Pra-KTT Y20 2022: Mari Bersama Selamatkan Bumi dengan Ekonomi Sirkular

Selasa, 24 Mei 2022 – 02:49 WIB
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya pada acara pembukaan Forum Y20 Indonesia 2022, 3rd Pre-Summit di Balikpapan, Sabtu (21/5/2022). Foto: KLHK

jpnn.com, BALIKPAPAN - Forum Pra-KTT Ketiga Y20 Indonesia mengangkat isu planet berkelanjutan dan layak huni masih terus berlanjut dengan diskusi mengenai ekonomi sirkular, pada Minggu (22/5).

Harapannya, wawasan yang diberikan bisa membantu para delegasi muda dalam menyusun rekomendasi kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan kepada pemimpin G20.

BACA JUGA: Raffi Ahmad Pernah Ditipu Ratusan Juta di Acara TNI, Begini Ceritanya

Talkshow ini menghadirkan Alesya Krit (Center of Competence for Climate Change, Environment and Noise Protection di Aviation Hessen), Joi Danielson (Partner di Systemiq), Ke Wang (Program Lead di Platform for Accelerating Circular Economy), serta Mohammad Bijaksana Junerosano (CEO dan Founder Waste4Change).

Alesya menyarankan pentingnya berpikir secara lokal dalam upaya mendorong konsumsi berkelanjutan.

BACA JUGA: Saham GOTO Diprediksi Bakal Melonjak Pascainvestasi Telkomsel

“Kita harus berpikir lokal dan menyesuaikan (solusi tersebut) dengan wilayah tujuan, serta cocok dengan dimensi sosial dan budaya setempat. Kemudian, bentuklah perspektif normatif dan ajaklah pekerja, teman, warga untuk mengenal mindset baru. Misalnya, lewat TikTok challenge,” ungkap Alesya pada talk show Pra-KTT Ketiga Y20 Indonesia.

Joi Danielson menambahkan, sebelum masuk ke pembahasan ekonomi sirkular, kita perlu memerhatikan pola konsumsi.

BACA JUGA: Maharis Clinic Hadirkan Terobosan Baru Estetika Medis Terkini dari Eropa

Menurutnya, manusia cenderung takut akan kelangkaan, sehingga kita cenderung mengonsumsi lebih dari apa yang dibutuhkan.

Di sebuah ekonomi yang berbasis konsumsi, lanjutnya, semakin banyak yang dikonsumsi, semakin tinggi produk domestik bruto (PDB).

“Jadi sistem kita mengandalkan konsumsi berlebihan. Jika kita bisa membantu orang merasa bahwa apa yang mereka miliki sudah cukup, kita bisa meyakinkan mereka untuk hanya mengonsumsi yang dibutuhkan. Dengan ini, kita bisa mulai memutus siklus konsumsi tersebut," jelas Joi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ke Wang. Menurutnya, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ekonomi sirkular tidak hanya bisa mengakibatkan perubahan kebiasaan, tetapi juga perubahan kebijakan.

“Karena para politisi mendengarkan aspirasi masyarakat. Namun, kesadaran masyarakat terhadap ekonomi sirkular masih sangat rendah. Di sinilah, anak muda memainkan perannya. Generasi muda telah menunjukkan bahwa mereka memegang peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim,” jelas Ke Wang.

Junerosano menjelaskan, populasi dunia saat ini telah mencapai 7,9 miliar jiwa.

Jika kita ingin adanya perubahan tanpa adanya peperangan, kita harus meyakinkan 4% dari sebuah populasi.

Berarti di Indonesia, ada 10 juta orang yang harus diyakinkan tentang ekonomi sirkular.

“Memang terkadang terasa sulit. Solusi datang lebih lambat daripada terjadinya kerusakan lingkungan. Kita harus memikirkan bagaimana kita bisa mempercepat solusi tersebut. Tapi yang terpenting, kita harus optimistis bahwa kita bisa melakukan perubahan dengan berkolaborasi,” jelas Junerosano.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler