sakit oleh saudaranya, sampai akhirnya harus rawat inap dan menjalani prosedur lainnya, bukan pihak klub yang bertanggung jawab mendampinginya.
BACA JUGA: Juni, Timnas U-19 Geber Tur Nusantara Kedua
Menurut Tony, klub Persiraja sejatinya juga belum siap untuk mengikuti kompetisi, itu karena klub tidak bisa memenuhi instrumen yang harusnya dipenuhi oleh klub. Bagi Tony, kondisi ini harus menjadi penilaian tersendiri dan harus dicermati karena klub bagi dia tidak selayaknya klub profesional.
"Secara kasat mata, klub ini (Persiraja) tidak siap. Jangankan menyelenggarakan pertandingan dengan baik. Dokter tim saja tidak ada. Ini jauh dari kata profesional," tutur lelaki yang juga Exco PSSI tersebut.
Bahkan, dia sempat membandingkan klub divisi Utama tersebut dengan klub amatir. Sebab, Tony yang pernah menjabat sebagai ketua PSSI Jawa Barat itu menilai kelengkapan standar klub amatir di wilayahnya, lebih baik dari Persiraja yang tidak memenuhi persayaratan minimal klub profesional, seperti dokter tim.
Potensi hukuman pun, Tony dengan tegas jika melihat kenyataan kasat mata saja, Persiraja cukup layak untuk dihukum dan disanksi oleh PSSI.
"Potensinya besar dan layak kena hukum klub karena banyak yg harusnya ada, tidak ada ternyata," tandas lelaki yang juga dokter di Bandung tersebut.
Sementara itu di situs resmi klub Persiraja, pengurus klub menegaskan bahwa saat ini banyak pihak yang hanya bisa menghujat, tanpa memberikan solusi.
"Semua pihak tidalk memberikan solusi bagaimana kami keluar dari krisis. Justru dipojokkan sisa pengurus yang saat ini berusaha menyelamatkan Persiraja dari jurang degradasi jika tak ikut kompetisi DU 2014," tulis Said Mursal, atas nama pengurus.
Dia juga mencantumkan kebutuhan dana Persiraja selama 2014 yang masih minus. dan, pengurus juga mengakui jika masih menanggung hutang kepada para pemain, termasuk sewa yang masih terhutang kepada "pihak ketiga. (aam)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Erick Thohir Mengaku tak Punya Duit Beli Pemain Bintang
Redaktur : Tim Redaksi