Prabowo Bersilaturahmi dengan Sejumlah Tokoh, Pengamat: Bisa Jadi Pemantik Rekonsiliasi Nasional

Senin, 15 April 2024 – 23:42 WIB
Prabowo Subianto. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik yang juga Pendiri Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komaruddin mengatakan safari politik presiden terpilih Prabowo Subianto dengan melakukan silaturahmi ke sejumlah tokoh lintas partai politik dapat menjadi pemantik rekonsiliasi nasional.

Menurut Kang Ujang, Prabowo yang berinisiatif mendatangi sejumlah tokoh layak diapresiasi termasuk berusaha untuk bertemu dengan tokoh yang berseberangan dengannya, yakni Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

BACA JUGA: Plt Ketum PPP Bergabung dengan Elite Parpol Pendukung Prabowo, Duduk Dekat Kaesang

“Kalau kita bicara rekonsiliasi nasional diawali dan didahului oleh pertemuan Prabowo dan Puan dan kelihatannya juga akan terus berlanjut pada pertemuan Prabowo dan Megawati serta tokoh lainnya seperti Zulhas (Zulkifli Hasan), Luhut (Luhut BInsa r Panjaitan), dan SBY dapat menjadi langkah konsolidasi atau rekonsiliasi nasional," ujar Ujang, Senin (15/4/2024).

Ujang mendorong momentum idulFitri ini dapat dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi nasional untuk tetap bersatu meskipun masing-masing tokoh berbeda dukungan, pemikiran dan latar belakang.

BACA JUGA: Blak-blakan, Nikita Mirzani Mengaku Jadi Korban Kekerasan Ajudan Prabowo

"Kami inginnya tokoh-tokoh bangsa itu baik-baik, tetapi kan ada latar belakang mereka. Mohon maaf, ya, bermusuhan mereka, berkonflik karena perbedaan dukungan dan perbedaan kepentingan yang tidak bisa ketemu di antara mereka," ucap Kang Ujang.

Lebih lanjut, Kang Ujang mengatakan terpilihnya Prabowo sebagai presiden diharapkan menjadi presiden semua tokoh dan dapat menjadi juru damai atau penengah antar elite yang sedang bermusuhan.

BACA JUGA: M Qodari Sebut Rencana Pertemuan Prabowo dan Megawati Terganjal Sikap Ambigu PDIP

Ujang mencontohkan seperti hubungan antara Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) atau Megawati dengan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Saya melihat kalau Jokowi dan Bu Mega agak sulit (bertemu, red). Mungkin butuh waktu yang agak Panjang, tetapi kalau antara Prabowo dan Megawati akan tinggal menunggu waktu. Kita punya pengalaman, ya SBY dan Megawati, mohon maaf tidak akrab sampai sekarang. Tidak harmonis dari 2004 hingga 2024," ucapnya.

“Artinya 5 kali Pemilu 2004-2009 2014 2019-2024 hampir 25 tahun ketidakharmonisan terjadi antara SBY dan Megawati," sambungnya.

Dia mengatakan Prabowo diyakini dapat menjadi jembatan komunikasi antartokoh politik yang hubungannya masih kurang harmonis.

"Atau mungkin nanti ada penengah Prabowo sebagai presiden terpilih atau presiden yang akan dilantik pada Oktober 2024 nanti yang bisa menyebabkan pertemuan antara Jokowi dan Megawati. Jadi, kita lihat saja nanti dinamikanya terkait rekonsiliasi," paparnya.

Ujang pun berharap para elite politik berbesar hati untuk mendukung rekonsiliasi nasional demi kemajuan bangsa, serta mengesampingkan kepentingan pribadi maupun kelompok. Apalagi Mahkamah Konstitusi (MK) akan memutuskan hasil sengketa Pilpres 2024 dalam waktu dekat ini.

“Kalau kita berbicara kepentingan nasional, kepentingan untuk bangsa dan negara, ya mestinya tokoh-tokoh bangsa itu sekencang apapun perbedaannya, sehebat apapun tipu menipunya, sehebat apapun pertarungannya kemarin semestinya ketika nanti sudah ada pemenangnya, ketika MK sudah memutuskan misalnya menang Prabowo atau enggak tahu nanti Prabowo dilantik pada Oktober 2024. Semuanya harus menerima, mengakui bahwa pilpres sudah seusai,” harapnya.

Oleh sebab itu, Ujang memastikan rekonsiliasi nasional yang saat ini sedang dibangun oleh Prabowo Subianto dan koalisi pendukung harus didukung penuh agar perpecahan di Pilpres 2024 segera selesai dan semua pihak bergandeng tangan membangun bangsa ke depan.

“Rekonsiliasi nasional itu diperlukan agar bangsa ini mohon maaf tokoh-tokohnya tidak terpecah, tidak terkotak-kotak agar punya pemikiran yang sama untuk membangun bangsa bersama-sama, entah di pemerintahan bersama-sama entah ada yang menjadi oposisi seperti itu,” pungkas Ujang.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler