jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago mengatakan Prabowo Subianto lebih dibutuhkan sebagai oposisi dibanding bergabung dengan pemerintahan Joko Widodo sebagai pemenang Pilpres 2019.
Hal ini disampaikan Pangi saat berbincang dengan JPNN.com, terkait komposisi partai oposisi pascabubarnya Koalisi Adil Makmur pengusung Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
BACA JUGA: Prabowo Kalah Lagi, Masinton Dorong Jokowi Mau Berbagi
BACA JUGA : Gerindra: Prabowo Sudah Beri Selamat ke Jokowi Secara Tersirat
Dari analisa Pangi, PAN dan Demokrat akan bergabung ke koalisi pemerintah. Namun, ada pertanyaan sederhana apakah partai pengusung utama Jokowi - Ma'ruf berbesar hati menerima mereka yang tidak tak ikut memenangkan paslon 01.
BACA JUGA: Jumat Malam, Koalisi Indonesia Adil dan Makmur Resmi Bubar
"Kalau PKS dan Gerindra saya meyakini akan konsisten menjadi partai oposisi. Gerindra sangat dibutuhkan berada di luar kekuasaan sebagai oposisi dalam rangka menyehatkan demokrasi kita," ucap Pangi.
Sementara PAN, Demokrat maupun PKS, lanjut direktur eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini, posisinya tidak sekuat Gerindra apakah berada di luar kekuasaan atau bergabung ke koalisi pemerintah.
BACA JUGA: Menurut Petinggi PAN Ini, Mestinya yang Kalah Telepon Pemenang
Kondisinya berbeda dengan Prabowo yang juga ketum Gerindra.
"Mudaratnya lebih banyak dibanding manfaatnya kalau Prabowo bergabung ke koalisi Jokowi. Peran oposisi itu hanya bisa dimainkan Gerindra," tegas Pangi.
BACA JUGA : Prabowo Kesatria, Akan Datang Saat Pelantikan Jokowi
Analis asal Sumbar ini menambahkan, bila melihat jumlah kursi dan dukungan partai di parlemen, pendukung Jokowi sudah lebih dari 60 persen, sehingga tidak membutuhkan dukungan tambahan.
"Lagipula kalau semua bergabung ke koalisi pemerintah, sakit demokrasi kita," tandasnya.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Massa Pendukung Teriak, Minta Prabowo Tetap Semangat
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam