jpnn.com, JAKARTA - Hasil quick count atau hitung cepat sejumlah lembaga survei dengan data masuk lebih dari 80 persen menyatakan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming unggul sementara.
Ketua Umum Gerakan Sekali Putaran (GSP) M Qodari melihat hasil quick count di semua lembaga survei kredibel bisa dipastikan Prabowo-Gibran sudah memenangi kompetisi di Pilpres 2024 sekali putaran di angka 58 persen.
BACA JUGA: Gelar Doa Bersama, Relasi Prabowo-Gibran Berharap Pemilu Berlangsung Damai dan Satu Putaran
“Jadi, hasil quick count ini kan sudah 80 persen. Kalau melihat angka itu sih menurut saya tidak akan berubah ya bahwa Prabowo-Gibran menang sekali putaran dengan angka sekitar 58 persen,” kata M Qodari dalam keterangannya, Rabu (14/2/2024).
Diketahui, aturan pilpres bisa berlangsung satu atau dua putaran tertuang dalam Pasal 6A Ayat (3) dan (4) UUD Tahun 1945.
BACA JUGA: Puspenpol Sebut Prabowo-Gibran Raih Popularitas Tertinggi di TikTok Hingga 55%
Pilpres satu putaran bisa terwujud dengan syarat paslon presiden dan wakil presiden mendapatkan suara lebih dari 50 persen dengan sebaran suara sedikitnya 20 persen suara di setiap provinsi dan tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia (20 provinsi).
Dalam konteks itu, Qodari meyakini dengan melihat hasil quick count, paslon nomor urut 02 itu memenuhi syarat untuk menang sekali putaran.
BACA JUGA: Prabowo-Gibran Menang Telak di TPS Tempat AHY Mencoblos
“Kembalikan saja kepada aturan konstitusi dan aturan undang-undang. Yang jelas saya yakin syarat 50 persen terpenuhi dan syarat mendapatkan suara minimal 20 persen di separuh provinsi juga terpenuhi,” ujar Qodari.
Menurut Qodari, berdasarkan pengalaman dari penyelenggaraan pilpres sebelumnya, hasil quick count tidak akan jauh berbeda dengan hasil real count yang akan dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Lebih dari itu, hasil dari lembaga survei semuanya menunjukkan hasil quick count bahwa Prabowo-Gibran jauh ungguli para pesaingnya.
“Kita kan sudah Pilpres dan quick count dari tahun 2004. Jadi, sudah 4 kali dan semuanya terbukti benar dan akurat. Jadi, saya tidak melihat ada alasan bahwa itu akan berbeda,” ucap Qodari.
Qodari bersyukur sebagai orang yang pertama kali menggelorakan gerakan pilpres sekali putaran ini bisa terwujud walaupun ada pro dan kontra, tetapi pada hari ini gagasan itu terbukti nyata.
“Alhamdulillah senang sekali sebagai orang yang pertama kali menyuarakan pilpres sekali putaran semenjak awal November. Terbukti pada hari ini,” ujar Qodari.
Qodari mengatakan hal ini karena dirinya sudah biasa melihat data. “Saya sudah melihat bahwa pada akhir Oktober ketika Prabowo-Gibran berpasangan itu angkanya sudah menunjukkan potensi sekali putaran dan ternyata pada hari ini betul terjadi,” imbuhnya.
Qodari yang juga Direktur Eksekutif Indo Barometer itu membeberkan tiga alasan tercapainya gerakan sekali putaran.
Pertama, yaitu pengaruh dari sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memiliki tingkat kepuasan 80 persen dalam memberikan dukungannya kepada Prabowo-Gibran.
“Pengaruh Pak Jokowi yang begitu besar dalam Pilpres sekali ini di mana tingkat kepuasan pada Pak Jokowi 80 persen,” ujar Qodari.
Kedua, lanjut Qodari, Ganjar dan PDI Perjuangan kerap menyerang Presiden Jokowi yang pada akhirnya membuat relawan dan pendukung Presiden Jokowi mengalihkan dukungannya dari awalnya ke Ganjar kini bermigrasi ke Prabowo.
Ketiga, kata Qodari, aksi dari relawan Gerakan Sekali Putaran (GSP) yang bergerak di seluruh Indonesia mendapat sambutan positif dari masyarakat luas.
Gagasan ini juga turut didukung oleh elite partai, para relawan dan berbagai elemen lainnya.
“Alhamdulillah dukungan kepada gerakan sekali putaran atau Pilpres sekali putaran itu luas dan makin meningkat. Kami lihat terakhir, survei dari Lingkaran Survei Indonesia dan lembaga-lembaga lain menunjukkan mereka yang mau sekali putaran itu angkanya mencapai 80 persen,” ujar Qodari.
Dengan hasil ini, Qodari menyampaikan kemenangan Prabowo-Gibran sekali putaran adalah realitas suara mayoritas masyarakat yang menginginkan Pilpres 2024 ini selesai sampai 14 Februari saja.
“Inilah realitas pilihan politik masyarakat Indonesia, jangan di-frame pakai imajinasi, pakai fiksi atau imajinasi politik yang keluar dari realitas politik masyarakat Indonesia itu. Karena masyarakat Indonesia sebagai pemilik mandat kekuasaan tertinggi tentunya akan marah dan vis a vis itu akan berhadapan dengan rakyat,” ungkapnya.
“Jadi, diterima sebagai sebuah realitas tentunya kita akan menunggu hasil resmi dari KPU tetapi balik lagi melihat pengalaman sebelumnya tentunya akan ketahuan hasilnya,” ujar Qodari.
Untuk selanjutnya, Qodari berharap setelah kontestasi ini selesai semuanya kembali bersatu dan mau melakukan rekonsiliasi nasional.
“Pesan bagi politisi dan para kandidat capres-cawapresnya ya saya kira ya diterima ini sebagai sebuah kehendak masyarakat dan kalau Anda kemudian macam-macam maka Anda akan berhadapan dengan rakyat banyak,” tegasnya.
“Jadi, saya kira ikhtiar rekonsiliasi itu sangat relevan dan sangat penting pada hari ini mudah-mudahan bisa rekonsiliasi secepatnya elit capres-cawapres partai politik dan semua elite-elite yang lain demi kebaikan bangsa dan negara,” ujar Qodari.
Dalam waktu dekat masyarakat Indonesia akan menyambut bulan puasa dan Idulfitri sehingga menjadi momentum yang pas untuk melakukan rekonsiliasi.
“Bulan depan kita sudah masuk bulan Ramadan dan setelah itu sudah masuk Idulfitri tentunya momentum yang sangat pas untuk mencapai suatu rekonsiliasi nasional. Kita bisa melanjutkan kehidupan, melanjutkan pembangunan," ujar Qodari.
"Saya kira ini transisi yang sangat bagus karena para pelaku usaha, masyarakat akan bisa melanjutkan yang sudah dikerjakan. Insyaallah tidak ada perubahan yang besar dengan kemenangan paslon 02 ini karena mereka kredonya adalah melanjutkan program Pak Jokowi,” pungkas Qodari.(fri/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Friederich Batari