jpnn.com - JAKARTA - Dua lembaga survei merilis temuannya pada persaingan kandidat di Pemilihan Presiden 2014 di Jakarta, Minggu (15/6). Dari hasil survei tersebut, elektabilitas pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla belum bisa dilampaui Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Poltracking Institute menempatkan Jokowi-JK ungggul dengan 48,5 persen. Sementara Prabowo-Hatta 41,1 persen dengan kalangan yang belum menentukan pilihan 10,4 persen.
BACA JUGA: Jokowi: Urus Pemerintahan Harus Tahu TPID
"Elektabilitas pasangan Jokowi-JK lebih unggul," kata Direktur Eksekutif Poltracking Institute Hanta Yudha di Hotel Morrissey, Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (15/6).
Survei dilakukan pada periode 26 Mei-3 Juni 2014 secara serempak di 33 provinsi seluruh Indonesia. Sebanyak 2010 responden diwawancarai secara tatap muka, serta menggunakan metode pengambilan multi-stage random sampling dan margin of error lebih kurang 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
BACA JUGA: Jokowi Merasa Perlu Tanyakan TPID ke Prabowo
Tingkat keterpilihan Jokowi-JK juga masih unggul dari survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI). LSI mencatat Jokowi-JK 45 persen dan Prabowo-Subianto 38,7 persen dengan suara yang masih mengambang 16,3 persen.
"Kedua capres masih punya peluang yang sama untuk menang dan saling mengalahkan," kata Anggota Tim Riset LSI, Adjie Alfaraby.
BACA JUGA: Berdiri di Lexus, Prabowo Salami Pendukung
Dalam surveinya, Alfaraby memotret perkembangan tingkat keterpilihan antara kedua capres dari 2013 hingga awal Mei 2014 yang sebelumnya memiliki selisih di atas 2 digit. "Kini hanya berbeda 1 digit elektabilitas Jokowi vs Prabowo dengan selilih 6,3 persen," katanya.
Diakui Alfaraby, elektabilitas Jokowi dan Prabowo memang mengalami kenaikan. Namun, kenaikan keterpilihan lebih tinggi yang dialami Prabowo. "Isu negative campaign bahkan black campaign terhadap Jokowi ikut mempengaruhi persepsi publik," ucapnya.
Di sisi lain kata Alfaraby, Prabowo semakin tampil dengan strong leadership-nya yang memang dirindukan publik. Citra strong leadership memang menjadi harapan
pemilih karena kekecewaan terhadap leadership Susilo Bambang Yudhoyono yang dinilai lemah dan kurang tegas.
Namun, naiknya elektabilitas Prabowo berpotensi terhenti dengan merebaknya kasus penculikan aktivis 1998. Alfaraby bahkan memberikan kasus penculikan aktivis dengan label “Aktivis Gate” karena dianggap kasus yang paling serius. Apalagi mayoritas pemilih menganggap Prabowo terlibat dalam kasus penculikan aktivis.
LSI mencatat 51 persen percaya bahwa informasi yang menyatakan Prabowo terlibat dalam kasus penculikan aktivis pada tahun 1998. Sementara yang tidak percaya 37,6 persen dan yang tidak tahu 11 persen.
Alfarby menjelaskan Aktivis Gate ini sangat menentukan bagi suara Prabowo karena informasi ini dijadikan pertimbangan pemilih untuk menentukan suaranya pada 9 Juli 2014. "Maraknya Aktivis Gate berpotensial menjadi skandal yang menghentikan laju elektabilitas Prabowo," katanya. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Adik Prabowo Bilang Abangnya Menang Telak
Redaktur : Tim Redaksi