jpnn.com - JAKARTA - Pengamat Politik dari Lembaga Riset Publik (LRP) Muhammad Al-Fatih menyarankan Prabowo Subianto memilih kandidat wakil presiden yang akan mendampinginya pada Pemilu 2024 tidak berasal dari non-partai politik.
Dia menilai hal tersebut penting untuk menghindari munculnya gesekan antara parpol pengusung maupun pendukung.
BACA JUGA: PDIP Bakal Laksanakan Rakernas IV, Jokowi dan Megawati Sampaikan Arahan
Pasalnya, parpol yang mendukung Prabowo Subianto lewat Koalisi Indonesia Maju, didukung mayoritas parpol peserta Pemilu 2024.
Koalisi terdiri dari Partai Gerindra, Partai Bulan Bintang (PBB), PAN, Golkar, Gelora dan Partai Demokrat.
BACA JUGA: Gus Yahya: Mengaku NU Saja Bisa Jadi Calon, Paling Enggak Wakil Presiden
PBB dan Partai Gelora adalah partai non parlemen.
Partai non parlemen lainnya yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI) disebut-sebut juga akan segera bergabung.
BACA JUGA: Akademisi: Lonjakan Elektabilitas Anies Bukti Kekuatan PKB di Jatim
“Saya menyarankan agar Prabowo memilih kandidat wakil presiden dari parpol non-parlemen yang bisa menjadi jalan tengah yang bisa diterima baik oleh Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, Gelora dan PSI," ujar Muhammad Al-Fatih dalam keterangannya, Selasa (19/9).
Menurut Al-Fatih saat ini ada beberapa nama yang diusulkan sebagai kandidat wakil presiden mendampingi Ketua Umum DPP Partai Gerindra.
Yakni, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, diusulkan oleh Golkar. Kemudian, Menteri BUMN Erick Thohir diusulkan oleh Partai Amanat Nasional (PAN) dan Ketua Umum DPP PBB Yusril Ihza Mahendra diusulkan oleh PBB.
Kemudian, ada juga disebut-sebut putra Presiden Jokowi yang kini menjabat Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka. Namun terkendala masalah umur.
Lantas putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid.
"Dari nama-nama yang ada saya kira kandidat wakil presiden jalan tengah itu Ketua Umum PBB Prof. Yusril Ihza Mahendra,” ucapnya.
Al-Fatih lebih lanjut mengatakan kandidat wakil presiden yang dibutuhkan Prabowo bukan sekadar mampu mendongkrak elektabilitas, tetapi harus mampu membantu Prabowo menjalankan tugas ketika nanti terpilih.
Dalam hal ini Yusril dinilai sosok yang paling mumpuni memenuhi unsur tersebut.
Al-Fatih menilai YUsril merupakan tokoh yang mampu bekerja membantu Prabowo dalam menata kehidupan bernegara setelah amandemen UUD 45.
Yusril juga seorang negarawan dan intelektual sebagai seorang pakar hukum tata negara (HTN).
Berdasarkan latar kesukuan, Yusril dapat mewakili kelompok di luar Jawa, sebagai seorang Melayu-Minangkabau yang lahir dan besar di Belitung
Ini penting sebagai simbol perekat persatuan dan kesatuan bangsa yang majemuk.
Prabowo, meskipun mempunyai ibu asal Manado, tetapi secara kultural lebih dianggap Jawa.
"Kombinasi Prabowo-Yusril ibarat dwi-tunggal Soekarno-Hatta," katanya.
Al-Fatih menyebut Yusril sebagai seorang muslim merupakan seorang yang moderat dan diterima oleh golongan modernis dan tradisionalis.
Almarhum Gus Dur pernah menyebut kakek Yusril adalah ulama NU kultural dan ayahnya yang Masyumi.
Meski dengan NU, Yusril juga tidak asing di telinga Muhammadiyah.
Sebab, sosoknya terbilang aktif di Majelis Hikmah PP Muhammadiyah masa kepemimpinan A.R. Fachruddin.
Yusril juga mengajar di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Hubungannya dengan Persis dan Dewan Dakwah juga berlangsung sejak lama.
Yusril murid Mohammad Natsir, tokoh penting bukan saja Masyumi, tetapi juga Persis dan Dewan Dakwah.
“Dengan demikian, secara pribadi saya nilai hal ini yang tidak dimiliki oleh calon lain yang disebut-sebut sebagai bakal calon wakil presiden dari Prabowo,” kata Al-Fatih. (gir/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jika Terpilih Jadi Presiden, Prabowo Pastikan Polri tidak akan di Bawah Menhan atau Mendagri
Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang