jpnn.com, JAKARTA - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menginginkan lebih dua pasang calon presiden dan wakil presiden (capres dan cawapres) yang akan berkompetisi di Pilpres 2024.
Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan Arsul Sani mengatakan PPP saat ini fokus kualitas Pilpres 2024 agar lebih baik dari 2019.
BACA JUGA: Fenomena Ganjarist, Bukti Dukungan untuk Ganjar di Pilpres 2024 Kian Menguat dan Nyata
Salah satu upaya itu, kata Asrul, mendorong supaya dalam Pilpres 2024 nanti diikuti lebih dari dua pasangan calon meskipun ada konsekuensi pemilihan terjadi dalam dua putaran.
"PPP belum mengusulkan (nama capres) dari internal. Fokus kami saat ini adalah bicara dulu bagaimana kualitas Pilpres 2024 lebih dari 2019. Salah satunya adalah perlu mendorong pilpres diikuti lebih dari dua pasangan calon meskipun konsekuensinya ada putaran kedua," kata dia, di Jakarta, Jumat (4/6).
BACA JUGA: Ketum Parpol Ini Diramal Jadi Capres di Pilpres 2024, Siapa Ya?
Arsul menjelaskan, alasan PPP mendorong Pilpres 2024 agar diikuti lebih dari dua paslon karena pembelahan yang terjadi di masyarakat seperti 2019 lalu biaya pemulihannya sangat mahal.
Menurutnya, keterbelahan tersebut mengakibatkan banyak energi bangsa yang seharusnya menjadi produktivitas menjadi tidak produktif.
BACA JUGA: PPP Jatim Sodorkan Nama Khofifah sebagai Cawapres di Pilpres 2024
Oleh karena itu, PPP terus meyakinkan partai-partai lain supaya dalam Pilpres 2024 nanti diikuti lebih dari dua paslon.
Anggota Komisi III DPR itu menilai tanpa adanya pembelahan tajam akan meningkatkan kualitas pilpres menjadi lebih baik.
"Ini yang ingin kami yakinkan kepada partai-partai lain. Namun, kalau pada akhirnya harus menjadi dua (paslon) lagi itu tidak masalah, tetapi sudah melewati putaran pertama," kata wakil ketua MPR itu.
Lebih lanjut Arsul memastikan PPP sampai saat ini belum mengusulkan nama capres dari internal.
Menurutnya, PPP juga ingin mempertahankan pakem sosok capres-cawapres yang diusung mewakili dua kekuatan besar Indonesia yaitu nasionalis-agamis.
"Meskipun tidak berarti nasionalis itu tidak agamis dan yang agamis itu tidak nasionalis," pungkas Arsul Sani. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy